Menilik Keindahan Warna-warni Batik Jambi - Indonesia Kaya

Cari dengan kata kunci

batik_jambi_1290

Menilik Keindahan Warna-warni Batik Jambi

Jejak sejarah kain batik khas Jambi ini menyimpan berbagai kisah lintas budaya—dari pengaruh India hingga sentuhan Jawa—yang berpadu indah dalam setiap motifnya.

Kesenian

Batik tumbuh dari budaya keraton. Pada awalnya, proses pembuatan hingga pemakaiannya pun terbatas di lingkungan keraton. Hal ini terlihat dari perkembangan batik di Yogyakarta dan Surakarta. Hal itu pula yang terjadi di Jambi.

Pada masa lalu, batik merupakan busana eksklusif yang hanya dipakai oleh raja Melayu Jambi dan kaum bangsawan untuk upacara adat, upacara keagamaan, dan seremonial istana. Motifnya pun masih terbatas; bercorak ukiran seperti pada rumah adat Jambi. Namun seiring waktu, semakin banyak rakyat biasa menggunakan batik Jambi dengan motif yang kian beragam.

Pada masa lalu, batik merupakan busana eksklusif yang hanya dipakai oleh raja dan kaum bangsawan Melayu Jambi.

Kain batik dari Jambi ini sering dikaitkan dengan kedatangan Haji Muhibat pada tahun 1875. Ia bersama keluarganya datang dari Jawa Tengah dan menetap di Kampung Tengah sambil membawa perlengkapan membatik, termasuk canting dan beberapa jenis kayu yang digunakan sebagai bahan pewarna alami.

Kain bergaya khas dari Jambi diduga mendapat pengaruh dari tradisi membatik Jawa. “Batik Muhibat” masih dikenal hingga kini, namun anggapan bahwa asal-usulnya sepenuhnya dari Jawa mengabaikan akar lokal yang sudah ada jauh sebelumnya. Fiona Kerlogue dalam disertasinya menyebut adanya pengaruh kuat dari India, terlihat pada desain, motif, bahan, dan teknik pembuatannya. Salah satu cirinya adalah motif yang berdiri sendiri tanpa saling berangkai, berbeda dengan gaya Jawa yang cenderung rumit dan saling terhubung.

Ada kemungkinan kuat bahwa batik Jambi mendapat banyak pengaruh dari India, Arab, dan Cina.

Motif yang sederhana itu atau biasa disebut ceplok menjadi salah satu ciri khas motif batik Jambi. Untuk pembuatannya, pertama-tama dibuat motif utama, kemudian baru diisi dengan motif lainnya. Sedangkan penamaan motif kain batik yang sudah jadi mengacu pada motif utama. Gabungan beberapa motif batik yang kecil dan sederhana menjadikan batik Jambi terlihat indah dan diminati banyak orang.

Contoh lainnya, kebanyakan batik khas Jambi mengandung kombinasi beberapa motif bunga, yang merupakan pengaruh India. Begitu pula motif pauh, durian pecah, dan batanghari yang dikenal sebagai motif klasik batik Jambi.

Tentu saja pengaruh India bukanlah satu-satunya. Hubungan dagang memungkinkan masuknya pengaruh Arab dan Cina. Pengaruh Arab terlihat pada ragam hias kaligrafi sementara pengaruh Cina lebih banyak pada bagian rumpal atau pinggiran kain.

Kampung Tengah sejak lama dikenal sebagai sentra industri batik di Jambi Seberang.

Kampung Tengah sejak lama memang dikenal sebagai sentra industri batik di Jambi Seberang. Penduduk di sana sudah memproduksi batik sejak masa raja-raja Melayu Jambi. Pada perkembangan berikutnya, aktivitas membatik dipelajari dan ditekuni penduduk di kampung-kampung lain di sekitar Kampung Tengah yaitu Jelmu, Mudung Laut, Ulu Gedong, Olak Kemang, dan Tanjung Raden.

Warna pada kain khas Jambi ini umumnya cerah dan mencolok, seperti merah, kuning, biru, dan hitam. Keindahan warnanya diperoleh dari bahan pewarna alami yang berasal dari tumbuhan hutan sekitar, menghasilkan nuansa yang lembut dan unik. Kayu sepang memberi warna kuning kemerahan, kayu ramelang menghasilkan merah kecokelatan, kayu lambato memberikan kuning, sedangkan kayu nilo menciptakan biru. Dalam proses pembuatannya, lilin lebah digunakan sebagai malam, sehingga garis-garis motif tampak halus dan tidak terlalu tajam.

Batik khas Jambi diwarnai dengan bahan alami dari tumbuhan khas di sekitar hutan Jambi.

Batik printing, dan belakangan batik cap, kemudian juga dipakai dalam pembuatan batik. Menurut Fiona, blok kayu yang digunakan dalam pencetakan tekstil masih dapat ditemukan di beberapa bagian Sumatra, dan Jambi memiliki reputasi sebagai pusat produksinya. Banyak kain pusaka yang disimpan oleh keluarga Jambi diproduksi dengan cara dicetak. Sejumlah besar kain biru dan merah masih dapat ditemukan di desa-desa yang lebih tua di pedalaman Jambi dan biasa dipakai pada upacara adat oleh para tetua desa.

Industri batik di Jambi sempat mengalami mati suri pada masa dan setelah pendudukan Jepang. Pada 1970-an batik Jambi mulai dihidupkan dan digiatkan lagi. Beberapa motif batik digali dan dikembangkan.

Motif kain ini banyak terinspirasi dari lingkungan sekitarnya.

Motif kain ini banyak terinspirasi dari lingkungan sekitarnya. Beberapa yang terkenal antara lain tampuk manggis, kapal sanggat, merak ngeram, angso duo, kuao berhias, riang-riang, bungo kacang piring, dan daun keladi.

Kain tradisional ini dibuat dalam bentuk kain panjang, selendang, hingga sarung, dengan corak yang beragam. Motif flora dan buah menjadi ciri khasnya, melambangkan kesuburan dan kehidupan. Motif flora meliputi bunga matahari, durian, pauh, lumut, daun keladi, ancak, dan tali aek, sementara motif buah mencakup tampuk manggis, durian pecah, dan pucuk rebung.

Selain itu, ada pula motif fauna seperti merak ngeram, kuao berhias, dan angso duo, serta motif benda besar seperti kapal sanggat. Hingga kini, produksinya terpusat di Desa Jambi Seberang—pusat para pengrajin yang mengembangkan karya dalam dua teknik utama, yaitu batik tulis dan batik cap, dengan bahan kain sutra maupun katun.

Informasi Selengkapnya
  • Indonesia Kaya

  • Tim Indonesia Exploride

  • Batik Cloths from Jambi, Sumatra. Disertasi karya Fiona Kerlogue bidang antropologi di University of Hull pada 1997.
    Kearifan Tradisional Masyarakat Pedesaan Dalam Pemeliharaan Lingkungan Hidup di Daerah Propinsi Jambi
    Majalah Pertiwi, Issues 135-140 tahun 1991