“No woman no cry… No woman no cry….”
Sayup-sayup terdengar alunan lagu reggae Bob Marley dari kejauhan. Tak ada wanita, tak ada tangis, seolah memahami suasana temaram senja yang sebentar lagi akan hadir. Satu set sound system tengah dipersiapkan untuk menyambut malam Minggu di Kota Sorong, Papua Barat. Angin berhembus sejuk, mengikuti hentakan lagu yang menghidupkan akhir pekan. Muda-mudi mulai berdatangan ke pantai paling terkenal di Sorong, meski matahari masih bersinar dari barat. Inilah Pantai Dofior, atau yang lebih dikenal sebagai Tembok Berlin, tempat sempurna menikmati matahari terbenam.
Pantai Dofior, yang lebih akrab disebut Tembok Berlin, merupakan pusat keramaian dan hiburan favorit masyarakat Sorong. Julukan tersebut bukan berasal dari tembok di Jerman, melainkan dari keberadaan tembok setinggi 1,5 meter yang membentang sepanjang 1 kilometer di tepi pantai. Tembok ini berfungsi sebagai pembatas antara pantai dan jalan raya sekaligus penahan air laut agar tidak meluap ke daratan.
Pantai Dofior, yang lebih akrab disebut Tembok Berlin, merupakan pusat keramaian dan hiburan favorit masyarakat Sorong.
Sore itu, Tembok Berlin dipenuhi pengunjung. Cuaca cerah membuat prosesi matahari tenggelam dapat dinikmati dengan sempurna dari bibir pantai. Masyarakat, terutama pasangan muda, mulai duduk di atas tembok, bersiap menyaksikan keindahan senja. Dengan lebar sekitar satu meter, tembok ini cukup nyaman untuk diduduki.
Menjelang pukul 18.00 WIT, sang mentari perlahan bergeser, meninggalkan langit Sorong. Pemandangan yang menakjubkan pun tersaji—cakrawala dihiasi bulatan jingga yang perlahan tenggelam di balik bayangan kapal-kapal berlabuh dan pulau-pulau sekitar. Langit pun bersiap menyambut hadirnya bulan.
Menjelang malam, Tembok Berlin semakin ramai.
Menjelang malam, Tembok Berlin semakin ramai. Lampu-lampu menerangi air laut yang terus beriak, sementara suara ombak menambah suasana malam Minggu. Pedagang makanan mulai memenuhi area, dari warung makan, penjual gorengan, hingga penjaja bensin eceran yang berjajar rapi di sepanjang tembok yang berbatasan dengan jalan raya. Semakin banyak masyarakat datang untuk menikmati suasana malam.
Keramaian ini biasanya bertahan hingga lewat tengah malam, terutama pada malam Minggu. Banyak warga Sorong yang memilih tetap berada di sini hingga dini hari. Seiring waktu, suasana mulai sepi, dan alunan lagu reggae Bob Marley perlahan menghilang. Meski demikian, Tembok Berlin tetap menjadi pusat hiburan dan rekreasi malam favorit di Kota Sorong.