Lenggang, saudara dekat pempek, merupakan kuliner khas Palembang yang tak kalah lezat. Keduanya memiliki kemiripan dalam bahan dasar dan penyajiannya, yakni adonan tepung ikan yang disiram kuah cuko.
Walaupun sama-sama berbahan dasar ikan, lenggang dan pempek memiliki tekstur yang berbeda karena proses pembuatannya. Adonan lenggang yang lebih cair dan berisi campuran tepung, daging ikan, serta bumbu, akan mengental setelah diaduk rata. Sementara itu, adonan pempek cenderung lebih padat.
Lenggang dan pempek, meski sama-sama berbahan ikan, memiliki tekstur berbeda karena proses pembuatannya.
Adonan yang sudah jadi kemudian dipanggang di dalam daun pisang yang dibentuk kotak. Daun pisang dipilih sebagai wadah karena aromanya yang khas dapat menyatu dengan adonan lenggang saat dipanggang. Uniknya, adonan lenggang yang telah dipanggang setengah matang kemudian dicampur dengan telur bebek dan diaduk rata dalam wadah daun pisang hingga matang sempurna.
Sama seperti pempek, lenggang juga nikmat disantap dengan siraman cuko. Cuko ini terbuat dari campuran air, gula, cuka, udang ebi, cabai rawit, dan bumbu penyedap lainnya. Untuk menikmati cita rasa yang lebih lengkap, coba hirup sedikit cuko setelah menggigit lenggang.
Sama seperti pempek, lenggang juga nikmat disantap dengan siraman cuko.
Popularitas lenggang sebagai kuliner Palembang memang belum seterkenal pempek. Kendati demikian, cita rasa lenggang tidak kalah lezat dengan pempek. Di Kota Palembang, penjual lenggang mudah ditemui, salah satunya di pasar kuliner tepi Sungai Musi. Dibuka mulai pukul 4 sore, lenggang seharga Rp10.000 per porsi ini sering habis menjelang pukul 7 malam
Lenggang, dengan harganya yang terjangkau, merupakan kudapan yang ideal untuk bersantai di sore hari. Apalagi jika dinikmati sambil menyaksikan panorama Sungai Musi dan Jembatan Ampera, pengalaman kuliner di Palembang akan semakin lengkap.