Diantara tebing-tebing Pulau Sangiang, Banten, terdapat sebuah gua yang diberi nama Gua Tungku dengan mulut gua yang menganga. Arus ombak yang membesar, sesekali menghempaskan airnya ke karang di sekitar bibir gua.
Pada bagian ujung gua terlihat lubang lainnya. Perbedaan mulut gua bagian depan dan belakang mencapai sekitar 500 meter. Sedangkan permukaan gua terendam oleh air laut. Arusnya kadang kencang, kadang juga tenang. Ada satu yang unik, jika arus dalam keadaan tenang, terkadang muncul hiu-hiu menunggu kalelawar jatuh dari langit-langit.
Fenomena melihat hiu di Gua Tungku tidak setiap waktu. Biasanya mulai pagi sampai siang hari menjadi waktu yang paling tepat untuk melihat fenomena ini. Begitu pula dengan bulannya. Musim panas bulan Mei hingga Agustus menjadi waktu yang sempurna untuk melihat hiu-hiu melahap kelelawar. Namun jika ombak sedang besar, hiu-hiu ini tidak akan muncul, karena arus yang kuat bisa membuat tubuhnya terbentur karang.
Mengunjungi Gua Tungku, pengunjung harus memiliki keterampilan memanjat untuk bisa mendekat ke gua ini. Letaknya yang berada di tepian tebing, mengharuskan pengunjung menuruni medan dengan menggunakan seutas tali yang menempel.
Bagi pengunjung yang memiliki ketakutan terhadap ketinggian, diharapkan untuk berhati-hati. Karena kemiringan saat menuruni tebing mencapai 90 derajat, Pastikan saat akan mengunjungi Gua Tungku pengunjung sudah ditemani dengan polisi hutan setempat ataupun warga sekitar.
Bila dilihat, sekilas bentuk gua ini menyerupai tungku, yaitu sebuah alat terbuat dari tanah liat yang dibuat sebagai tempat pembakaran. Karena gua ini mirip dengan tungku, pada akhirnya masyarakat sekitar memberi nama gua yang berada di tepian tebing Pulau Sagiang ini dengan nama Gua Tungku. [Riky/IndonesiaKaya]