Konservasi Penyu Pulau Serangan, Melestarikan Keberadaan Reptil Bercangkang - Indonesia Kaya

Cari dengan kata kunci

Penyu_1200.jpg

Konservasi Penyu Pulau Serangan, Melestarikan Keberadaan Reptil Bercangkang

Ketiga jenis penyu yang dapat diamati di Pulau Serangan ini merupakan penyu-penyu yang secara alami bertelur di perairan Bali.

Pariwisata
Tagar:

Menginginkan sebuah pengalaman wisata yang berbeda sambil menambah wawasan? Pulau Serangan dapat menjadi tujuan perjalanan Anda. Pulau kecil di selatan Denpasar ini menyimpan kekayaan tersembunyi berupa kuliner ikan asap, wisata religi di Pura Dalem Sakenan, wisata sejarah di Kampung Bugis, serta konservasi penyu. Salah satu yang cukup menarik bagi pecinta lingkungan adalah berkunjung ke Turtle Education and Conservation Center (TCEC) yang beralamat di Jalan Tukad Wisata No. 4, Kelurahan Serangan, Denpasar.

TCEC merupakan wahana konservasi yang diprakarsai oleh sejumlah tokoh pelestarian lingkungan di Bali, WWF, dan Pemerintah Provinsi Bali. Pilot project tempat ini dimulai pada tahun 1982, atas prakarsa antara lain Menteri Riset dan Teknologi ketika itu, B.J. Habibie.

Pendirian proyek ini didorong oleh maraknya jual-beli dan pemotongan penyu di Bali, khususnya di Pulau Serangan dan Tanjung Benoa. Penyu memang tidak dapat dipisahkan dari kebutuhan ritual keagamaan masyarakat Bali yang menjadikannya salah satu syarat persembahan sesajian dalam upacara tertentu.

Proyek ini tidak berjalan mulus dan sempat meredup sekitar akhir 1980-an hingga tahun 2003. Upaya merehabilitasi kembali proyek ini mulai berjalan sekitar tahun 2003-2004, yang kemudian terus dikembangkan hingga seperti saat ini. Agar terus berkelanjutan, aspek wisata pendidikan dikembangkan agar dapat mendukung pendanaan operasional dari wahana ini. Meski demikian, TCEC tidak menerapkan tarif tertentu dalam bentuk tiket, tetapi lebih seperti membuka peluang donasi bagi para pengunjung yang tertarik untuk ikut melestarikan keberadaan penyu-penyu ini.

Saat ini, TCEC berperan sebagai tempat transit bagi proses reproduksi penyu. Bersama mitra masyarakat nelayan yang telah dibina, TCEC mengumpulkan telur-telur penyu dari pantai saat musim bertelur tiba, yaitu sekitar Bulan Juli-Agustus. Telur-telur ini kemudian ditetaskan dan dipelihara hingga berusia kurang lebih 3-5 bulan. Ketika itulah, tukik atau anak penyu ini secara massal dilepaskan kembali ke laut agar dapat tumbuh di habitat aslinya. Setelah berjalan beberapa tahun, kini telah berkembang sembilan lokasi binaan TCEC sebagai pusat penetasan penyu yang tersebar di seluruh Bali, antara lain Perancak (Negara), Pengambangan, Pantai Saba, Pantai Kuta, dan Serangan.

Sebagai sarana wisata pendidikan, terdapat beberapa fasilitas di TCEC yang memungkinkan masyarakat menggali wawasan mengenai proses yang berlangsung dalam penyelamatan hewan langka ini. Di sisi timur (depan), terdapat area penetasan penyu yang berukuran kurang lebih 2×2 meter. Di area ini, setiap kelompok telur yang ditemukan nelayan ditempatkan dalam satu lubang.

Di bagian tengah, terdapat sebuah kolam eksebisi. Di kolam ini, para pengunjung dapat melihat penyu-penyu dewasa. Sementara, di sisi barat, terdapat balai berisi kolam-kolam berukuran masing-masing 2,5×2,5 meter yang menjadi tempat pembesaran tukik dari usia 0-3 bulan.

Di TCEC, masyarakat dapat melihat tiga dari enam jenis penyu yang hidup di Indonesia, yaitu penyu hijau, penyu sisik, dan penyu lekang. Penyu hijau memiliki kontur cangkang yang bersisik tetapi bertekstur halus. Berbeda dengan penyu sisik yang memiliki cangkang dengan kontur yang lebih kasar dan terlihat tajam serta berlapis-lapis layaknya sisik ikan. Adapun penyu lekang memiliki bentuk sisik paling halus dengan bentuk sisik tengah yang membulat dan sisik samping memanjang. Ketiga jenis penyu yang dapat diamati di Pulau Serangan ini merupakan penyu-penyu yang secara alami bertelur di perairan Bali.

Tagar:
Informasi Selengkapnya
  • Indonesia Kaya

  • Indonesia Kaya