Cari dengan kata kunci

Tari_Petake_Gerinjing_1200-1.jpg

Tari Petake Gerinjing, Petaka Bagi yang Tidak Menghormati Alam

Muda-mudi keluar dari panggung, mereka mengenakan pakaian dengan wana yang serba terang. Meski terkesan kontemporer, kostum tersebut masih mengadopsi nilai tradisional, mengingat bagian bawah pakain yang dikenakan penari menggunakan kain batik bercorak khas Pagaralam.

Kesenian

Muda-mudi keluar dari panggung, mereka mengenakan pakaian dengan warna yang serba terang. Meski terkesan kontemporer, kostum tersebut masih mengadopsi nilai tradisional, mengingat bagian bawah pakaian yang dikenakan penari menggunakan kain batik bercorak khas Pagaralam. Mereka akan menarikan suatu tarian kreasi bernama tari petake gerinjing.

Menurut koreografer, Subahi, tari Petake Gerinjing merupakan tari kreasi yang menceritakan tentang masyarakat di suatu dusun di daerah Pagaralam, Sumatera Selatan, yang mendapat azab karena tidak mematuhi norma dan adat-istiadat yang ada. Azab tersebut digambarkan dengan datangnya banjir bandang yang menyapu peradaban.

“Gerakan tari Petake Gerinjing di babak awal menceritakan tentang kehidupan masyarakat yang dahulu tentram. Kemudian, mendapat azab karena banyak yang berbuat jinah, buang sampah sembarangan, dan tidak melestarikan alam. Secara umum, garapan gerak tari memadukan antara tradisional dan kontemporer,” kata Subahi menjelaskan.

Datangnya banjir bandang sebagai azab kemudian disimbolkan dengan bentangan kain yang terus digoyang-goyang menyerupai gelombang air. Masyarakat di dalamnya panik dan berusaha mematikan diri. Sementara, dari segi musik yang mengiringi, tari Petake Gerinjing memadukan alat musik lokal dan modern. Alat musik tersebut antara lain seperti kenong, dol, jimbe, organ, gitar, dan sesekali terdengar alunan vokal yang menarasikan jalannya tarian.

Banyak amanat yang disampaikan dalam tarian ini, terutama adalah bagaimana manusia mampu hidup berdampingan dengan alam sambil terus menjaga adat-istiadat dan norma-norma yang berlaku. Anugerah keindahan alam memang sudah selayaknya dijaga dan dihormati sebagai rasa syukur manusia kepada sang pencipta, karena bersikap sebaliknya tentu akan mendatangkan petaka, seperti yang tergambar dalam tari Petake Gerinjing. [AhmadIbo/IndonesiaKaya]

Informasi Selengkapnya
  • Elsa Dwi Lestari

  • Indonesia Kaya

This will close in 10 seconds