Ambon adalah salah satu kota penting di wilayah Indonesia Timur yang memiliki peranan besar di dalam pembangunan wilayah serta masyarakat Indonesia Timur. Seperti halnya Manado, Jayapura, bahkan Dili, timor Leste dan Darwin, Australia, Ambon sangat diperhitungkan dalam hal pengelolaan sumberdaya kehidupan untuk membangun wilayah dan masyarakat ke arah yang lebih baik lagi. Ambon adalah salah satu tonggak pembangunan di kawasan timur Indonesia.
Bicara mengenai ibukota provinsi Maluku, Ambon, tentu akan membuat kita membicarakan kawasan Maluku secara umum. Sekedar untuk diketahui, Ambon adalah nama kota yang diambil dari nama Pulau tempat kota tersebut berada. Banyak orang yang salah paham ketika membedakan antara Ambon dalam pengertian kota dan pulau. Kembali ke kota Ambon, banyak sekali sektor yang terkait dengan salah satu provinsi besar di timur Indonesia ini. Politik, Ekonomi, Sosial, Kelautan, bahkan Pariwisata adalah beberapa sektor penting yang menjadi sorotan pemerintah pusat Indonesia dan dunia. Namun, sebelum beranjak terlalu jauh, ada baiknya bila kita mengenal Ambon dari sejarah terbentuknya terlebih dulu.
Ambon sebenarnya mulai berkembang ketika Bangsa Portugis pertama kali menginjakkan kaki di kawasan ini sekitar tahun 1513. Mereka melakukan eksplorasi ini dalam rangka melancarkan program 3G (Gold, Glory, Gospel) yang banyak dilakukan oleh bangsa-bangsa penjelajah dari Eropa pada masa itu. Dalam mendukung misi eksplorasinya ini, maka Portugis pun membangung sebuah Benteng berikut kota di dalamnya yang bernama Laha atau biasa disebut Ferangi. Untuk membangun kota benteng ini, Portugis pun membutuhkan bantuan dari penduduk lokal yang merupakan suku asli Maluku dan dalam perkembangannya masyarakat asli ini pun membentuk sebuah perkampungan yang disebut Soa. Berawal dari Soa inilah, masyarakat lokal pekerja itu pun membentuk sebuah tatanan baru dengan berbagai kesepakatan kelompok di dalamnya yang akan menjadi cikal-bakal warga asli Ambon hingga jaman modern ini.
Sejarah pendirian Benteng Portugis ini juga menjadi dasar penentuan hari jadi kota Ambon. Tanggal yang ditetapkan adalah 7 September 1575, dan ini merupakan tanggal kombinasi berdirinya kota Laha pertama kali pada tahun 1575 dan pemberian hak sama Pemerintahan Kolonial Belanda kepada masyarakat Ambon pada tanggal 7 September 1921. Akhirnya setelah melalui berbagai rapat dan kesepakatan, maka ditetapkanlah tanggal tersebut sebagai bentuk apresiasi terhadap beberapa titik sejarah yang telah dilalui Kota Ambon.
Kota Ambon adalah kota yang sangat cantik. Kota ini terletak di bagian tengah Pulau Ambon dan menghadap langsung ke Teluk Ambon. Pemandangan di tempat ini sudah dapat dipastikan luar biasa indah. Selain pantai yang cantik, pegunungan yang terlihat berlapis-lapis dari kejauhan, kondisi bawah lautnya pun sangat indah untuk dijelajahi. Untuk membuktikan keindahan kota ini, Monumen Christina Martha Tiahahu dapat menjadi tempat yang paling cocok. Lokasi yang berada di dataran tinggi kota Ambon ini membuat kita dapat melihat kota Ambon dari ketinggian serikut Teluk Ambon yang indah dari kejauhan.
Kondisi masyarakat kota Ambon cukup heterogen. Keberadaan kota Ambon sebagai ibukota Maluku membuat banyak sekali pendatang yang memutuskan untuk mengadu nasib dan membina kehidupan di kota ini. Layaknya ibukota provinsi lain di Indonesia, Ambon dihuni oleh berbagai jenis penduduk yang sangat beragam baik dari suku, agama, ras, serta golongan. Masyarakat yang menjadi penduduk dengan jumlah terbesar adalah dari Bangsa Alifuru, yaitu suku asli Maluku. Kemudian, keberadaan Alifuru diikuti oleh beberapa suku pendatang seperti Jawa, Buton, Bugis, dan lainnya. Selain itu juga ada beberapa etnis dengan jumlah kecil seperti Arab dan Tionghoa, umumnya mereka adalah keturunan para pedagang mancanegara di masa lalu.
Walaupun beragam, masyarakat Ambon terus berusaha untuk hidup rukun. Mereka memiliki satu konsep yang diambil dari istilah adat yaitu Pela Gandong. Konsep ini mengajarkan adanya sikap toleransi dan saling menghormati di dalam menyikapi perbedaan yang ada. Pela Gandong ini pulalah yang telah menyadarkan sebagian besar warga Ambon pasca kerusuhan Ambon di tahun 1999-2002 lalu. Masyarakat Ambon akhirnya menyadari, bila mereka terus mengkotak-kotakkan keberagaman yang mereka miliki, mereka tidak akan pernah maju dan Ambon tidak akan pernah berkembang lebih baik. Keberagaman ini menjadi sesuatu yang menarik untuk disaksikan, misalnya ketika sore hari di sekitar Lapangan Merdeka yang juga berfungsi sebagai alun-alun kota Ambon. Biasanya, warga Ambon berolahraga, bersantai, atau melakukan berbagai aktifitas sosial di tempat ini.
Dalam hal pariwisata, Ambon juga tidak kalah dengan wilayah lain di Maluku yang kaya akan sumberdaya alamnya. Selain beberapa monumen seperti Christina Martha Tiahahu dan Pattimura, taman Gong Perdamaian juga menarik untuk dikunjungi. Selain itu, Pasar Mardika menjadi tempat yang cukup penting dalam roda perekonomian kota Ambon. Ambon di malam hari pun tidak kalah menariknya dari siang hari. Justru, di malam hari kita akan semakin banyak menemukan berbagai wisata kuliner yang nikmat di seluruh pelosok kota Ambon. Tidak hanya kuliner ikan saja yang jelas menjadi keunggulan Ambon, namun kuliner lain seperti Nasi Kuning Begadang dan Coto Makassar juga menjadi primadona di kota besar ini.
Ambon adalah kota heterogen yang memiliki potensi besar di berbagai sektor kehidupan. Masyarakat majemuk yang tinggal di kota ini memberika nuansa tersendiri bagi perkembangan Ambon serta Maluku di masa depan. Ambon tidak hanya mempunyai keindahan alam yang luar biasa, namun juga sejarah dan kehidupan yang sangat menarik. Terlepas dari konflik Horisontal yang pernah terjadi di masa lalu, kini Ambon telah menemukan auranya kembali sebagai kota dengan peran besar di wilayah timur Indonesia. [Phosphone/IndonesiaKaya]