Tari Cah Rimba yang Berakar dari Sebuah Tradisi - Indonesia Kaya

Cari dengan kata kunci

tari_cah_rimba_1200.jpg

Tari Cah Rimba yang Berakar dari Sebuah Tradisi

Sebuah tarian yang menggambarkan tradisi aturan pembukaan ladang Masyarakat Aceh.

Kesenian
Tagar:

Indonesia yang merupakan negara kepulauan, menyimpan potensi alam yang sangat besar. Tidak hanya dalam bidang kelautan, tapi juga pertanian dan peternakan. Hal ini membuat mata pencaharian sebagian besar masyarakat berada dalam jangkauan bidang tersebut. Begitu juga dengan masyarakat Aceh. Pada masa lalu, mayoritas masyarakat Aceh memiliki mata pencaharian bertani dan beternak.

Satu hal yang menarik dalam bertani, masyarakat Aceh memiliki sebuah tradisi dalam proses pembukaan ladang untuk pertanian. Dalam pembukaan lahan yang akan digarap, masyarakat aceh memiliki sebuah tradisi yang disebut dengan cah rimba. Tradisi ini memiliki aturan-aturan tentang pembukaan lahan garapan agar tidak dilakukan secara liar dan tetap patuh pada aturan adat yang berlandaskan pada ajaran agama Islam.

Dalam pembukaan lahan yang akan digarap, masyarakat aceh memiliki sebuah tradisi yang disebut dengan cah rimba.

Dalam cah rimba, para perangkat desa atau yang disebut dengan geucik, dan orang-orang yang paham tentang masalah perhutanan atau disebut petua uten, berperan aktif untuk berunding dan memperhitungkan pemilihan lahan yang akan digarap. Hal ini bertujuan agar pembukaan lahan tidak mengganggu ekosistem dan merugikan masyarakat.

Adanya tradisi pembukaan lahan ini, menginspirasi sebuah tari kreasi dengan nama yang sama yaitu tari cah rimba. Tarian ini adalah sebuah tari yang menggambarkan proses pembukaan lahan, dimulai dari persiapan hingga pembagian lahan garapan.

Tarian ini adalah sebuah tari yang menggambarkan proses pembukaan lahan, dimulai dari persiapan hingga pembagian lahan garapan.

Bagian-Bagian Tari Cah Rimba

Pada bagian awal tarian, tari cah rimba menceritakan tentang masyarakat gampong (kampung) yang hidup harmonis. Para pria digambarkan sedang sibuk mempersiapkan alat-alat yang digunakan untuk keperluan membuka lahan. Di sisi lain, para perempuan mempersiapkan bekal makanan untuk mereka yang bekerja membuka lahan.

Sesampainya di hutan, petua uten akan memulai dengan memimpin doa. Mereka memohon kepada Allah agar prosesi pembukaan lahan berjalan dengan lancar. Setelah berdoa, maka dimulailah proses pembukaan lahan yang dilakukan masyarakat secara gotong-royong.

Pementasan tarian ini mengisahkan cerita yang dramatis dengan adanya gambaran tentang proses pembukaan lahan yang tidak berjalan sesuai rencana. Pada bagian ini dihadirkan seorang penari yang berperan sebagai binatang buas. Binatang tersebut mencoba mengganggu proses pembukaan lahan.

Pementasan tarian ini mengisahkan cerita yang dramatis dengan adanya gambaran tentang proses pembukaan lahan yang tidak berjalan sesuai rencana.

Binatang buas pengacau ini kemudian diceritakan berhasil diusir oleh seorang wanita. Hanya dengan berbekal rumput liar atau disebut dengan seumalo, ia mengusir sang binatang buas dan memungkinkan proses membuka lahan dapat kembali berjalan.

Tari cah rimba diakhiri dengan lahan yang sudah selesai digarap. Geuchik dan petua uten lalu membagi-bagikan lahan secara adil kepada seluruh masyarakat. Lahan ini yang kemudian dimanfaatkan sebagai lahan untuk berladang. Lahan-lahan tersebut diberi batasan antar satu sama lain menggunakan pelepah pinang atau yang dikenal dengan nama gantung situek.

Teknis dan Kearifan Lokal dalam Tarian

Dalam pementasannya, tari cah rimba dilakukan oleh pemuda dan pemudi dengan jumlah 10 orang penari. Terdiri dari enam orang penari laki-laki dan empat orang penari perempuan.

Dalam mementaskan tarian, para penari biasanya mengenakan baju kurung berwarna cerah dengan ornamen bercorak khas Aceh. Kostum yang dikenakan oleh penari pria dan penari wanita pada dasarnya sama. Satu hal yang membedakan hanya pada bagian kepala. Penari perempuan mengenakan penutup kepala, sedangkan penari pria mengenakan ikat kepala.

Masyarakat Aceh menceritakan tentang tradisi turun-temurun dalam pemeliharaan ekosistem alam melalui tari cah rimba. Dengan menyaksikan pertunjukan tari cah rimba, masyarakat diharapkan dapat mengetahui dan mempelajari tentang aturan dan tradisi masyarakat Aceh dalam menjaga ekosistem lingkungan di sekitar mereka.

Masyarakat Aceh menceritakan tentang tradisi turun-temurun dalam pemeliharaan ekosistem alam melalui tari cah rimba.

Melestarikan tari cah rimba pun menjadi penting. Tidak hanya bagi masyarakat Aceh, tapi seluruh masyarakat Indonesia dapat belajar tentang kearifan lokal dalam kebudayaan. Bagaimana kearifan tersebut mengajarkan kepada lintas generasi tentang nilai-nilai kehidupan bermasyarakat dan pentingnya menjaga kelestarian ekosistem lingkungan. Melalui tarian, komunikasi tentang tradisi ini pun dikemas menghibur.

Tagar:
Informasi Selengkapnya
  • Indonesia Kaya

  • Indonesia Kaya

  • Hello Indonesia , Aceh Prov