Telaga Remis, Danau Indah yang Menyimpan Mitos Sejarah - Indonesia Kaya

Cari dengan kata kunci

Keindahan_Telaga_Remis_dan_Dibalik_Cerita_Mitosnya.jpg

Telaga Remis, Danau Indah yang Menyimpan Mitos Sejarah

Konon, danau ini terbentuk dari air mata seorang pangeran yang begitu mendalam kesedihannya setelah kalah dalam pertempuran sengit.

Pariwisata

Suasana sejuk dengan pemandangan hijau pepohonan pinus menyambut siapa saja yang berkunjung ke sebuah danau di Desa Kaduela, Kecamatan Mandirancan, Kabupaten Kuningan, Jawa Barat. Danau tersebut adalah Telaga Remis, tempat yang menawarkan ketenangan berpadu dengan keindahan alam yang asri.

Terletak sekitar 37 km dari pusat Kota Kuningan, atau sekitar satu jam perjalanan, Telaga Remis mencakup area seluas 13 hektare secara keseluruhan, dengan luas danau yang mencapai 3,25 hektare.

Suasana asri berpadu dengan udara sejuk menjadikan tempat ini ideal untuk melepas penat.

Suasana asri berpadu dengan udara sejuk menjadikan tempat ini ideal untuk melepas penat. Keberadaan wahana sepeda air menambah keseruan bagi pengunjung yang ingin menikmati keindahan alam di kawasan wisata yang kini dikelola oleh Perum Kehutanan Kabupaten Kuningan.

Bagi yang gemar berjalan kaki, tersedia jalur khusus yang mengelilingi area danau, memberikan pengalaman menikmati pemandangan dari berbagai sudut. Sementara itu, pengunjung yang hobi memancing dapat mencoba peruntungan dengan menangkap ikan seperti mujair dan ikan mas, yang menjadi penghuni utama danau ini.

Nama Telaga Remis berasal dari dua kata, yakni telaga, yang dalam bahasa Sunda berarti danau, dan remis, sejenis kerang berwarna kuning yang banyak ditemukan di sekitar danau. Selain asal-usul namanya, telaga ini juga menyimpan mitos yang menarik tentang awal terbentuknya.

 Telaga ini menyimpan mitos yang menarik tentang awal terbentuknya.

Konon, pada masa lalu, Keraton Cirebon yang dipimpin oleh Sultan Matangaji menolak memberikan upeti kepada Kerajaan Mataram. Sebagai respons, Kerajaan Mataram mengutus Pangeran Selingsingan beserta pasukannya. Dalam perjalanan, rombongan ini bertemu dengan Pangeran Purabaya dari Mataram yang sedang menagih upeti. Pertemuan tersebut berujung pada pertempuran yang tak dapat dihindari.

Berlokasi di kaki Gunung Slamet, pertempuran antara Pangeran Selingsingan dan Pangeran Purabaya berlangsung sengit. Namun, kekuatan dan ketangguhan Pangeran Purabaya beserta pasukannya terlalu sulit untuk ditandingi. Merasa kewalahan, Pangeran Selingsingan akhirnya memutuskan untuk mundur dan segera mengirim pesan kepada Sultan Matangaji untuk melaporkan situasi yang dihadapi.

Pertempuran antara Pangeran Selingsingan dan Pangeran Purabaya berlangsung sengit.

Mendengar kabar tentang keadaan yang genting, Sultan memerintahkan menantunya yang sakti, Elang Sutajaya, untuk turun ke medan perang. Tanpa ragu, Elang Sutajaya menerima perintah itu demi membantu saudara-saudaranya yang tengah terdesak. Dengan keberanian dan kekuatannya, ia berhasil membantu Pangeran Selingsingan memenangkan pertempuran.

Setibanya di medan perang, Elang Sutajaya segera mencari Pangeran Purabaya, musuh utama yang menjadi panglima pihak lawan. Dengan menggunakan keris dan ilmu kesaktiannya, Elang berhasil mengalahkan Pangeran Purabaya. Tanpa ampun, keris yang ia gunakan menghunus tubuh Purabaya hingga terbelah menjadi dua bagian.

Tangisannya yang tiada henti mengalir dan akhirnya membentuk sebuah telaga yang kini dikenal sebagai Telaga Remis.

Dalam keadaan terdesak, Pangeran Purabaya memohon belas kasihan kepada Elang Sutajaya agar diberi ampun. Ia mengaku hanya seorang muslim biasa yang beragama Islam. Namun, Elang Sutajaya tetap teguh dan menolak permohonan itu. Ia menegaskan bahwa Purabaya bukanlah seorang muslim yang baik, karena seorang muslim sejati tidak akan memulai peperangan apalagi membunuh orang lain.

Nasihat yang diucapkan oleh Elang Sutajaya membuat Pangeran Selingsingan terharu hingga menitikkan air mata. Tangisannya yang tiada henti mengalir dan akhirnya membentuk sebuah telaga yang kini dikenal sebagai Telaga Remis. Sementara itu, Pangeran Purabaya berubah wujud menjadi seekor bulus atau kura-kura yang diberi nama Si Mendung Purbaya.

Informasi Selengkapnya
  • NULL

  • Indonesia Kaya