Sore hari di Pulau Ambon adalah sesuatu yang menenangkan. Panorama pesisir lautan, hembusan angin, nyiur melambai dan indahnya matahari terbenam menjadi menu utama senja di tanah raja-raja. Mungkin untuk sebagian warga Ambon, paket lengkap seperti sudah biasa mereka nikmati. Namun, bagi masyarakat luar Maluku terutama para wisatawan yang berkunjung ke Pulau Ambon, hal-hal indah tadi adalah sesuatu yang luar biasa. Satu hal yang tidak utama tetapi cukup penting saat menikmati sore hari di Pulau Ambon adalah pelengkap hidangan ringan khas Ambon.
Sajian kuliner khas Ambon memang sangat beragam dan semuanya punya citarasa unik dan nikmat. Salah satu jenis bahan dasar makanan yang banyak sekali ditemui di Ambon adalah sagu. Seperti kita ketahui bersama, sagu merupakan makanan pokok masyarakat Indonesia timur. Tidak seperti padi atau nasi yang menjadi makanan pokok di wilayah Indonesia lainnya, sagu menjadi bahan dasar utama karena banyak tumbuh dan mendominasi sebagian besar wilayah Indonesia Timur. Sagu tidak hanya menjadi makanan pokok layaknya nasi bagi warga Ambon atau Maluku, makanan-makanan kecil sebagai cemilan sore pun bisa terbuat dari sagu. Satu cemilan berbahan dasar sagu yang paling populer di Ambon adalah Sagu Bakar.
Sagu Bakar merupakan cemilan favorit bagi orang Ambon untuk sarapan atau menikmati sore bersama secangkir kopi dan teh manis hangat. Makanan ini banyak sekali ditemui sekedar di seluruh Pulau Ambon, terutama pusat kota Ambon. Pada dasarnya, bahan sagu yang diolah adalah tepung yang kemudian melalui proses masak sesaat hingga akhirnya siap dinikmati dengan variasi parutan kelapa, gula merah, atau taburan saus coklat.
Untuk membuat sagu bakar, proses yang dilalui cukup banyak. Namun, tidak membutuhkan waktu yang lama untuk membuatnya. Biasanya, ibu-ibu warga Ambon membuat sagu bakar pada dini hari dan saat matahari terbit Sagu Bakar pun sudah siap dijual di pasar. Mereka akan membuat sagu bakar lagi pada siang hari dan dijual saat sore hingga malam. Uniknya, sagu-sagu bakar yang ada di Ambon masih dimasak dengan cara tradisional yang diturunkan antar generasi.
Prosesnya antara lain meliputi pengayakan tepung sagu sebanyak dua atau tiga kali. Hal ini dilakukan untuk mendapatkan tepung sagu yang benar-benar halus sehingga menghasilkan sagu bakar yang sempurna. Tahap berikutnya adalah memasukkan sagu ayakan tadi ke dalam cetakan sagu bakar yang sudah dipanaskan di atas bara api hingga mencapai level panas tertentu. Cetakan ini terbuat dari kayu dan uniknya proses pembakaran hanya melibatkan cetakannya saja, sedangkan untuk mematangkan tepung sagu mengandalkan panas yang tersimpan di kayu cetakan tersebut. Setelah tepung sagu masuk ke dalam cetakan kayu panas, maka tahap berikutnya adalah memasukkan bahan pelengkap seperti parutan kelapa atau gula merah ke dalam sisi dalam tepung yang sudah dibentuk sesuai cetakan. Lama menunggu proses “ungkep” tepung hingga siap dihidangkan kurang lebih sekitar 30 menit – 60 menit.
Sagu Bakar yang sudah matang dapat langsung dikeluarkan dari cetakan dan disajikan di piring atau mangkuk. Tekstur Sagu Bakar yang matang dengan sempurna sekilas mirip dengan roti gandum. Rasanya pun manis legit dan sangat cocok dinikmati beserta minuman hangat seperti kopi atau teh manis sambil menikmati indahnya panorama Ambon yang dipenuhi pesisir pantai dan lautan biru nan indah. [Phosphone/IndonesiaKaya]