Kata “pindang” mungkin tidak asing lagi dalam perbendaharaan istilah kuliner di negeri ini. Banyak daerah memiliki definisinya sendiri mengenai istilah kuliner ini. Bahan dasarnya pun beragam, mulai dari telur di Jogja, iga sapi di Palembang, dan bandeng di Semarang. Semua bahan itu sama-sama dapat diolah menjadi hidangan bernama pindang–tetapi dengan racikan dan teknik memasak yang sama sekali berbeda. Provinsi Lampung yang kaya dengan berbagai hasil perikanan juga memiliki hidangan jenis pindang yang khas.
Masyarakat Lampung menafsirkan pindang sebagai sejenis sup atau masakan berkuah yang berbahan dasar ikan.
Hidangan pindang dalam khazanah kuliner Lampung hampir identik dengan ikan. Bagi masyarakat Lampung, pindang memang dapat ditafsirkan sebagai sejenis sup atau masakan berkuah yang berbahan dasar ikan, dengan cita rasa kuah yang kaya rempah. Ikan yang menjadi bahan dasar pindang khas Lampung umumnya termasuk ikan air tawar. Di antara jenis ikan yang banyak diolah menjadi pindang antara lain patin, gabus, baung, dan bawal.
Selain bahan dasarnya, cita rasa kuah yang segar juga menjadi ciri pindang khas Lampung. Racikan bumbu yang terdiri dari cabai merah, serai, lengkuas, daun salam, daun jeruk, bawang merah, bawang putih, dan kunyit menghadirkan cita rasa gurih pedas dengan aroma rempah yang kuat. Tambahan irisan tomat menghadirkan rasa asam yang segar. Beberapa orang menyamakan cita rasa yang dihasilkan pindang ikan ini dengan hidangan tom yam dari Thailand.
Beberapa orang menyamakan cita rasa yang dihasilkan pindang ikan ini dengan hidangan tom yam dari Thailand.
Kekhasan lain dari pindang Lampung ini adalah hidangan pelengkapnya. Semangkuk ikan pindang biasanya dihidangkan bersama semangkuk kecil sambal terasi dan tempoyak. Tempoyak merupakan olahan fermentasi durian dengan rasa yang unik dan aroma yang sedikit menyengat. Perpaduan antara pindang, sambal terasi, dan tempoyak menghasilkan cita rasa yang sangat unik dan layak untuk dicoba.