Melihat Jejak-Jejak Penjajahan di Benteng Vredeburg, Yogayakarta - Indonesia Kaya

Cari dengan kata kunci

1159_thumb_Halaman_pintu_masuk_pengunjung_menuju__Benteng_Vredeburg_2.jpg

Melihat Jejak-Jejak Penjajahan di Benteng Vredeburg, Yogayakarta

Benteng yang terletak tak jauh dari keramaian Malioboro ini menyimpan kisah panjang tentang penjajahan, perlawanan, dan transformasinya menjadi ruang budaya.

Pariwisata

Ingin melihat langsung benteng yang pernah menjadi tempat perlindungan Gubernur Hindia Belanda pada masa penjajahan? Benteng Vredeburg bisa menjadi jawabannya. Terletak di sisi selatan Jalan Malioboro, Yogyakarta, benteng ini berdiri tepat di seberang Istana Negara Gedung Agung—menjadikannya bagian penting dari kawasan bersejarah kota.

Benteng Vredeburg dibangun pada tahun 1760 oleh Sri Sultan Hamengku Buwono I, dengan fungsi awal sebagai benteng pertahanan. Struktur bangunannya berbentuk persegi dan dilengkapi empat bastion (kubu pertahanan) di setiap sudut. Masing-masing bastion memiliki nama: Jayawisesa (barat laut), Jayapurusa (timur laut), Jayaprakosaning (barat daya), dan Jayaprayitna (tenggara). Penamaan ini mencerminkan nilai-nilai filosofis Jawa yang turut membentuk karakter arsitektur bangunan.

Benteng Vredeburg dibangun pada tahun 1760 oleh Sri Sultan Hamengku Buwono I.

Pada awalnya, benteng yang kini dikenal sebagai Benteng Vredeburg ini bernama Rustenburg, yang dalam bahasa Belanda berarti “benteng peristirahatan.” Nama tersebut merujuk pada fungsi awal benteng yang tidak difungsikan sebagai pusat militer aktif, melainkan sebagai pos pengawasan yang “tenang” namun strategis di jantung kota Yogyakarta.

Namun pada tahun 1867, gempa bumi besar mengguncang Yogyakarta dan menyebabkan kerusakan parah pada sejumlah bangunan kolonial, termasuk Rustenburg. Setelah masa pemulihan, benteng ini dibangun kembali dan diberi nama baru: Vredeburg, yang berarti “benteng perdamaian.” Pergantian nama tersebut mencerminkan semangat baru dalam hubungan antara Kesultanan Yogyakarta dan pemerintah kolonial Belanda, meski pada praktiknya kontrol militer tetap berlangsung secara ketat di kawasan tersebut.

Hingga kini, Benteng Vredeburg yang beralamat di Jalan Ahmad Yani No. 6 masih berdiri kokoh dan terawat. Struktur aslinya tetap dipertahankan: dinding benteng tebal yang mengelilingi area utama, selokan pertahanan yang masih mengitari perimeter, serta taman-taman yang kini memberi kesan asri dan terbuka bagi pengunjung. Suasana damai yang dulu hanya menjadi simbol dalam nama, kini benar-benar terasa dalam fungsinya sebagai ruang publik.

Selain menyimpan nilai historis, benteng ini juga menjadi pusat edukasi dan kebudayaan.

Selain menyimpan nilai historis, benteng ini juga menjadi pusat edukasi dan kebudayaan. Di dalamnya, pengunjung dapat menjumpai diorama-diorama sejarah yang merekam peristiwa penting dari masa penjajahan hingga perjuangan kemerdekaan. Namun fungsi Benteng Vredeburg kini tak hanya sebagai museum statis. Dalam beberapa tahun terakhir, ruang-ruangnya kerap digunakan untuk pameran seni, pemutaran film, hingga pertunjukan musik dan teater. Hal ini menjadikan Vredeburg sebagai ruang dialog antara masa lalu dan masa kini—antara sejarah dan ekspresi kreatif.

Bagi masyarakat Yogyakarta maupun wisatawan, Vredeburg bukan sekadar bangunan peninggalan kolonial, melainkan ruang hidup yang terus bertransformasi. Di sinilah masa lalu dikenang, masa kini dirayakan, dan masa depan kebudayaan disemai.

Informasi Selengkapnya
  • Indonesia Kaya

  • Indonesia Kaya