Sanggul atau gelung pada wanita Bali memiliki makna yang lebih dari sekadar hiasan penampilan; ia merupakan bagian penting dari tradisi dan kehidupan sehari-hari. Salah satu gelung tradisional Bali yang paling sering terlihat adalah pusung tagel. Bentuknya yang khas, dipadukan dengan payas madya atau payas alit, mencerminkan citra perempuan Bali secara ikonik.
Bentuknya yang khas, dipadukan dengan payas madya atau payas alit, mencerminkan citra perempuan Bali secara ikonik.
Simbol Kedewasaan Perempuan Bali
Gelung pusung tagel adalah model sanggul yang paling banyak diterapkan oleh perempuan Bali. Selain menjadi simbol kecantikan, gelung ini juga menandakan kedewasaan. Dahulu, pusung tagel hanya dipakai oleh perempuan yang sudah ditagelin atau menikah. Namun kini, perempuan yang berusia 17 tahun ke atas pun sudah bisa dan lazim mengenakan gelung ini.
Saking khasnya, semua perempuan Bali pasti tahu tentang pusung tagel, serta kapan dan di mana harus mengenakannya. Gelung ini tidak hanya digunakan untuk menghadiri kegiatan sembahyang, tetapi juga untuk acara resmi berskala nasional. Sebagai bagian dari kehidupan sehari-hari, gelung ini sering dijadikan karya oleh para pengrajin sanggul. Salah satunya adalah melalui penggunaan antol atau cemara, istilah yang merujuk pada rambut tambahan untuk menata sanggul.
Sebagai bagian dari kehidupan sehari-hari, gelung ini sering dijadikan karya oleh para pengrajin sanggul.
Dari segi bentuk, sanggul ini memiliki bagian bawah yang menyerong ke samping. Pusung tagel bagian kiri disebut penyawat, sementara bagian yang berbentuk bulatan dinamakan batun pusungan. Di sebelah kanan penyawat terdapat bagian yang disebut tagelan.
Perkembangan zaman turut menjadikan sanggul ini mengalami berbagai modifikasi. Menariknya, perubahan tersebut tidak terjadi pada bagian pusung tagel-nya, melainkan pada bagian depan, seperti penambahan ‘urat-urat’ atau belahan rambut ke kiri atau kanan.
Tahapan Pembuatan Gelung Pusung Tagel
Untuk membuat pusung tagel, langkah pertama adalah menyiapkan rambut tambahan, yaitu antol atau cemara. Namun, jika rambut sudah cukup panjang, tidak perlu menggunakan antol atau cemara. Selanjutnya, bagi rambut menjadi dua bagian, yaitu bagian depan dan belakang. Bagian depan disasak membentuk sunggaran, sementara bagian belakang diikat kuat menggunakan karet di tengah kepala bagian belakang. Setelah itu, pasangkan antol sepanjang 100-120 cm dengan kencang.
Jika rambut sudah cukup panjang, tidak perlu menggunakan antol atau cemara.
Langkah selanjutnya adalah memilin sedikit antol dengan rambut asli, kemudian membentuk lingkaran (batun pusungan) dengan cara memutarkan rambut ke kiri bawah dan mengangkatnya ke kanan atas. Setelah itu, buatlah tagelan dengan menekuk ujung rambut di sebelah kanan, dengan ukuran yang lebih besar dari batun pusungan. Sebagai sentuhan akhir, sisakan sedikit rambut untuk diselipkan dan diikatkan di tengah sanggul atau pangkal sanggul, lalu jepit dengan kuat.
Melalui perpaduan antara tradisi dan estetika, gelung ini menjadi identitas yang menghormati nilai-nilai kearifan lokal. Keberlanjutan dan adaptasi gelung pusung tagel di era modern memperlihatkan betapa pentingnya melestarikan budaya, tanpa menghilangkan esensi tradisi yang telah mengakar kuat.