Kelenteng Hong Tiek Hian, berdiri kokoh di kawasan Pecinan Surabaya, menyandang predikat sebagai kelenteng tertua di kota ini. Konon, bangunan sakral ini didirikan oleh pasukan Tar-Tar pada masa pemerintahan Kubilai Khan, bertepatan dengan awal berdirinya Kerajaan Majapahit. Dengan sejarah ratusan tahun, Kelenteng Hong Tiek Hian menjadi salah satu saksi bisu perkembangan Kota Surabaya.
Berada di Jalan Dukuh, Surabaya Utara, Kelenteng Hong Tiek Hian mudah dijangkau, terutama bagi mereka yang familier dengan Jembatan Merah, salah satu landmark kota. Posisinya yang strategis di Jalan Dukuh membuat masyarakat sekitar lebih mengenalnya sebagai Kelenteng Dukuh.
Begitu tiba di Kelenteng Hong Tiek Hian, kita akan melihat dua buah bangunan utama yang terpisah oleh seruas gang. Kedua bangunan tersebut dihubungkan oleh sebuah jembatan yang dijaga 2 ekor naga. Di lantai 1 bangunan terdapat Altar Macko dan Kong Co. Sementara itu, di lantai 2, terdapat altar untuk Buddha, Dewi Kwan Im, dan beberapa dewi-dewi lainnya.
Sebagai pusat spiritual bagi umat Konghucu di Surabaya, kelenteng ini selalu menjadi sorotan pada perayaan-perayaan besar seperti Imlek. Ribuan umat berbondong-bondong datang untuk beribadah, memanjatkan doa, dan merayakan Tahun Baru Imlek bersama keluarga besar. Suasana khidmat dan meriah berpadu menjadi satu, menciptakan atmosfer yang unik dan tak terlupakan.
Pertunjukan wayang potehi yang rutin digelar di sini menjadi salah satu daya tarik utama.
Selain menjadi tempat ibadah, Kelenteng Hong Tiek Hian juga memiliki daya tarik tersendiri bagi masyarakat luas. Pertunjukan wayang potehi yang rutin digelar di sini menjadi salah satu daya tarik utama. Dengan diiringi musik tradisional Tionghoa, pertunjukan wayang potehi ini menyajikan cerita-cerita menarik yang sarat akan nilai-nilai luhur. Tak heran jika pertunjukan ini selalu dinantikan oleh masyarakat, baik dari kalangan Tionghoa maupun non-Tionghoa.
Kelenteng ini menjadi destinasi wisata yang ramai dikunjungi setiap harinya. Tak hanya oleh umat beragama yang ingin beribadah, namun juga oleh para wisatawan, baik dari dalam maupun luar Kota Pahlawan. Pesona sebagai kelenteng tertua di kota ini menjadi daya tarik tersendiri bagi para pengunjung.