Saat berjalan di hutan, Shinta melihat seekor kijang yang cantik. Shinta lalu meminta Rama memburu kijang itu. Rama pun menuruti permintaan kekasihnya. Lama tak kembali, Leksmana yang khawatir terhadap kondisi kakaknya, Rama, lalu pergi menyusul dan membuat lingkaran sakti untuk melindungi Shinta. Tapi ternyata, kijang tersebut merupakan jebakan. Dia merupakan penjelmaan salah seorang anak buah Rahwana. Rahwana ingin menculik Shinta karena menurutnya Shinta merupakan titisan Dewi Widowati, wanita yang sangat dicintainya.
Begitulah awal kisah sendratari Ramayana. Sendratari yang diangkat dari cerita Ramayana karya Walmiki ini menjadi salah satu sendratari kolosal yang sangat terkenal di Pulau Jawa. Sendratari Ramayana diciptakan oleh seorang seniman asal Surakarta, Gusti Suryo Hamidjaja, pada era 1960-an. Proyek awal penggarapan sendratari ini melibatkan beberapa nama ternama, seperti Sardono Waluyo Kusumo. Saat pertama kali melakukan pementasan, sendratari melibatkan lebih dari 400 seniman yang berasal dari Solo dan Yogyakarta.
Ada alasan khusus mengenai dipilihnya tempat dan waktu pertunjukan. Sendratari ini dipertunjukan di dekat Candi Prambanan dan menjadikan salah satu candi Hindu terbesar tersebut sebagai latar belakang. Di dalam kompleks Candi Prambanan, tepatnya di Candi Siwa, terpahat cerita Ramayana. Selain itu, sendratari ini pun dipentaskan saat bulan purnama karena ingin memanfaatkan terangnya cahaya bulan.
Setelah mengetahui kekasihnya diculik, Rama pun coba mencarinya. Rama dan Leksmana lalu bertemu dengan Hanuman (yang sedang diutus Sugriwa untuk mencari ksatria yang mampu membunuh Subali). Rama dan Leksmana pun mau membantu Sugriwa dan berhasil membunuh Subali. Sebagai ucapan terima kasih, Sugriwa mengutus Hanuman untuk membantu mendapatkan kembali Shinta.
Di Kerajaan Alengka, Rahwana coba merayu Shinta agar mau menjadi istrinya. Shinta terus menolak. Saat dirundung kesedihan, Shinta mendengar nyanyian indah yang ternyata disenandungkan oleh Hanuman. Hanuman memberi tahu Shinta bahwa dia adalah utusan Rama yang ingin membebaskannya. Setelah itu, Hanuman pun mengamuk, merusak taman Kerajaan Alengka.
Hanuman kemudian dapat ditangkap oleh Indrajit, anak Rahwana. Karena telah membuat keonaran, Hanuman dihukum mati dengan cara dibakar. Tapi saat dibakar, bukannya terpanggang, Hanuman malah melompat-lompat yang membuat seluruh Kerajaan Alengka terbakar. Hanuman lalu meloloskan diri dan menemui Rama.
Tahu keadaan di Alengka sedang kacau, Rama bersama pasukan kera menyerang kerajaan para raksasa tersebut. Rama terlibat dalam pertempuran dengan Rahwana. Pertempuran itu dimenangkan oleh Rama.
Sementara Rama bertarung, Hanuman menyelamatkan Shinta dari tempat penyekapan. Hanuman pun mengembalikan Shinta kepada Rama. Tapi, Rama tidak begitu saja menerima kekasihnya. Karena telah disekap cukup lama oleh Rahwana, Rama meragukan kesucian Shinta. Rama pun meminta Shinta untuk membuktikan kesuciannya, dengan cara membakar raganya.
Kesucian Shinta terbukti. Saat dibakar, tubuhnya tidak hangus. Malah, jilatan panas api membuat wajah Shinta terlihat semakin cantik. Rama pun menerima kembali Shinta sebagai kekasihnya.
Sendratari Ramayana terbagi dalam empat babak, yaitu Shinto Ilang, Hanoman Obong, Kumbakarna Gugur, dan Sinta Obong. Sekali pertunjukan (yang berdurasi sekitar 2 jam) membawakan salah satu bagian cerita.
Sendratari Ramayana memang lekat dengan Candi Prambanan. Sejak pertama kali dipentaskan pada tahun 1960-an, sendratari ini dipentaskan di sekitar Candi Prambanan. Bahkan, belakangan ini sendratari dilengkapi dengan penerangan yang sangat memukau. Tapi, di Solo, ada pula tempat yang mempertunjukan sendratari ini. Setiap malam bulan purnama, di panggung terbuka Taman Balekambang, diadakan pertunjukan sendratari Ramayana. Berbeda dengan pertunjukan di Candi Prambanan, sendratari Ramayana di Taman Balekambang terbuka untuk umum dan tidak menggunakan tiket masuk.