Minahasa merupakan bagian dari nusantara yang dikenal memiliki sejarah panjang keberadaannya. Sejarah panjang suku bangsa yang secara administrasi mendiami wilayah Sulawesi Utara ini membentuk tatanan kebudayaan yang adiluhung dan berekses pada terciptanya kesenian tradisional Minahasa.
Untuk menjaga dan melestarikan budaya tradisional Minahasa di tengah maraknya kebudayaan pop (popular culture), Yayasan Institut Seni Budaya Sulawesi Utara pada 2009 mendirikan sebuah museum yang bernama Museum Pinawetengan. Museum yang berada di dalam Kompleks Pusat Kebudayaan Sulawesi Utara ini berlokasi di kawasan Tompaso, Sulawesi Utara.
Penggunaan nama Pinawetengan bukan tanpa sebab, Pinawetengan merupakan titik sentral dari kebudayaan Minahasa. Ari, seorang penjaga situs bersejarah Watu Pinawetengan mengungkapkan, Pinawetengan dianggap batu suci bagi masyarakat Minahasa, di tempat bebatuan yang berada di perbukitan Tonderukan itulah para leluhur Minahasa duduk berunding dan bermusyawarah.
Tari Kabasaran, Tarian Ksatria Minahasa yang Penuh Keberanian
Museum Pinawetengan hanya mempunyai satu ruangan utama, di dalam ruangan tersebut terdapat berbagai koleksi, seperti benda-benda peninggalan zaman pra-sejarah, benda purba, benda-benda peninggalan zaman penjajahan, hingga benda-benda dari zaman pasca kemerdekaan Indonesia.
Benda-benda yang menjadi koleksi Museum Pinawetengan antara lain berupa keramik, mesin jahit kuno, sepeda kumbang peninggalan zaman penjajahan, berbagai alat musik tradisional Minahasa, pakaian adat, pakaian tari kabasaran, hingga berbagai paiagam rekor MURI dan dokumentasi.
Nancy Loan, penjaga museum, menceritakan, tujuan utama dibangunnya Museum Pinawetengan adalah sebagai upaya untuk mempertahankan, melestarikan, dan memperkenalkan lebih jauh mengenai kebudayaan dan kesenian Minahasa. Sehingga kebudayaan Minahasa tidak lebur tergerus budaya asing, yang pada umumnya tidak sesuai dengan kebudayaan orang Indonesia.
Nancy mengharapkan, Museum Pinawetengan mampu berkembang menjadi museum unggulan yang akan dilengkapi dengan berbagai fasilitas penunjang. Sebagai penjaga museum, dirinya akan senang jika museum berkembang menjadi lebih baik, lebih dikenal, dan banyak kunjungi oleh masyarakat umum.
Museum Pinawetengan dibuka setiap hari mulai pukul 8.30 hingga 16.30 sore, dan untuk mengunjunginya tidak dipungut bayaran. Tiap hari Minggu atau ketika memasuki waktu liburan, Museum Pinawetengan selalu mendapat kunjungan banyak siswa dari berbagai sekolah yang ada di Sulawesi Utara.
Baca juga: Warisan Sejarah dan Budaya Maluku di Museum Siwalima
[AhmadIbo/IndonesiaKaya]