Pura Uluwatu: Senja, Kecak, dan Keagungan di Selatan Bali - Indonesia Kaya

Cari dengan kata kunci

pura_uluwatu_1200.jpg

Pura Uluwatu: Senja, Kecak, dan Keagungan di Selatan Bali

Tak hanya sakral, pura yang terletak di tebing selatan Bali ini juga menawarkan pemandangan senja yang menakjubkan serta pertunjukan tari kecak yang ikonik.

Pariwisata

Dari sekian banyak pura yang tersebar di Bali, salah satu yang memiliki pesona tersendiri adalah Pura Uluwatu. Terletak di Desa Pecatu, Kecamatan Kuta Selatan, pura ini tidak hanya memancarkan kekuatan spiritual yang khas, tetapi juga menawarkan panorama matahari terbenam yang memukau dari tepi tebing karang.

Lokasinya dapat dicapai dalam waktu sekitar 30 hingga 45 menit perjalanan dari Kota Denpasar. Jarak yang relatif dekat dari pusat ibu kota provinsi menjadikan Pura Uluwatu sebagai salah satu destinasi yang layak dikunjungi saat menjelajahi Pulau Dewata.

Pura ini berperan sebagai penjaga arah barat daya pulau, menambah nilai sakral sekaligus posisi strategisnya dalam sistem spiritual Bali.

Sebagai salah satu tempat ibadah umat Hindu, Pura Uluwatu memiliki status penting sebagai bagian dari Pura Sad Kahyangan Jagat—enam pura utama yang diyakini sebagai penyangga keseimbangan spiritual di Bali. Dalam Lontar Padma Bhuwana, disebutkan bahwa pura ini berperan sebagai penjaga arah barat daya pulau, menambah nilai sakral sekaligus posisi strategisnya dalam sistem spiritual Bali.

Dengan status tersebut, Pura Uluwatu berfungsi sebagai tempat ibadah bagi seluruh lapisan umat Hindu—terbuka tanpa pembatasan kasta, klan, garis keturunan, profesi, maupun asal daerah. Selain Pura Uluwatu, beberapa pura lain yang menyandang status serupa antara lain Pura Besakih di timur laut dan Pura Gua Lawah di tenggara Bali.

Sesuai namanya, pura ini dibangun di atas sebuah bukit karang setinggi 90 meter dari permukaan laut. Secara etimologis, “uluwatu” berasal dari kata ulu (puncak) dan watu (batu), yang merujuk pada letaknya di atas tebing batu karang. Kompleks utama pura menghadap langsung ke arah barat Semenanjung Uluwatu, menyuguhkan pemandangan laut lepas yang dramatis.

Pura Uluwatu didirikan sekitar abad ke-11 oleh Mpu Kuturan, seorang tokoh penting dalam penyebaran ajaran Hindu di Bali.

Menurut naskah Lontar Padma Bhuwana, Pura Uluwatu didirikan sekitar abad ke-11 oleh Mpu Kuturan, seorang tokoh penting dalam penyebaran ajaran Hindu di Bali. Seiring dengan meningkatnya jumlah umat yang datang beribadah, sekitar 15 tahun lalu dibangun kompleks tambahan di bagian bawah untuk menampung lebih banyak pengunjung.

Pada awalnya, Pura Uluwatu hanya memiliki satu akses masuk, yaitu melalui gerbang di sisi timur kompleks utama. Namun, seiring berkembangnya kawasan ini sebagai destinasi wisata, dibangun jalur akses baru di bagian utara. Melalui jalur ini, pengunjung akan menyusuri tepi tebing melalui jalan setapak yang mengarah ke kompleks pura.

Rute dari sisi utara ini memiliki jarak tempuh sekitar satu kilometer. Jalannya melintasi area semak belukar yang menjadi habitat sekelompok kera liar. Oleh karena itu, pengunjung disarankan untuk menyimpan barang-barang berharganya dengan aman guna menghindari hal-hal yang tidak diinginkan.

Menyaksikan keagungan alam dari tempat ini menghadirkan pengalaman spiritual dan visual yang tak mudah dilupakan.

Sepanjang perjalanan, terbentang pemandangan laut lepas dari tepian tebing yang memukau—terutama pada sore hari menjelang matahari terbenam. Pemandangan pura yang berdiri megah dengan latar langit senja dan hamparan laut terbuka menjadi momen yang layak diabadikan sebagai bagian dari pengalaman di Pulau Dewata.

Saat senja tiba, semburat cahaya jingga yang menyebar di cakrawala semakin memperindah panorama dari sisi tebing ini. Menyaksikan keagungan alam dari tempat ini menghadirkan pengalaman spiritual dan visual yang tak mudah dilupakan.

Magisnya Kecak saat Matahari Terbenam

Sebagai penutup yang sempurna untuk kunjungan ke Pura Uluwatu, pertunjukan tari kecak dengan latar matahari terbenam menjadi pengalaman yang tak terlupakan. Tarian kolosal yang merupakan warisan budaya Bali ini dipentaskan setiap hari, biasanya dimulai sekitar pukul 18.00 hingga 19.00 WITA.

Pertunjukan disajikan di sebuah panggung terbuka yang terletak di sisi selatan pelataran pura, menampilkan puluhan hingga ratusan penari dalam formasi melingkar. Bagi pengunjung yang ingin menyaksikan pertunjukan ini, tiket dapat dibeli dengan harga Rp75.000.

Informasi Selengkapnya
  • Indonesia Kaya

  • Indonesia Kaya