Setiap daerah di Indonesia memiliki penganan khasnya masing-masing. Lunpia dari Semarang, bika ambon dari Medan, batagor dari Bandung, dan keripik singkong Sanjai dari Bukittinggi. Sepakat dong, kalau keripik yang satu ini sangat melekat di benak ketika membicarakan cemilan atau makanan ringan khas Padang atau Bukittinggi.
Meski masyarakat setempat menyebutnya dengan karupuak Sanjai, penganan dari singkong ini sebetulnya berupa keripik. Begitu mendengar keripik Sanjai, pasti yang langsung terbayangkan adalah keripik singkong balado berwarna merah menyala dengan potongan-potongan besar.
Namun sesungguhnya, keripik singkong Sanjai ini adalah keripik singkong biasa berwarna putih. Dari situ lantas ada varian lain, yaitu rasa gurih atau asin dengan warna lebih kuning dan varian balado yang pada akhirnya paling menjadi primadona keripik Sanjai.
Asal-Usul Keripik Sanjai
Kisah ini bermula dari sebuah kampung yang bernama Sanjai di bagian utara Kota Bukittinggi. Kampuang Sanjai ini terletak di Desa Manggis, Kelurahan Manggis Ganting Sanjai, Kota Bukittinggi. Umbi-umbian, terutama singkong, di daerah ini tumbuh subur dan memiliki rasa yang berbeda dari daerah lain. Kualitasnya diakui sangat bagus dan teksturnya lebih renyah ketika diolah.
Kisah ini bermula dari sebuah kampung yang bernama Sanjai di bagian utara Kota Bukittinggi.
Menurut salah seorang perajin keripik Sanjai bernama Yusrida, yang disapa Ni (Uni) Yus, awalnya terdapat tiga orang ibu yang memulai membuat keripik singkong di Sanjai. Kira-kira, awal mula usaha ini terjadi pada tahun 1923. Salah seorang dari tiga ibu tersebut, yang kemudian diakui sebagai penemu keripik Sanjai, adalah nenek Ni Yus.
Tiga orang ibu itu konon Amai Malan, Amai Seram, dan Amai Terimalah. Ketiganya membuat inovasi keripik dari singkong karena jenuh dengan olahan singkong yang hanya direbus. Keripik ini awalnya dijajakan di warung-warung. Ternyata laku hingga pedagang pasar mencari langsung ke para nenek pembuat keripik singkong di Sanjai tersebut.
Keripik singkong ini mula-mula meramaikan Los Maninjau, Pasar Atas, Bukittinggi. Dari situlah, orang kerap menyebut, “Oh! karupuak dari Sanjai ini, ya?” dan akhirnya keluarlah nama karupuak Sanjai dan kini keripik Sanjai.
Keripik Sanjai lantas dengan cepat menarik hati masyarakat. Permintaan pun semakin banyak. Tingginya permintaan pasar akhirnya mendorong penduduk kawasan Sanjai turut membuat keripik singkong ini. Hingga di Sanjai akhirnya menjadi sentra industri rumah tangga keripik singkong di Bukittinggi.
Sebagai daerah asal muasal sebaran industri keripik singkong di Bukittinggi dan seiring meningkatnya popularitas oleh-oleh khas Bukittinggi ini, akhirnya, daerah Sanjai dijadikan sebagai Kampung Wisata Manggis Ganting oleh pemerintah setempat.
Pembuatan Keripik Sanjai
Proses pembuatan keripik singkong Sanjai ini sebetulnya terbilang sederhana. Yang jadi keistimewaannya adalah kualitas singkong setempat terlebih pada zaman terdahulu yang tanahnya masih sangat alami dan subur.
Yang jadi keistimewaannya adalah kualitas singkong setempat terlebih pada zaman terdahulu yang tanahnya masih sangat alami dan subur.
Secara tradisional dan rumahan, singkong yang sudah diperoleh lantas dibersihkan dan dikupas. Setelah dikupas, singkong langsung diserut atau diiris tipis. pada dasarnya, singkong yang sudah diiris langsung digoreng hingga garing. Tapi untuk varian gurih, singkong yang sudah diiris lantas diberi bumbu campuran bawang putih, kunyit, dan garam.
Varian yang paling populer adalah inovasi bumbu balado pada keripik singkong ini. Saking populernya, sampai-sampai yang orang tahu keripik Sanjai adalah keripik singkong balado. Adapun untuk keripik singkong pedas ini, keripik yang sudah digoreng dibumbui dengan saus. Saus tersebut terbuat dari campuran gula yang dibuat dari cabai, bawang merah, bawang putih, dan gula pasir. Saus gula ini dioleskan pada permukaan keripik yang telah digoreng dengan menggunakan kuas, kemudian dikeringkan.
Namun kini, seiring dengan perkembangan zaman, proses pembuatan keripik kebanggaan masyarakat Bukittinggi ini pun semakin bervariasi. Industri rumahan yang sudah berkembang bahkan mencapai ekspor ke negara-negara tetangga, membuat pembuatannya pun semakin modern. Banyak usaha yang sudah memakai banyak mesin untuk beberapa tahap pembuatannya.
Meski demikian, ada juga yang masih menggunakan cara tradisional; salah satunya keripik Sanjai Ni Yus tadi. Ni Yus masih menggunakan kayu bakar untuk menggoreng keripik singkongnya. Produksinya per hari pun sebatas tiga karung untuk hari-hari biasa. Baginya, kualitas tidak boleh dihilangkan. Meski hasilnya tidak berlimpah, ia selalu menghasilkan keripik yang baru setiap harinya.
Keripik Sanjai Ni Yus masih menggunakan kayu bakar untuk menggoreng keripik singkongnya.
Bukan hanya peralatan, varian keripik Sanjai juga ikut berkembang. Sekarang, banyak yang memproduksi keripik Sanjai cabai hijau, rasa udang, kari, hingga cokelat. Peminatnya pun, terbilang cukup pasti. Pokoknya, setiap orang yang mampir ke Bukittinggi pasti tidak akan melupakan keripik Sanjai.
Kerupuk Sanjai juga dapat ditemukan di beberapa kota, selain kota Bukittinggi, seperti kota Padang Panjang, kota Payakumbuh, dan kota Padang. Camilan ringan ini menjadi salah satu camilan yang tak pernah lupa dinikmati saat santai, berkumpul, berekreasi dan lainnya. Oleh sebab itu, tak heran, keberadaannya masih terus eksis hingga hari ini.
Baca juga: Mengenang Kejayaan Palembang dari Bukit Siguntang