Cerita rakyat Jawa Barat: Legenda Nyi Roro Kidul merupakan salah satu mitologi yang paling dikenal di Indonesia. Salah satu alasannya adalah karena ceritanya yang terkesan mistis. Nyi Roro Kidul, sosok penguasa Laut Selatan yang melegenda, diyakini memiliki kekuatan gaib untuk melindungi penduduk pesisir dan menjaga kelestarian alam.
Karena itulah, masyarakat Jawa memiliki banyak ritual penghormatan kepada Nyi Roro Kidul. Terutama mereka yang bergantung pada laut untuk mencari nafkah, seperti nelayan dan petani tambak. Ritual-ritual ini dipercaya dapat membuat mereka terhindar dari bencana alam di Pantai Selatan Jawa yang membentang dari Serang, Banten, hingga Banyuwangi, Jawa Timur.
Cerita Nyi Roro Kidul telah diadaptasi ke berbagai versi, menjadi bagian tak terpisahkan dari budaya dan tradisi Indonesia. Sejumlah film yang mengangkat tokoh Nyi Roro Kidul antara lain adalah Kutukan Nyai Roro Kidul (1979) dan Bangunnya Nyi Roro Kidul (1985). Dalam buku dan jurnal penelitian, ada Njai Loro Kidoel karya Inten Bayan alias Rene Adeboi, Moesson, The Hague 1967 dan artikel Tara and Nyai Lara Kidul karya Jordaan, Roy E. dalam Asian Folklore Studies, Volume 56, 1997. Yang terbaru adalah sebagai karakter permainan daring dan e-sports, sosok Kadita di permainan Mobile Legends, dan Roro Kidul di Atlantica Online.
Kisah Nyi Roro Kidul yang paling sering dituturkan dari masa ke masa diasumsikan berasal dari era Kerajaan Pakuan Pajajaran pada abad ke-15. Meski begitu, penelitian antropologi serta budaya Jawa dan Sunda mengatakan bahwa legenda Nyi Roro Kidul dapat ditelusuri hingga era prasejarah.
Kisah Nyi Roro Kidul yang paling sering dituturkan dari masa ke masa diasumsikan berasal dari era Kerajaan Pakuan Pajajaran pada abad ke-15.
Lalu, dari mana asal-usul salah satu sosok mitologi yang paling dihormati (atau ditakuti) tersebut?
Pertemuan yang Ditakdirkan
Alkisah, hiduplah seorang pemimpin Kerajaan Pakuan Pajajaran di tanah Jawa yang bernama Prabu Siliwangi VI. Ia dikenal akan wataknya yang arif, bijaksana, dan pemberani. Karena keberaniannya, ia sering berburu tanpa ditemani para pengawalnya.
Pada suatu hari, Prabu Siliwangi sedang berburu hewan di hutan belantara. Tanpa disadari, ia telah masuk ke jantung hutan yang cukup dalam karena keasyikan berburu. Siang pun berganti malam. Ketika bersiap untuk kembali ke kerajaannya, ia mulai kebingungan. Prabu Siliwangi tak tahu di mana ia berada.
Setelah berputar-putar untuk menemukan jalan keluar, ia akhirnya kelelahan dan beristirahat sejenak. Tiba-tiba, seorang perempuan berparas jelita menampakkan diri di hadapan Prabu Siliwangi. Mata Baginda Raja pun berbinar penuh harap, menanti bantuan yang akan datang.
Ia segera meminta bantuan kepada perempuan itu untuk menunjukkan jalan keluar. Perempuan itu terdiam sebentar lalu berkata bahwa ia akan membantu, asalkan Prabu Siliwangi mampu memenuhi satu syarat. Syaratnya adalah sang Baginda Raja harus tinggal bersamanya untuk sementara waktu.
Prabu Siliwangi termenung sesaat untuk menimbang-nimbang keputusannya. Ia merasa bahwa tak ada ruginya berkorban sedikit untuk dapat kembali ke kerajaannya. Akhirnya, ia menyetujui persyaratan tersebut.
Keduanya pulang ke rumah perempuan misterius tersebut, yang tak disangka, terlihat megah bak sebuah istana. Namun, saat ditanya tentang asal-usulnya, perempuan tersebut menolak untuk menjawab.
Namun, saat ditanya tentang asal-usulnya, perempuan tersebut menolak untuk menjawab.
Seiring berjalannya waktu, Prabu Siliwangi yang belum memiliki permaisuri mulai merasa nyaman hidup bersama perempuan misterius itu. Bahkan, perlahan ia mulai jatuh hati dan berniat untuk menikahinya. Mereka pun akhirnya menikah dan hidup bahagia untuk sesaat.
Tanpa terasa, siang malam silih berganti. Prabu Siliwangi akhirnya tinggal lebih lama dari yang direncanakan. Ia kemudian teringat bahwa ia telah terlalu lama meninggalkan rakyatnya. Ia harus segera kembali ke kerajaan, karena rakyatnya membutuhkan seorang pemimpin. Sang istri mengizinkan Prabu Siliwangi untuk kembali, serta mengutus pasukannya untuk mengantarkan suaminya kembali ke Pakuan Pajajaran.
Sesampainya di istana, Prabu Siliwangi disambut dengan gembira oleh rakyat Pakuan Pajajaran. Selama ini, mereka mengira bahwa sang pemimpin telah lama meninggal. Kemudian, ia kembali menjalankan tugasnya sebagai raja seperti biasanya. Hari pun berubah menjadi bulan. Ia begitu sibuk menyelesaikan pekerjaannya hingga perlahan mulai melupakan istrinya.
Pada suatu malam, ketika sang raja tengah tertidur pulas, terdengar suara tangisan bayi dari luar. Prabu Siliwangi mendekati suara itu dan terkejut menemukan bahwa suara tersebut benar-benar berasal dari seorang bayi. Ia segera menggendong dan menenangkannya sembari kebingungan. Tiba-tiba, muncullah kabut asap dan cahaya di depan Prabu Siliwangi yang diikuti kemunculan sosok perempuan.
Ternyata, perempuan itu adalah sang istri tercinta yang membawa kabar bahwa bayi perempuan tersebut adalah buah cinta mereka berdua. Ia datang menghadap raja untuk menitipkan putrinya dan memohon agar raja merawatnya layaknya manusia.
Mendengar perkataan sang istri, Prabu Siliwangi meminta penjelasan tentang apa yang dimaksud dengan merawat putri mereka seperti seorang manusia. Istrinya akhirnya menjelaskan bahwa dirinya adalah seorang siluman dan ratu penguasa hutan. Sang istri berharap agar Prabu Siliwangi dapat membesarkan anak mereka, menjaganya, dan memberikan segala yang terbaik baginya.
Istrinya akhirnya menjelaskan bahwa dirinya adalah seorang siluman dan ratu penguasa hutan.
Belum sempat bertanya banyak, sosok sang istri lenyap ditelan malam. Prabu Siliwangi membawa bayi tersebut ke dalam istana dan menamainya Putri Kadita. Ia berjanji akan merawatnya sebaik mungkin. Putri Kadita tumbuh sebagai gadis yang berbudi baik. Beberapa kali, kecantikan Putri Kadita mengingatkannya pada sang istri yang ia biasa sebut ‘kinasih, yang berarti ‘kesayangan’.
Tak jarang, Baginda Raja mengembara ke hutan untuk mencari istana tempat ia pernah bermukim. Namun, berujung sia-sia. Seiring bertambahnya usia, Prabu Siliwangi mulai khawatir karena tidak memiliki permaisuri dan anak laki-laki untuk meneruskan takhtanya. Meski begitu mencintai Putri Kadita, rakyat Pakuan Pajajaran tidak ingin dipimpin oleh seorang perempuan.
Babak Baru Pakuan Pajajaran
Prabu Siliwangi lalu meminta izin kepada Putri Kadita untuk menikah lagi dengan harapan memiliki keturunan lelaki. Calon permaisurinya adalah seorang putri bangsawan bernama Dewi Mutiara. Pucuk dicinta, ulam pun tiba. Beberapa bulan setelah menikah, Dewi Mutiara akhirnya mengandung seorang bayi laki-laki. Prabu Siliwangi, Dewi Mutiara, dan Putri Kadita, hidup harmonis sebagai sebuah keluarga.
Namun, semasa kehamilannya, Dewi Mutiara mulai menunjukkan perubahan sifat. Ia berubah menjadi ratu yang pemarah dan egois. Ia juga memiliki sejumlah permintaan yang harus dituruti oleh Prabu Siliwangi demi kelancaran kehamilannya.
Awalnya, permintaan Dewi Mutiara tak lebih dari sekadar makanan mewah. Tetapi semakin hari, permintaannya semakin aneh. Salah satunya adalah meminta agar Putri Kadita keluar dari istana Pakuan Pajajaran.
Dewi Mutiara cemburu akan kasih sayang Prabu Siliwangi yang begitu besar kepada putrinya. Ia tak ingin kasih sayang sang raja terbagi untuknya dan anak lelakinya kelak. Mendengar permintaan istrinya, Prabu Siliwangi pun marah besar. Tentu saja hal itu tidak pernah terbesit di pikirannya. Terlebih lagi, karena ibu kandung dari Putri Kadita telah menitipkannya kepada Prabu Siliwangi.
Dewi Mutiara cemburu akan kasih sayang Prabu Siliwangi yang begitu besar kepada putrinya.
Tak berhasil, Dewi Mutiara mencari cara lain untuk menyingkirkan Putri Kadita. Dengan bantuan para dayang, ia memanggil seorang dukun untuk menyihir sang putri. Malam harinya, Putri Kadita diserang rasa gatal luar biasa yang berubah menjadi kudis.
Sekujur tubuh Putri Kadita dipenuhi nanah dan bisul, serta aroma menyengat. Sang raja mengundang banyak tabib untuk menyembuhkan sang putri. Hasilnya nihil. Kesempatan ini kemudian digunakan oleh Dewi Mutiara untuk mengasingkan Putri Kadita.
Dewi Mutiara berkata bahwa jika dibiarkan, penyakit Putri Kadita akan menyebar ke seluruh kerajaan dan menjadi wabah yang sulit ditanggulangi. Merasa permintaan sang istri masuk akal, dengan berat hati Prabu Siliwangi mengasingkan Putri Kadita.
Penguasa Laut Selatan
Putri Kadita yang putus asa pun akhirnya meninggalkan istana dan pergi tanpa arah ke dalam hutan belantara. Akhirnya, ia menemukan tempat untuk beristirahat dan bertapa, yaitu Gunung Kombang. Saat sedang bersemedi, ia mendengar sebuah bisikan.
Suara yang mengaku sebagai ibunya itu menyuruh Putri Kadita pergi ke arah selatan Pakuan Pajajaran untuk mendapatkan kesembuhan. Ketika ditanya kenapa sang ibu tidak menunjukkan diri, suara itu memintanya untuk percaya saja dan akan ada saatnya bagi mereka untuk bertemu.
Suara yang mengaku sebagai ibunya itu menyuruh Putri Kadita pergi ke arah selatan Pakuan Pajajaran untuk mendapatkan kesembuhan.
Meski tak sepenuhnya yakin, Putri Kadita memilih untuk mengikuti petuah tersebut. Setelah berhari-hari berjalan dan mengembara, akhirnya ia tiba di pesisir Pantai Selatan. Sesampainya di sana, ia kembali mendengar bisikan gaib dari sang ibu yang menyuruhnya untuk menceburkan diri ke dalam laut yang berombak ganas dan menyatu dengan alam.
Meski ketakutan, ia tetap berharap untuk bisa sembuh dari penyakit yang dideritanya. Putri Kadita pun menyelam dan membenamkan dirinya di dalam lautan. Seketika, seluruh kudis dan nanah pada tubuhnya hilang.
Selain itu, ia juga mendapatkan kesaktian luar biasa yang memberinya kendali atas Laut Selatan. Merasa berutang budi, Putri Kadita akhirnya memutuskan untuk menetap dan membangun kerajaan di bawah laut. Perlahan, Putri Kadita mengumpulkan ribuan pasukan.
Ia juga mendapatkan kesaktian luar biasa yang memberinya kendali atas Laut Selatan.
Pengikut setianya tidak didapatkan dengan sembarangan. Konon, banyak pangeran muda yang ingin mempersunting Putri Kadita. Tetapi, ia memberi syarat kepada para kandidat untuk bertarung melawannya terlebih dahulu di tengah gelombang laut Pantai Selatan. Tentu saja, tak ada satu pun pangeran yang mampu mengalahkan kesaktian sang putri. Para pangeran dan pasukannya yang takluk dalam pertarungan itu kemudian diangkat menjadi pengawal Putri Kadita. Selain itu, Nyi Roro Kidul juga berjasa besar membantu penduduk sekitar dalam hal kelautan sehingga dapat hidup sejahtera.
Begitu juga dengan melindungi mereka dari bencana. Berkat jasa-jasa dan kesaktiannya, ia begitu dihormati oleh penduduk sekitar. Inilah asal-usul gelar Kanjeng Ratu Nyi Roro Kidul atau Penguasa Pantai Selatan yang disematkan padanya. Dalam tradisi Jawa, gelar Nyi atau Nyai, Kanjeng, dan Gusti, lazim digunakan untuk menyebut orang yang dihormati, dan memiliki peran penting sebagai simbol kesantunan.
Moral Cerita
Cerita rakyat Jawa Barat legenda Nyi Roro Kidul kaya akan pesan moral yang dapat dijadikan pedoman hidup. Salah satu pesan penting yang dapat dipelajari adalah tentang pentingnya untuk selalu mengutamakan kebaikan, bahkan ketika dihadapkan dengan perlakuan yang tidak adil. Sikap Putri Kadita yang tidak menyimpan dendam kepada ibu tirinya, Dewi Mutiara, dan bahkan rela meninggalkan istana Pakuan Pajajaran, menjadi teladan bagi kita untuk selalu teguh dalam kebaikan, bahkan dalam situasi yang sulit.