Mengungkap Sejarah Perjuangan Diplomatik Indonesia di Museum Linggarjati - Indonesia Kaya

Cari dengan kata kunci

Linggarjati_1200.jpg

Mengungkap Sejarah Perjuangan Diplomatik Indonesia di Museum Linggarjati

Sebagai saksi bisu, bangunan ini menyimpan kisah perjuangan diplomasi yang menentukan nasib bangsa Indonesia.

Pariwisata

Bermula dari gubuk sederhana milik Ibu Jasitem yang dibangun pada tahun 1918, bangunan ini kemudian menjadi saksi bisu perundingan penting yang menentukan nasib bangsa Indonesia. Kini, bangunan tersebut dikenal sebagai Museum Linggarjati, tempat berlangsungnya perundingan antara wakil Indonesia dan Belanda.

Gedung ini terletak di bagian timur Kota Kuningan. Gedung tua bergaya kolonial Belanda ini telah mengalami beberapa pergantian fungsi dan kepemilikan sebelum akhirnya difungsikan sebagai museum. Pada masa kolonial, gedung ini pernah berfungsi sebagai markas tentara. Kemudian, fungsinya diubah lagi menjadi sekolah dasar, dan sempat pula dijadikan hotel.

Gedung tua bergaya kolonial Belanda ini memiliki sejarah panjang dengan beberapa pergantian fungsi.

Pasca Proklamasi Kemerdekaan, gedung bersejarah yang terletak di Desa Linggarjati, Kecamatan Cilimus, ini menjadi saksi bisu perundingan penting yang menentukan nasib bangsa Indonesia. Mengingat perannya yang krusial dalam perjuangan kemerdekaan, gedung ini kemudian dialihfungsikan menjadi museum pada tahun 1976.

Bernama lengkap Museum Gedung Perundingan Linggarjati, museum ini menjadi saksi bagaimana perjuangan diplomatik yang dilakukan oleh para pendiri bangsa. Diketuai oleh Sutan Syahrir, Soesanto, Tirtoprodjo, Mr. Mohammad Roem, dan Dr. A. K Gani delegasi Indonesia ini berunding dengan delegasi dari Belanda, yaitu Prof. Mr. Schrmerhorn, Dr. F. De Boer, Mr. Van Poll, Dr. Van Mook, dan diplomat Inggris Lord Killearn sebagai mediator.

Museum Gedung Perundingan Linggarjati adalah saksi bisu perjuangan diplomasi para pendiri bangsa Indonesia.

Masuk ke museum ini, kita seakan diajak menyusuri jejak diplomasi para pendiri bangsa. Di sini, kita bisa melihat langsung meja perundingan, foto-foto, diorama, dan dokumen asli perjanjian Linggarjati.

Berdasarkan catatan sejarah, perundingan Linggarjati berlangsung pada 10-12 November 1946. Ini merupakan upaya pemerintah untuk menyelesaikan konflik dengan Belanda secara diplomatik. Hasil perundingan tersebut menghasilkan tiga isi pokok.

Perundingan Linggarjati berlangsung pada 10-12 November 1946.

Salah satu poin penting dalam perjanjian ini adalah pengakuan de facto Belanda terhadap Republik Indonesia dengan wilayah kekuasaan meliputi Sumatra, Jawa, dan Madura. Selain itu, Belanda berkewajiban untuk meninggalkan wilayah tersebut paling lambat pada tanggal 1 Januari 1949.

Kedua belah pihak juga sepakat untuk membentuk negara federasi bernama Republik Indonesia Serikat, dengan salah satu negara bagiannya adalah Republik Indonesia. Terakhir, disepakati pula pembentukan Uni Indonesia-Belanda, dengan Ratu Belanda sebagai ketuanya

Hasil perundingan ini menghasilkan Perjanjian Linggarjati.

Perundingan tersebut menghasilkan kesepakatan yang tertuang dalam Perjanjian Linggarjati, yang ditandatangani di Jakarta pada 15 November 1946.

Bagian belakang gedung dilengkapi dengan halaman luas yang teduh, dihiasi pepohonan rindang. Sebuah tangga mengarah ke area bawah yang terdapat monumen bertuliskan inti hasil perundingan.

Selain itu, terdapat batu hitam bertuliskan lima pilar utama bangsa Indonesia: petani, pemuka agama, wanita, tentara, dan pemuda yang saling bergandengan. Ini melambangkan kekuatan persatuan bangsa kita yang selalu mengutamakan kepentingan negara di atas kepentingan pribadi.

Informasi Selengkapnya
  • Elsa Dwi Lestari

  • Indonesia Kaya