Menelusuri Keunikan Kota Agats - Indonesia Kaya

Cari dengan kata kunci

kota_agats_1290.jpg

Menelusuri Keunikan Kota Agats

Kota yang menjadi bukti kegigihan perjuangan para penduduknya untuk terus berdiri dalam berbagai keterbatasan.

Pariwisata

Sebagian besar rumah tinggal umumnya dibangun di atas tanah dengan akses jalan beraspal. Namun, di Papua ada sebuah kota yang menarik perhatian karena rumah warga dan akses jalan utamanya berdiri di atas papan kayu, sehingga menciptakan tampilan yang menyerupai dermaga. Kota tersebut adalah Kota Agats yang terletak di Kabupaten Asmat, Papua.

Di Papua ada sebuah kota yang menarik perhatian karena rumah warga dan akses jalan utamanya berdiri di atas papan kayu, sehingga menciptakan tampilan yang menyerupai dermaga.

Kota Agats adalah ibukota wilayah pemekaran terbaru dari Kabupaten Asmat di Provinsi Papua. Kota yang memiliki julukan Kota Papan ini berada di pesisir selatan pulau Papua yang berdiri di atas rawa. Karena tanahnya selalu berlumpur, penduduk daerah ini harus membuat rumah panggung agar dapat tinggal di sana. Hunian dibangun dengan menancapkan kayu-kayu besar dan melapisi atasnya dengan papan kayu. Seluruh rumah yang ada merupakan rumah panggung.

Dengan kondisi tanah dan jalanan yang dilapisi papan kayu, Kota Agats menghadapi keterbatasan dalam berbagai aspek. Salah satu keterbatasan yang paling mudah dilihat adalah hanya sepeda motor atau sepeda yang dapat melintasi jalanan di Kota Agats. Kendaraan-kendaraan tersebut dipilih karena jalur tersebut tidak mampu menahan beban yang berat. Sedangkan kendaraan seperti mobil atau truk, sudah dipastikan tidak bisa melalui jalan tersebut. Selain motor dan sepeda, warga Agats biasanya memilih berjalan kaki atau menggunakan perahu.

Selain memiliki keunikan infrastruktur, kota dengan jumlah penduduk sekitar 76.000 jiwa ini juga memiliki sebuah mitos soal kutukan. Mitos ini sudah tersebar dari mulut ke mulut cukup lama dan banyak dianggap sebagai awal mula terciptanya kota Agats.

Mitos Awal Mula Kemunculan Kota Agats

Lebih dari seratus tahun yang lalu, seorang pastor asal Belanda bernama Jan Smith, menjalankan misi pemberitaan Injil di pedalaman suku Asmat, Papua. Meskipun menghadapi tantangan besar, ia gigih melanjutkan tugasnya hingga akhirnya tewas secara misterius. 

Terdapat cerita bahwa sebelum wafat, Jan Smith membuat pernyataan bahwa tempat di mana ia meninggal akan tetap lembap, basah, dan tidak dapat dihuni. Ungkapan ini kemudian dianggap sebagai kutukan oleh masyarakat karena wilayah tersebut, yang mirip dengan rawa, tetap basah dan berlumpur hingga hari ini.

Terdapat cerita bahwa sebelum wafat, Jan Smith membuat pernyataan bahwa tempat di mana ia meninggal akan tetap lembap, basah, dan tidak dapat dihuni.

Sampai saat ini, masyarakat Agats masih memercayai legenda kutukan tersebut. Bahkan, kata-kata dari pastor yang patungnya berdiri tegak di pelabuhan kecil Agats telah menjadi bagian dari cerita rakyat.

Terletak di pesisir selatan pulau Papua, kota ini berdekatan dengan wilayah Timika di Kabupaten Mimika. Karena kedekatannya dengan Timika, Agats dapat lebih mudah diakses dari kota tersebut melalui transportasi kapal laut atau pesawat perintis. Perjalanan laut memakan waktu 8 hingga 9 jam, sementara perjalanan udara dapat diselesaikan dalam 45 menit menggunakan pesawat kecil jenis TwinOtter dan Caravan yang mampu menampung 8-10 orang. 

Namun, jadwal penerbangan tersebut terbatas dengan hanya tiga kali penerbangan setiap minggunya dan sangat dipengaruhi oleh kondisi cuaca. Bandara Ewer di Asmat juga memiliki landasan pacu yang pendek, sehingga pesawat berukuran besar seperti Hercules dan Boeing tidak dapat melaksanakan proses pendaratan di sana.

Bandara Ewer di Asmat juga memiliki landasan pacu yang pendek, sehingga pesawat berukuran besar seperti Hercules dan Boeing tidak dapat melaksanakan proses pendaratan di sana.

Kehidupan Sehari-hari dan Potensi di Kota Agats

Meskipun menghadapi berbagai keterbatasan, sarana-prasarana dan infrastruktur di Kota Agats telah mencapai tingkat kecukupan yang memadai. Pelabuhan, kantor pemerintahan, rumah sakit, pasar, kantor polisi, pos tentara, sekolah, bahkan museum, semuanya sudah tersedia di kota yang unik ini.

Penduduk dengan leluasa menjalankan berbagai aktivitas dan secara perlahan mengembangkan usaha-usaha untuk mendukung kehidupan mereka. Toko-toko kebutuhan dan rumah makan pun menjamur di sepanjang kota Agats, umumnya dimiliki oleh para pendatang yang mencoba peruntungan di Kota Papan ini.

Salah satu keterbatasan lain yang dihadapi oleh Agats adalah kelangkaan pasokan air bersih. Hingga saat ini, penduduk Agats masih mengandalkan air hujan yang dikumpulkan dalam tabung-tabung penyimpanan. Karakteristik tanah rawa mempersulit pengadaan air bersih di wilayah ini. Meskipun demikian, keberanian dan kreativitas masyarakat setempat memungkinkan mereka untuk terus bertahan di tengah kondisi yang sulit ini.

Hingga saat ini, penduduk Agats masih mengandalkan air hujan yang dikumpulkan dalam tabung-tabung penyimpanan.

Walaupun memiliki banyak kekurangan dan sulitnya akses, Kota Agats memiliki daya tarik sendiri bagi wisatawan. Selain soal rumah yang dibangun di atas papan, budaya dan objek wisata yang dimilikinya juga membuat banyak wisatawan datang. Museum menjadi titik awal yang menarik untuk dikunjungi, menyajikan kesempatan untuk memahami lebih dalam kehidupan masyarakat Asmat.

Di museum ini, pengunjung dapat menemukan beragam informasi mengenai suku Asmat dan aspek-aspek kehidupan mereka. Museum yang terjaga dengan baik ini telah menjadi destinasi favorit bagi wisatawan dari dalam dan luar Indonesia. Tidak ada biaya yang dikenakan untuk memasuki museum, hanya kesadaran para wisatawan saja untuk menyisihkan sedikit biaya bagi tambahan dana perawatan dan operasional Museum ini.

Tak hanya itu, tidak jauh dari pusat Kota Agats, terletak sebuah desa tradisional yang dikenal sebagai Syuru. Di desa ini, kita dapat langsung menyaksikan berbagai aspek kebudayaan khas Asmat, mulai dari rumah bujang “Jew” hingga ukiran-ukiran yang menjadi kebanggaan suku Asmat. 

Proses tersebut dapat kita amati dengan jelas di Desa Syuru, yang dapat dijadikan titik awal untuk memahami lebih dalam beragam kebudayaan Asmat sebelum menjelajahi wilayah pedalaman seperti Sawaerma atau Asuwetsy. Kota Agats, seolah menjadi prolog yang mengantar petualangan lebih mendalam untuk mengenal suku Asmat di tanah Papua.

Kota Agats, seolah menjadi prolog yang mengantar petualangan lebih mendalam untuk mengenal suku Asmat di tanah Papua.

Kondisi Terkini Kota Agats

Dalam beberapa tahun terakhir, perkembangan pembangunan di wilayah Agats mengalami kemajuan signifikan. Kini, beberapa jalan utama di ibu kota Asmat telah diperkeras dengan beton, walaupun sebagian jalan, rumah, dan tempat penginapan masih menggunakan bahan papan, kayu, dan tripleks.

Kini, beberapa jalan utama di ibu kota Asmat telah diperkeras dengan beton, walaupun sebagian jalan, rumah, dan tempat penginapan masih menggunakan bahan papan, kayu, dan tripleks.

Meskipun di daerah lain kendaraan listrik belum banyak beredar, sepeda motor listrik telah menjadi moda transportasi dominan di Agats. Tahun 2006 menjadi awal kemunculan kendaraan listrik di Agats setelah seorang warga pendatang asal Sulawesi Selatan membawa satu unit sepeda motor listrik. Karena bobot sepeda motor listrik relatif lebih ringan daripada sepeda motor berbahan bakar minyak, warga menilai sepeda motor listrik cocok dengan Agats.

Keberadaan Kota Agats menjadi bukti kegigihan penduduknya dalam menghadapi berbagai tantangan. Meskipun dihadapkan pada keterbatasan, kota ini terus kokoh berdiri dan bahkan berkembang ke arah yang lebih positif. 

Sebagai pusat penting bagi suku Asmat di tanah Papua, Kota Agats tidak hanya menjadi tempat bergantung, tetapi juga mendukung pertumbuhan sektor pariwisata Asmat, yang tentunya berkontribusi pada perekonomian Indonesia. Dengan karakteristiknya yang unik, Kota Agats menghadirkan daya tarik yang memikat, menjadikannya destinasi yang menarik untuk dieksplorasi lebih lanjut.

Informasi Selengkapnya
  • Indonesia Kaya

  • Indonesia Kaya

  • Distrik Agats, Kota Papan di Asmat Papua yang Penuh Sepeda Motor Listrik Begini Susahnya Akses ke Asmat Papua, Perahu Jadi Transportasi Utama Motor listrik jadi moda transportasi utama di Asmat, Papua