Jejak Peradaban Kuno di Taman Purbakala Cipari, Kuningan - Indonesia Kaya

Cari dengan kata kunci

Taman_Purbakala_Cipari_1200.jpg

Jejak Peradaban Kuno di Taman Purbakala Cipari, Kuningan

Dengan banyaknya artefak bersejarah, taman ini memberikan pengalaman edukatif tentang warisan budaya dan sejarah kuno Indonesia.

Pariwisata

Keindahan alam Kabupaten Kuningan, Jawa Barat, khususnya di lereng Gunung Ciremai, menyimpan rahasia masa lalu yang memikat. Di Dusun Cipari, di tengah ketenangan alam, tersembunyi situs purbakala yang menyimpan jejak kehidupan manusia sejak 3500 Sebelum Masehi. Penemuan-penemuan penting ini kemudian disatukan dalam Taman Purbakala Cipari, sebuah museum dengan arsitektur khas yang berdiri megah di tengah alam asri, menjadi perpaduan unik antara sejarah dan keindahan alam.

Awal Mula Berdirinya Taman Purbakala Cipari

Awalnya, lahan ini dimiliki oleh seorang pria bernama Wijaya. Pada tahun 1971, di lokasi yang berjarak sekitar 4 km dari pusat kota Kuningan, secara tak sengaja ditemukan batuan unik. Kepingan-kepingan batu pipih ini memiliki kemiripan dengan bebatuan yang dipamerkan di Paseban Tri Panca Tunggal, sebuah cagar budaya di Kuningan. Temuan tersebut segera dilaporkan ke Lembaga Purbakala dan Peninggalan Nasional di Jakarta, yang kemudian menindaklanjutinya dengan penggalian, dipimpin oleh Pangeran Djatikusumah.

Pada 1971, sekitar 4 km dari pusat Kuningan, ditemukan batuan unik secara tak sengaja.

Satu tahun kemudian, penemuan lebih mengejutkan terjadi. Ditemukan kepingan batu yang lebih lebar, tersusun rapi membentuk struktur menyerupai peti mati. Penemuan ini menguatkan dugaan adanya makam kuno di lokasi tersebut. Oleh karena itu, pada tahun 1975, dilakukan penggalian lebih lanjut. Hasilnya pun tak mengecewakan, ditemukan sebuah peti batu berisi perabotan kuno seperti kapak batu, gelang batu, dan gerabah yang dikenal sebagai bekal kubur. Temuan-temuan berharga ini menjadi dasar pendirian museum di lokasi tersebut setelah dilakukan penggalian secara menyeluruh.

Untuk menyimpan dan memamerkan temuan-temuan bersejarah tersebut, pada tahun 1976 dibangunlah sebuah museum sederhana dengan desain yang unik. Bangunan oval memanjang ini menghadap ke arah barat daya-timur laut, dilengkapi dengan jendela-jendela kaca persegi yang mengelilingi bangunan. Pintu utama terletak di tengah dinding sisi tenggara, sementara atapnya yang terbuat dari ijuk berbentuk perahu terbalik memberikan kesan tradisional. Teras di bawah atap, dengan tiga anak tangga, melengkapi desain bangunan yang menarik ini.

Setelah upaya pelestarian dan penelitian yang intensif, pada tanggal 23 Februari 1978, situs purbakala tersebut resmi dibuka untuk umum sebagai Taman Purbakala Cipari. Peresmian dilakukan langsung oleh Menteri Pendidikan dan Kebudayaan saat itu, Prof. Dr. Syarif Thayeb, menandai tonggak penting dalam pelestarian warisan budaya bangsa.

Museum yang Menyimpanan Benda-Benda Peninggalan Dua Zaman

Situs Museum Taman Purbakala Cipari merupakan bukti perpaduan unik antara zaman neolitikum dan megalitikum. Penemuan artefak perunggu mengindikasikan perkembangan teknologi yang signifikan, sementara keberadaan batu-batu besar menandakan keyakinan spiritual masyarakat terhadap leluhur. Temuan ini menunjukkan bahwa masyarakat pada masa itu tidak hanya memiliki kemampuan bertani yang baik, tetapi juga telah memiliki struktur sosial yang cukup kompleks.

Penemuan artefak perunggu menunjukkan perkembangan teknologi, sementara batu-batu besar mencerminkan keyakinan spiritual pada leluhur.

Lokasi ini terdiri dari museum dan monumen di luar. Area luar memiliki dua kuburan batu berbentuk trapesium. Ketika ditemukan, kuburan ini hanya menampilkan gelang batu dan gerabah tanpa sisa-sisa manusia karena kondisi tanah yang tidak mendukung pengawetan tulang.

Monumen-monumen seperti altar batu, dolmen, batu gelang, menhir, dan dakon dulu digunakan untuk ritual, pemujaan, dan komunikasi dengan arwah leluhur. Di dalam museum, artefak-artefak seperti kapak batu, gelang batu, kapak perunggu, dan gerabah yang dipajang dengan baik, merepresentasikan kemajuan teknologi pada masa itu.

Museum Purbakala Cipari sebagai tempat Wisata

Museum Purbakala Cipari bukan hanya menjadi tempat untuk mendapat pengetahuan dari peninggalan sejarah, tetapi juga menawarkan pengalaman menyegarkan dengan udara yang sejuk di kaki Gunung Ciremai dan panorama alam yang indah di sekitarnya. Hal ini menjadikan tempat ini berharga bagi pengetahuan dan peningkatan sektor pariwisata, menarik minat bagi mereka yang tertarik pada sejarah dan kebudayaan.

Minat masyarakat, baik domestik maupun wisatawan mancanegara, terhadap peninggalan purba nyatanya sangat tinggi. Hal ini ditunjukkan dari grafik jumlah pengunjung yang terus bertambah dari tahun ke tahun.

Menuju situs ini juga tidak sulit. Jika naik kendaraan pribadi dan berawal dari Alun-Alun Kuningan, mobil bisa diarahkan menuju Jalan Aria Kamuning hingga tiba di Jalan Veteran. Dari situ, belok kanan ke Jalan Nanggeleng–Cirahayu/ Jalan Syeh Maulana Akbar. Setelahnya, belok kiri menuju Jalan Raya Cigugur, lalu akhirnya belok kanan dan tibalah di Situs Taman Purbakala Cipari. Waktu operasional Taman Purbakala Cipari buka setiap hari dan dari pukul 08:00 sampai 16:00 WIB. Memasukinya pun hanya cukup merogoh kocek sebesar Rp5.000,-.

Waktu operasional Taman Purbakala Cipari buka setiap hari dan dari pukul 08:00 sampai 16:00 WIB.

Selain Museum Situs Purbakala Cipari, ada lima hal yang wajib dijajal ketika berada di Taman Purbakala Cipari. Yang pertama adalah peti kubur batu. Wisatawan dapat melihat secara langsung peti kubur batu yang berfungsi sebagai peti mati pada zamannya. Di dalamnya, terdapat peralatan yang biasa digunakan seperti gerabah, kapak batu, perhiasan, dan perbekalan lainnya untuk ikut dikubur.

Kedua adalah Batu Temu Gelang. Ini merupakan kumpulan batu yang berbentuk lingkaran. Di tengah-tengahnya terdapat lahan kosong yang cukup luas, yang digunakan sebagai tempat musyawarah atau berkumpul. Yang berikutnya harus dikunjungi adalah batu altar dan dolmen. Keduanya digunakan sebagai sarana peribadatan pada zaman dahulu. Batu altar berfungsi sebagai tempat upacara dan pemujaan, sementara dolmen merupakan batu yang memiliki bagian datar di bagian atasnya yang berfungsi sebagai tempat menyimpan sesajen.

Terakhir, ada dua bebatuan lain yang wajib dijajal yaitu batu dakon dan batu menhir. Batu dakon bentuknya mirip seperti permainan congklak. Letaknya tak jauh dari batu altar. Batu tersebut berfungsi sebagai sebagai tempat meramu obat-obatan atau meramu sesembahan. Di sisi lain, Batu menhir berbentuk tinggi besar seperti sebuah tugu yang berdiri tegak di atas tanah. Batu ini berfungsi sebagai simbol penghormatan bagi para leluhur yang sudah meninggal.

Informasi Selengkapnya
  • Indonesia Kaya

  • Indonesia Kaya

  • visit kuningan, travel detik, kemendikbud, liputan 6, native indonesia