Nasi Liwet Solo, Makanan Rakyat yang Disukai Kalangan Ningrat - Indonesia Kaya

Cari dengan kata kunci

Nasi Liwet Solo

Nasi Liwet Solo, Makanan Rakyat yang Disukai Kalangan Ningrat

Kenikmatan nasi gurih khas Solo yang disajikan bersama suwiran ayam, telur pindang, areh, dan sayur labu siam beralaskan daun pisang.

Kuliner

Jika mengujungi Kota Solo, jangan lewatkan kesempatan untuk menikmati nasi liwet solo yang dapat dengan mudah kita temukan di berbagai sudut kota. Nasi gurih khas Solo dengan rasa gurih, lembut, dan harum ini, disajikan bersamaan opor ayam atau suwiran ayam, telur kukus atau pindang, santan kental (areh), dan sayur labu siam.

Seperti adat Jawa yang penuh dengan makna filosofis, nasi liwet solo juga memiliki filosofi yang mendalam.

Seperti adat Jawa yang penuh dengan makna filosofis, nasi liwet solo juga memiliki filosofi yang mendalam. Misalnya saja, nasi putihnya merupakan simbol dari hati yang suci dan bersih, telur yang melambangkan sumber kehidupan, serta ayam suwir sebagai simbol semangat untuk berbagi. Biasa dihidangkan menggunakan alas daun pisang untuk menambah aroma kelezatannya, nasi yang dinamakan sesuai dengan teknik memasaknya yaitu liwet (memasak nasi dengan cara direbus hingga tekstur nasi menjadi pulen) ini kerap dinikmati sambil lesehan, memandangi geliat kota yang mulai bangun pada pagi hari ataupun senja hari saat lampu-lampu jalan mulai dinyalakan.

Jika melihat sejarah, nasi liwet solo yang kita nikmati saat ini sudah tertulis proses pembuatannya di dalam Serat Centhini (dalam aksara Jawa:ꦱꦼꦫꦠ꧀ꦕꦼꦟ꧀ꦛꦶꦤꦶ), salah satu karya sastra terbesar dalam kesusastraan Jawa Baru yang juga sering disebut Suluk Tambanglaras atau Suluk Tambangraras-Amongraga dan ditulis pada 1814 – 1823 M. Serat Centhini adalah karya sastra Jawa yang di dalamnya terdapat informasi mengenai sejarah Jawa, ilmu pendidikan, arsitektur, ilmu alam, filsafat, agama, makanan, adat istiadat, dan lain-lain. Gaya penyampaiannya sendiri berbentuk tembang atau suluk. Penulisannya dikelompokkan menurut jenis tembangnya. Hal ini dimaksudkan agar ilmu pengetahuan serta kebudayaan Jawa tidak punah. Nasi liwet solo sendiri ada di dalam tulisannya pada 1819 M.

Nasi Liwet Solo yang kita nikmati saat ini sudah tertulis proses pembuatannya di dalam Serat Centhini.

Mengutip Destinesia Jurnal Hospitality & Pariwisata, Vol. 3, No. 2, Maret 2022, pp. 102-111, karya Inti Krisnawati, Nasi Liwet Solo, Kuliner Tradisional dengan Keunikan Sejarah, Budaya dan Filosofi, nasi liwet solo dibuat saat Pulau Jawa diguncang gempa bumi besar, sehingga pembuatannya pada saat itu dikaitkan dengan tradisi yang berkembang di tengah masyarakat Jawa, yaitu sebagai penolak bala saat terjadi bencana yang disertai lantunan doa-doa kepada yang Maha Kuasa agar diberikan keselamatan dan terhindar dari segala bencana.

Nasi liwet solo pada awalnya dibuat oleh masyarakat biasa di Desa Menuran, Kabupaten Sukoharjo, Jawa Tengah, seperti dilansir dari buku Kuliner Surakarta: Mencipta Rasa Penuh Nuansa karya Murdijati Gardjito, Shinta Teviningrum, dan Swastika Dewi, terbitan Gramedia. Menu nasi liwet solo atau sego liwet ini biasa dimasak oleh masyarakat Desa Menuran untuk disajikan pada saat acara syukuran, dengan tujuan agar pihak keluarga yang mengadakan acara syukuran tersebut dapat mencapai hal-hal yang mereka inginkan sekaligus diberikan keselamatan. Kelezatan nasi liwet solo dari Desa Menuran sendiri mulai dikenal di kalangan istana sejak masa pemerintahan Sri Susuhunan Pakubuwana ke IX (Raja Kasunanan Surakarta yang memerintah pada 1861-1893) atau sekitar abad ke-19. Biasa disajikan pada acara-acara besar di keraton, misalnya saat Peringatan Maulid Nabi Besar Muhammad SAW.

Biasa disajikan pada acara-acara besar di keraton, misalnya saat Peringatan Maulid Nabi Besar Muhammad SAW.

Cikal bakal nasi liwet solo ala Desa Menuran pun sudah dimulai pada 1582 M saat Kerajaan Mataram Islam berdiri. Ketika itu, masyarakat Jawa meyakini bahwa Nabi Muhammad SAW menyukai nasi samin yang salah satu bahannya adalah minyak samin yang terbuat dari lemak susu sapi. Untuk merefleksikan kecintaan dan untuk memperingati hari kelahiran Nabi Muhammad SAW, masyarakat Jawa membuat nasi gurih atau sego gurih yang dimasak dengan santan untuk menggantikan minyak samin.

Sekitar tahun 1934, warga Desa Menuran mulai menjajakan nasi liwet solo ala Menuran di wilayah Solo dan Surakarta sehingga kelezatan nasi liwet solo ini pun semakin menyebar. Tak hanya menjadi makanan sehari-hari di kalangan rakyat biasa, tapi juga menjadi hidangan favorit kaum ningrat Keraton Mangkunegaran dan Kasunanan Surakarta.

Ingin menikmati kelezatan nasi liwet solo khas Desa Menuran di rumah? Ini dia resepnya.

Nasi Liwet (Part 1)

Bahan:
Nasi Liwet:
400 gr beras, cuci bersih
400 gr santan encer
3 lembar daun salam
1 batang serai, memarkan
1 sdt garam

Areh:
300 ml santan kental
1 lembar daun salam
1 batang serai, memarkan
½ sdt garam

Sayur Labu Siam:
3 sdm minyak goreng
3 cm lengkuas, memarkan
2 lembar daun salam
500 ml santan sedang
250 gr labu siam, potong korek api
15 buah cabai rawit merah
1 sdt gula pasir
¾ sdt garam

Telur Pindang:
2 lt air
8 butir telur ayam
6 kantong teh hitam celup
6 lembar daun salam
2 sdt garam
75 gr gula merah

Bumbu, haluskan:
8 butir bawang merah
4 siung bawang putih
6 buah cabai merah keriting
2 sdm ebi, seduh air panas, tiriskan

Cara membuat:

  1. Nasi liwet: Masukkan semua bahan ke dalam rice cooker, masak hingga matang. Angkat, sisihkan.
  2. Areh: Masukkan semua bahan ke dalam panci, masak sambil ditimba-timba hingga harum. Angkat, sisihkan.
  3. Sayur labu siam: Panaskan minyak dalam wajan, tumis bumbu halus, lengkuas, dan daun salam hingga harum.
  4. Masukkan santan, masak sambil ditimba-timba hingga mendidih. Tambahkan labu siam, cabai rawit merah, gula pasir, dan garam, aduk rata. Masak kembali sambil ditimba-timba hingga seluruh bahan matang dan bumbu meresap. Angkat, sisihkan.
  5. Telur pindang: Rebus air sampai mendidih. Masukkan telur dan rebus selama 7 menit di atas api sedang. Angkat telur, memarkan kulitnya sampai retak.
  6. Masukkan kembali telur ke dalam rebusan. Tambahkan teh hitam celup, daun salam, garam, dan gula merah. Rebus di atas api kecil sampai warnanya meresap (8 menit).
  7. Matikan api, diamkan telur di dalam air rebusan hingga dingin. Kupas telur, sisihkan.

Nasi Liwet (Part 2)

Bahan:
Opor Ayam:
1 ekor (900 gr) ayam, potong 8 bagian
2 sdt garam
1 sdm air jeruk nipis
3 sdm minyak goreng
3 batang serai bagian putih, memarkan
3 cm lengkuas, memarkan
2 lembar daun salam
6 lembar daun jeruk
1 lt santan cair
600 ml santan kental
½ sdt merica
1 sdt gula pasir

Bumbu, haluskan:
10 butir bawang merah
5 siung bawang putih
2 cm jahe, bakar
3 cm kunyit, bakar
3 butir kemiri, sangrai
2 sdt ketumbar, sangrai
¼ sdt jintan

Pelengkap:
Sambal terasi
Bawang merah goreng

Cara membuat:

  1. Opor ayam: Lumuri ayam dengan garam dan air jeruk nipis. Sisihkan selama 15 menit.
  2. Panaskan minyak dalam wajan, tumis bumbu halus, serai, lengkuas, daun salam, dan daun jeruk hingga harum.
  3. Masukkan ayam, aduk hingga berubah warna. Tambahkan santan kental, masak hingga mendidih dan ayam matang.
  4. Masukkan santan kental, merica, dan gula pasir, masak sambil ditimba-timba hingga bumbu meresap dan ayam empuk. Angkat, tiriskan ayam, suwir-suwir.
  5. Penyajian: Letakkan nasi di atas piring saji beralas daun pisang, tambahkan sayur labu siam, ½ bagian telur pindang dan suwiran ayam secukupnya. Siram nasi dengan kuah opor dan tambahkan sedikit areh di atasnya. Sajikan segera bersama pelengkap.

Baca juga: Gunungan, Hasil Bumi si Pembawa Berkah

Informasi Selengkapnya
  • Indonesia Kaya

  • Indonesia Kaya

  • Krisnawati, Inti. 2022. “Nasi Liwet Solo, Kuliner Tradisional dengan Keunikan Sejarah, Budaya dan Filosofi”. Destinesia Jurnal Hospitaliti & Pariwisata, Vol. 3, No. 2, Maret 2022, pp. 102-111. Diakses pada 18 Juli 2022, Pkl. 23.27

    Surya R, Fransisca Dava, 2022. “Khas & Nikmat, Ini Sejarah Nasi Liwet Jawa Tengah”. https://www.sonora.id/read/423304455/khas-dan-nikmat-ini-sejarah-nasi-liwet-jawa-tengah?page=all. Diakses pada 8 Juli 2022, Pkl. 15.48 WIB