Sedang mencari tempat wisata yang jauh dari ingar bingar kota, sejuk, serta kaya akan pemandangan alam dan kuliner? Daerah Dieng yang terletak di kabupaten Wonosobo, Jawa Tengah, patut dipertimbangkan. Dikelilingi oleh beberapa gunung berapi aktif, Wonosobo berada di dalam lintasan cincin api Nusantara.
Keberadaan candi-candi Hindu yang terkenal seperti Candi Arjuna, Candi Gatotkaca, Candi Bima, serta bukit-bukit kecil dan beberapa danau, membuat Dieng kerap disebut sebagai Negeri Para Dewa.
Selain pesona keindahan alam yang menakjubkan dan selalu mengundang pengunjung untuk mengabadikannya dalam foto, Dieng juga memiliki berbagai warisan budaya dalam bentuk cagar budaya maupun tradisi. Warisan kuliner seperti mi ongklok adalah salah satunya.
Dari Satu Tangan Menyebar ke Penjuru Dieng
Berkat kreativitas satu orang, mi ongklok lantas menjadi sajian autentik khas Dieng yang menggugah selera. Dalam buku Bawana Winasis Dieng (2021), Sutopo dkk. menemukan fakta bahwa sajian mi ongklok diciptakan oleh Muhadi, seorang pria yang bekerja sebagai juru masak di sebuah warung mi di Kelurahan Jaraksari, Wonosobo. Dialah yang menciptakan resep mi ongklok, sebuah variasi unik yang menjadi incaran para pelancong dari berbagai penjuru Indonesia bahkan mancanegara.
Dalam buku Bawana Winasis Dieng (2021), Sutopo dkk. menemukan fakta bahwa sajian mi ongklok diciptakan oleh Muhadi, seorang pria yang bekerja sebagai juru masak di sebuah warung mi di Kelurahan Jaraksari, Wonosobo.
Mi ongklok disebut sebagai makanan khas Wonosobo karena diolah menggunakan potensi alam sekitar yang terdiri atas sayuran kol segar dan daun kucai yang dipotong-potong. Udara sejuk dan banyaknya embun, membuat berbagai jenis sayuran dapat tumbuh subur di Dataran Tinggi Dieng.
Pertama-tama, sayuran tersebut direbus menggunakan keranjang kecil yang terbuat dari anyaman bambu, lalu disaring dan direndam berulang kali di dalam air mendidih hingga matang. Itulah sebabnya mengapa mi ini diberi nama “ongklok.” Saat direbus, sajian ini menghasilkan bunyi klok klok klok.
Sementara itu, pengolahan kuah kental pada mi ongklok sedikit berbeda dari mi kuah pada umumnya. Kuah mi ongklok (yang biasa disebut “loh” oleh orang-orang Wonosobo) terbuat dari campuran tepung kanji, ebi, dan gula jawa. Untuk memberi sentuhan istimewa dan membedakannya dari penganan mi lainnya, mi ongklok disajikan dengan taburan bumbu kacang dan bawang goreng. Terbayang seperti apa kelezatannya?
Setelah menemukan resep tersebut, Muhadi memutuskan untuk menjual sajian mi ongklok ciptaannya dengan membuka warung yang ia kelola sendiri. Kelezatan rasa manis, gurih, dan sensasi kuah kental yang ada pada mi ongklok, mendorong banyak orang untuk membuka warung mi serupa. Semenjak itu, mi ongklok kian berkembang menjadi ikon kuliner khas Dieng.
Penyajian Mi Ongklok
Mi ongklok terbuat dari campuran bahan alami, seperti udang kering, saripati singkong, gula merah, dan bubuk kacang. Biasanya disajikan bersama tempe kemul, keripik tahu, dan sate sapi. Namun, kita juga bisa menambahkan kecap dan bawang goreng untuk meningkatkan cita rasanya. Jika menyukai rasa pedas, merica bubuk dan sambal bisa turut ditambahkan.
Mi ongklok terbuat dari campuran bahan alami, seperti udang kering, saripati singkong, gula merah, dan bubuk kacang.
Mi ongklok sendiri biasa dimasak dalam waktu singkat. Hal ini dilakukan untuk meminimalisir kerusakan zat gizi—seperti vitamin C pada sayuran—yang sensitif terhadap suhu tinggi. Tak hanya lezat, sajian mi ongklok juga kaya akan gizi.
Bumbu yang digunakan untuk membuat mi ongklok juga tergolong sederhana, antara lain bawang merah, bawang putih, merica, ketumbar, serai, daun salam, laos, garam, dan gula. Semua bahan ini dihaluskan dengan cara ditumbuk, ditambahkan air, dan dicampurkan ke dalam adonan tepung kanji (loh) yang telah dipanaskan di atas wajan.
Cara memasaknya tidak terlalu sulit, bukan? Untuk menyajikan mi ongklok tak perlu bingung, tinggal mengikuti langkah demi langkah proses pembuatannya melalui situs resep masak yang satu ini.