Oleh masyarakat Dayak, rumah ini digunakan sebagai tempat untuk menyelenggarakan kegiatan-kegiatan keagamaan dan upacara adat naik dango bila musim panen tiba. Inilah rumah bentang samalantan, sejenis rumah panggung yang dibangun dengan kedalaman 120 kaki tertanam langsung ke tanah.
Rumah bentang samalantan terletak di antara jalur Provinsi Bengkayang-Singkawang. Letak bangunan berada sekitar 300 meter dari Jalan Provinsi tepatnya di Kecamatan Samalantan, Kabupaten Bengkayang. Menuju ke rumah bentang, kita akan di sambut oleh patung burung enggang yang dikeramatkan. Persis di seberang rumah bentang, terdapat sebuah rumah yang digunakan sebagai balai pertemuan warga. Untuk bisa naik ke atas, kita harus melewati tangga utama atau anak tangga yang ada di sisi kiri dan kanan rumah.
Rumah bentang samalantan terletak di antara jalur Provinsi Bengkayang-Singkawang.
Rumah bentang samalantan mempunyai empat ruangan—2 ruangan di sisi kiri dan 2 ruangan di sisi kanan—dengan ruang keluarga pada bagian tengah rumah yang memisahkan 4 ruangan tersebut. Pada dinding ruangan, terdapat banyak hiasan bermotif Dayak yang terbuat dari kayu. Selain itu, ada pula beberapa tempayan berukuran sedang pada tiap tiang penyangga, serta patung kayu yang diletakkan di dekat tangga utama.
Di samping jalan masuk mendekati rumah bentang, terdapat sebuah tembok kecil bertuliskan Adil Katalino Bacaramin Kasurga, Basengat Ka Jubata. Kalimat pertama mempunyai arti bersifat adil kepada sesama manusia di dunia, serta selalu melihat dan bercermin ke surga. Sementara itu, kalimat kedua berarti bahwa semua yang di dunia ini diberi napas dan hidup dari Tuhan Yang Maha Esa. Prinsip-prinsip tersebut yang dipegang teguh oleh masyarakat Dayak.
Rumah ini diresmikan pendiriannya pada 27 April 1996 oleh Bupati Sambas saat itu.
Rumah bahtang (bentang) diresmikan pendiriannya pada 27 April 1996 oleh Bupati Sambas saat itu. Kala itu, Singkawang dan Bengkayang masih satu wilayah dengan Kabupaten Sambas. Rumah bentang menjadi tempat kegiatan acara-acara ritual keagamaan serta upacara adat naik dango bila musim panen tiba. Posisi rumah bentang berada di kaki bukit yang dikelilingi hamparan sawah yang luas dan di belakangnya terdapat pepohonan besar yang memberikan nuansa alam tersendiri.
Sebelum menuju rumah bentang, di sisi kiri jalan, kita akan disajikan dengan pemandangan kolam kecil dan sebuah patung Nek Ramaga. Menurut riwayat, Nek Ramaga adalah salah seorang pemimpin komunitas yang hidup di sebuah kampung bernama Pakana Bahana, di hulu Sungai Mempawah. Ia hidup sebagai peramu hutan dan diangkat sebagai pemimpin oleh warga kampung itu. Karena kesakralannya, patung Nek Ramaga tersebut diberi tempayan kecil, sebagai tempat sesaji bagi warga Dayak.