Upacara adat seren taun merupakan salah satu tradisi dalam masyarakat Sunda Banten yang kental dengan nuansa magis dan sakral. Nuansa sakral ini terbentuk oleh tahapan ritual yang khidmat dalam iringan suara instrumen musik yang mengiringinya. Di antara instrumen musik pengiring prosesi adat seren taun, terdapat alat musik bambu yang disebut angklung buhun.
Instrumen ini dipercaya berasal dari Kabupaten Lebak, Provinsi Banten. Buhun sendiri dalam bahasa Sunda berarti tua atau kuno. Nama ini memanifestasikan sejarah panjang keterikatan masyarakat Baduy dengan instrumen pusaka ini. Menurut sejarah, angklung buhun muncul hampir bersamaan dengan terbentuknya masyarakat Baduy itu sendiri. Karena itulah, kesenian ini dianggap memiliki makna penting dalam mempertahankan eksistensi masyarakat Baduy.
Dari segi bentuk, angklung buhun tidak memiliki perbedaan mencolok dari angklung pada umumnya. Suaranya pun kurang lebih sama. Sedikit perbedaan hanya pada pernak-pernik yang terdapat di sisi atas bingkai angklung ini. Angklung buhun biasanya dilengkapi dengan batang padi yang diikat secara berkelompok atau rumbai-rumbai dedaunan.
Berbeda dari alat musik angklung pada umumnya, angklung buhun merupakan pusaka masyarakat adat yang digunakan secara spesifik dalam ritual adat. Karena itulah, saat ini cukup sulit menemukan kelompok kesenian atau sanggar yang mementaskan angklung buhun. Kecuali dalam penyelenggaraan ritual adat seperti seren taun, kesenian ini jarang sekali ditemui di tengah masyarakat.