Terletak di ruas Jalan Asia Afrika, Gedung Merdeka merupakan salah satu landmark utama kota Bandung. Arsitektur lamanya yang masih terjaga menjadikan bagian luar dari gedung ini sering digunakan sebagai latar pengambilan gambar untuk berbagai keperluan seperti Majalah, pre-wedding atau sekedar foto kenangan para wisatawan.
Umumnya memang tampilan luar dari gedung inilah yang banyak menarik perhatian para wisatawan, padahal di dalam gedung ini masih tersimpan begitu banyak kekayaan informasi yang bisa dieksplorasi, terutama bagi mereka penikmat wisata sejarah.
Gedung Merdeka sendiri awalnya merupakan bangunan Societeit Concordia, yaitu tempat rekreasi dan sosialisasi sejumlah ekspatriat Belanda yang bermukim di Bandung pada masa pendudukan Belanda.
Gedung ini menjadi tempat para pegawai perkebunan, pengusaha, para petinggi militer serta sipil untuk berkumpul, berdansa, menonton pertunjukan atau sekedar makan malam. Gedung ini menjadi ikon rasisme dari masyarakat Belanda, karena pada masa pendudukan Belanda terdapat larangan keras bagi warga pribumi untuk masuk ke dalam area gedung ini yang berbunyi ‘Verbodden voor Honden en Inlander’ (dilarang masuk bagi anjing dan pribumi).
Didirikan tahun 1895, gedung ini sempat direnovasi total pada tahun 1926 oleh dua guru besar Arsitektur di Techniche Hogenschool (sekarang ITB), Van Galen Last dan C.P. Wolff Schoemaker. Gedung yang awalnya cukup sederhana ini kemudian menjadi sebuah gedung megah dengan arsitektur modern (art deco). Selanjutnya, Gedung ini sempat beralih fungsi menjadi pusat kebudayaan pada era pendudukan Jepang, dengan sebutan Dai Toa Kaman. Antara tahun 1946-1950, wilayah Bandung termasuk yang diduduki oleh tentara NICA, gedung ini beralih fungsi menjadi gedung pertemuan umum.
Menjelang penyelenggaraan konferensi Asia-Afrika, Presiden Soekarno mengistruksikan penggantian nama gedung itu menjadi Gedung Merdeka, bersamaan dengan penggantian nama sebagian ruas Jalan Raya Timur menjadi Jalan Asia Afrika dan Gedung Dana Pensiun (di sebelah Museum Geologi) menjadi Gedung Dwi Warna.
Pembenahan dilakukan mulai tahun 1968 dan sejak 1970 gedung ini digunakan untuk berbagai perhelatan nasional dan internasional. Mulai tahun 1980, Presiden Soeharto meresmikan seluruh kompleks Gedung Merdeka sebagai Museum Konferensi Asia Afrika.