Berkunjung ke kompleks candi di Jawa Tengah, kita akan dimanjakan oleh keindahan arsitektur masa lalu. Salah satu destinasi yang wajib dikunjungi adalah Candi Sewu. Namun, perjalanan kita belum lengkap jika tidak menyempatkan diri untuk mengunjungi Candi Plaosan yang terletak sekitar satu kilometer ke arah timur. Candi yang satu ini menyimpan kisah cinta yang begitu mendalam.
Candi Plaosan merupakan sebuah monumen cinta yang dibangun oleh Raja Rakai Pikatan dari Kerajaan Mataram Kuno sebagai persembahan untuk permaisurinya, Pramudyawardani. Kemegahan candi ini menjadi saksi bisu akan kasih sayang sang raja kepada sang permaisuri. Dengan mengunjungi candi ini, kita seolah diajak untuk menyelami kisah romantis dari masa lampau dan mengagumi keindahan arsitektur peninggalan kerajaan-kerajaan Hindu-Buddha di Nusantara.
Orang-orang sekitar biasa menyebut candi yang terletak di Dukuh Plaosan, Desa Bugisan, Kecamatan Prambanan, Kabupaten Klaten, Jawa Tengah, ini dengan sebutan candi kembar. Sebutan Candi Kembar bukan tanpa alasan. Jika dilihat dari kejauhan, di dalam kompleks ini terdapat dua candi yang hampir sama. Namun, apabila dilihat dari dekat, terdapat perbedaan yang sangat signifikan dari kedua candi tersebut. Untuk membedakannya kedua candi tersebut maka masing-masing diberi nama Candi Plaosan Lor dan Candi Plaosan Kidul.
Candi Plaosan Lor memiliki tinggi sekitar 21 meter dengan pintu masuk di sebelah barat. Pada bagian tengah candi, terdapat halaman yang dilengkapi pendopo dengan tiga buah altar pada sisi-sisinya.
Sementara itu, bangunan Candi Plaosan Kidul tidak jauh berbeda dengan Candi Plaosan Lor. Memiliki tinggi yang sama, di sini juga terdapat halaman pada bagian tengahnya. Namun yang membedakan, Candi Plaosan Kidul dikelilingi oleh 8 candi kecil yang terbagi menjadi 2 tingkat. Setiap tingkat terdiri dari 4 candi kecil. Selain itu, banyak ukiran tumbuh-tumbuhan pada pintu masuk Candi Plaosan Kidul.
Menurut beberapa ahli, candi ini memiliki ciri-ciri yang berbeda jika dibandingkan dengan beberapa candi lain yang ada di Yogyakarta. Terasnya terlihat halus jika dibandingkan dengan candi-candi lain yang dibangun pada masa yang hampir sama. Hal tersebut kemudian memunculkan anggapan bahwa candi ini dahulu difungsikan sebagai tempat penyimpanan naskah-naskah kanonik milik para pendeta Budhha.
Keunikan kompleks candi ini tidak hanya terletak pada sejarahnya, tetapi juga pada arsitekturnya yang begitu khas. Bentuknya yang padat dan eksotis, dengan ornamen-ornamen yang detail, menjadikannya latar belakang yang sempurna untuk sesi pemotretan. Tak heran jika banyak fotografer, terutama mereka yang tertarik pada fotografi sejarah dan budaya, menjadikan candi ini sebagai lokasi favorit untuk mengabadikan tokoh pewayangan.