Tari kolosal ini didukung sepenuhnya oleh para penari dan seniman yang berasal dari Kota Solo
Para penari mempertunjukan kebolehannya menari di depan ratusan masyarakat Solo yang memadati area di sepanjang Jalan Sudirman
Saat adegan keempat yang menggambarkan rakyat Solo bergotong royong, tiba-tiba Walikota Solo, FX Rudi Hadyatmo, maju ke arena pagelaran
Para penari ini memainkan seluruh adegan dengan penuh penghayatan dan menjadikan pentas tari kolosal ini begitu hidup dan spektakuler
Gagasan konsep pertunjukan Adeging Kutha Sala sendiri menitik beratkan pada sejarah terbentuknya Kota Surakarta
Pasca terjadinya kekacauan, perlahan-lahan rakyat mulai bangkit untuk menata kehidupannya kembali
Pagelaran tari kolosal ini di pusatkan di depan panggung yang berlokasi tepat di Kantor Pos, Jalan Jendral Sudirman, Solo
Para penari memperagakan gerakan-gerakan tarian lengkap dengan kelengkapan seperti bakul
Walikota Solo, FX Hadi Rudyatmo ikut ambil bagian dalam salah satu adegan tarian yang menggambarkan nilai gotong royong
Bersatunya rakyat dan Perpindahan Karaton Kartasura ke Surakarta yang berjalan mulus menjadi akhir penutup tarian kolosal ini
Pemotongan tumpeng yang dilakukan Walikota Solo FX Hadi Rudyatmo menjadi penanda tarian kolosal akan dimulai
Perpindahan Karaton Kartasura ke Surakarta menjadi tema yang diangkat dalam tarian kolosal ini
Penggambaran aktivitas rakyat ini digambarkan dalam koreografi tarian rakyat dan tarian jalanan
Seniman-seniman dari Solo mempertunjukan kebolehannya di depan masyarakat Solo dan disaksikan Walikota Solo dalam pagelaran tari kolosal ini
Anak-anak juga ikut ambil bagian dalam pementasan tarian kolosal ini
Tari kolosal ini menampilkan 270 penari profesional dan melibatkan 560 penari
Para pendukung tarian berfoto bersama seusai pertunjukan tarian kolosal yang spektakuler dilaksanakan
Tarian kolosal yang diselenggarakan untuk merayakan hari jadi Kota Solo ini mengambil lakon 'Adeging Kutha Sala'
Adegan pembuka diawali dengan suasana yang kacau balau pasca perang perebutan Karaton Kartasura oleh pasukan Belanda
Malam itu kawasan Jalan Jendral Sudirman dipadati ratusan masyarakat Solo yang ingin menyaksikan pagelaran akbar hari lahir Kota Solo, Solo Karnaval. Pada puncak perayaan yang ke-270 ini menampilkan tarian kolosal dengan mengambil lakon ‘Adeging Kutha Sala’
Gagasan konsep pertunjukan Adeging Kutha Sala sendiri menitik beratkan pada sejarah terbentuknya Kota Surakarta (perpindahan Karaton Kartasura ke Surakarta) yang menampilkan 270 penari profesional dan melibatkan 560 penari.
Sebelum pagelaran tari kolosal dimulai, Walikota Solo, FX Rudi Hadyatmo memberikan sambutan dihadapan ratusan warga Kota Solo yang berdiri di depan panggung yang berlokasi tepat di Kantor Pos, Jalan Jendral Sudirman, Solo. Dalam kesempatan itu, Walikota Solo menyampaikan bahwa acara ini dipersembahkan untuk menghibur masyarakat Solo dan juga wisatawan yang berkunjung ke Solo.
Adegan pembuka diawali dengan suasana yang kacau balau pasca perang perebutan Kraton Kartasura oleh pasukan Belanda melawan prajurit Cina dan Jawa. Perlahan-lahan rakyat mulai bangkit untuk menata kehidupannya kembali. Penggambaran aktivitas rakyat ini digambarkan dalam koreografi tarian rakyat dan tarian jalanan.
Ada satu kejadian unik, saat adegan keempat yang menggambarkan rakyat Solo bergotong royong, tiba-tiba Walikota Solo, FX Rudi Hadyatmo, maju ke arena pagelaran dan sontak pertunjukan tarian yang berjalan pun berhenti. Rupanya sang walikota ingin menyampaikan pentingnya nilai-nilai gotong royong pada masyarakat Solo. Bahkan, Rudi Hadyatmo ikut ambil bagian dalam adegan menyapu jalanan.
Pertunjukan spektakuler tarian kolosal malam itu berakhir dengan arak-arakan yang menggambarkan perpindahan Karaton Kartasura ke Surakarta. Prosesi kirab atau karnaval dari Ngarsupuro menuju Jalan Sudirman ini seperti menggambarkan sekitar 50 ribu rakyat yang pindah sambil membawa canthang balung, sesaji, gajah, kuda, dan 17 macam jenang. Inilah cikal bakal lahirnya Kota Surakarta Hadiningrat yang baru saja merayakan hari lahir yang ke-270 tahun. [Tauhid/IndonesiaKaya]