Cari dengan kata kunci

klenteng_ban_hing_kiong_1290.jpg

Menguak Aneka Simbol yang Ada di Kelenteng Ban Hing Kiong

Kelenteng yang berusia sekitar 300 tahun ini menjadi bukti bahwa masyarakat Kota Manado telah lama hidup dalam kemajemukan.

Pariwisata

Manado merupakan salah satu daerah di Nusantara yang sejak lama hidup dalam kemajemukan. Hal tersebut bukan hisapan jempol belaka. Pasalnya, ibu kota Sulawesi Utara ini memiliki sebuah kelenteng yang sudah berusia sekitar 300 tahun dan bernama kelenteng Ban Hing Kiong.

Secara etimologi, nama Ban Hing Kiong berasal dari bahasa Tiongkok yang terdiri dari tiga kata, yaitu ban yang berarti banyak, hing yang berarti berkah yang melimpah, sedangkan kiong dapat dimaknakan dengan istana. Jadi secara harfiah, nama Ban Hing Kiong dapat dimaknakan sebagai suatu tempat ibadah yang dibangun sebagai istana Tuhan dan memiliki berkah yang melimpah. Semenjak berdiri sekitar 300 tahun yang lalu, kelenteng tertua di Manado ini memiliki catatan sejarah yang melingkupinya. Bentuk permanen bangunan kelenteng diresmikan pada 1819, dan telah mengalami beberapa kali pemugaran pada rentang waktu 1854-1859 dan 1895-1902.

Tari Kabasaran, Tarian Ksatria Minahasa

Kelenteng tertua di Manado ini telah berdiri sejak 300 tahun yang lalu.

Menurut catatan pengelola kelenteng, bangunan kelenteng Ban Hing Kiong sempat mengalami kebakaran pada 14 Maret 1970 yang menghanguskan bangunan utama kelenteng. Kemudian pada 1971, kelenteng Ban Hing Kiong dibangun kembali menyerupai bangunan kelenteng yang terbakar. Pada 10 September 1994 atau bertepatan dengan 2545 bulan 8 pada penanggalan Imlek, melalui Upacara Pwa Pwe, yaitu upacara sembahyang besar, kelenteng Ban Hing Kiong diresmikan berdiri kembali.

Melihat lebih dekat bangunan kelenteng, pengunjung akan menyaksikan begitu banyak simbol yang ada pada pintu masuk. Simbol-simbol ini tentu mengandung pesan suci yang dibawanya. Saat menginjak lantai di bawah gapura, manusia diibaratkan sedang berada di kehidupan duniawi menuju kehidupan suci. Hal tersebut juga terpatri pada jalan yang dilalui dari yang semula sempit menuju jalan yang lebih luas. Halaman kelenteng yang melebar mengandung makna Tuhan senantiasa menolong umatnya dengan memberikan jalan keluar dari setiap masalah kehidupan. Ketika melihat bangunan kelenteng, mata pengunjung akan terfokus pada atapnya yang berbentuk perahu. Dalam pengertian rohani, hal ini mengandung makna Tuhan dan Dewa-Dewi senantiasa menolong, melindungi, dan menyelamatkan umat manusia.

Bangunan kelenteng memiliki banyak simbol yang mengandung pesan suci.

Pada pintu utama kelenteng terdapat tulisan Hong Tiau U Sun Kok Thay Ping An yang mempunyai arti hujan dan angin selaras rakyat dan negara tentram. Sementara pada bagian kiri dan kanan dari pintu utama kelenteng, terdapat pintu kecil yang langsung menghubungkan pada ruangan utama peribadatan. Di belakang ruang peribadatan, terdapat ruang kebaktian sebagai ruang yang digunakan untuk penerangan batin dan menghayati sikap welas asih para Dewa-Dewi.

Kelenteng Ban Hing Kiong tidak hanya menjadi tempat ibadah yang kaya akan sejarah panjang keberadaannya, tetapi juga kaya akan makna dari simbol-simbol yang dihadirkannya. Selain itu, keberadaan kelenteng Ban Hing Kiong di Manado juga merepresentasikan tingkat kemajemukan masyarakat Sulawesi Utara yang sangat tinggi dan harus dipelihara serta dilestarikan dalam bingkai kebinekaan Indonesia.

Informasi Selengkapnya
  • Elsa Dwi Lestari

  • Indonesia Kaya