Pertunjukan Musikal “Dapurmu” karya Suwandi Widianto yang didukung oleh Bakti Budaya Djarum Foundation sukses digelar pada tanggal 11 Agustus 2016, di Dusun Gejayan, Desa Banyusidi, Kecamatan Pakis, Kabupaten Magelang. Pertunjukan ini melibatkan seniman dari Banyuwangi, Surabaya, Solo, dan Magelang.
ilustrasi dapurmu
Rangkaian acara dimulai dengan hentakan satu komposisi musik seni Leakan yang mampu menarik penonton berdatangan hingga berjubel dan menyemut menyaksikan acara pembuka ini dengan antusias. Penonton terdiri dari berbagai lapisan, baik dari kalangan akademisi maupun masyarakat biasa.
Seperti sebuah acara resmi yang selalu diawali oleh pidato. Pidato pertama oleh ketua Komunitas Lima Gunung Magelang bapak Supadi. Ucapan selamat datang dan rasa terima kasih tak terhingga atas kepercayaan pihak akademisi terutama Institut Seni Indonesia yang dengan suka rela membuat acara di Dusun Gejayan yang notabene termasuk anggota Komunitas Lima Gunung.
Acara pertunjukan musikal ini dilanjutkan dengan pertunjukan tari Soreng yang membuat suasana menjadi lebih semarak. Suasana semakin cair ketika sekelompok remaja menari tari Geculan. Selanjutnya dilanjutkan dengan group musik Bohemia dari alumni pasca sarjana ISI Jogjakarta. Suasana kian meriah seiring tampilnya kesenian Leakan. Setelah itu, Pembawa Acara menutup pra acara itu dengan membacakan sinopsis karya Dapurmu dan mempersilahkan penonton untuk berpindah ke arena panggung utama.
Arak-arakan meluncur pelan dari atas pojok desa memberi sedikit bunyi berisik dan gegap gempita sebagai tanda bahwa karya musik Dapurmu telah dimulai. Barisan arak-arakan ini terdiri dari pemeran dalang, ahli masak, penari, tukang masak dan pemusik. Pertunjukan musikal Dapurmu berlangsung sekitar 60 menit.
Dalang sebagai pengatur alur suasana begitu piawai membuat lelucon. Orang rela berjubel hanya melihat orang masak, apa istimewanya? Menurut Professor Rahayu Supanggah selaku pembimbing karya, bahwa pertunjukan ini tidak hanya sekedar sebuah peristiwa bunyi belaka, namun merupakan sebuah peristiwa yang memacu, mengajak seluruh warga selalu bergotong royong dan peristiwa pertunjukan ini merupakan nafas seluruh warga desa.
Pertunjukan karya Dapurmu sangat sukses karena dilihat dari antusias warga dalam mendukung acara ini, sebagai contoh, warga dengan sukarela merelakan rumah tinggalnya ditempati sebagai rumah singgah bagi tamu penting dari luar kota maupun dalam kota. Dan di sisi lain, tak dapat dihitung berapa jumlah warga yang terlibat dalam acara ini, baik sebagai penerima tamu maupun lain-lain, Acara ini layaknya acara hajadan desa yang melibatkan berbagai lapisan masyarakat dan tak kalah pentingnya kehadiran pedagang asongan, kaki lima sebagai unsur pendukung utama semaraknya sebuah acara di lereng gunung Merbabu Magelang.
Pertunjukan musik Dapurmu menginterpretasikan kembali makna Dapur sebagai sarana pemersatu, pengikat rasa solidaritas dan kegotongroyongan antar warga. Karya ini tidak hanya perisitiwa kesenian namun sudah merupakan peristiwa budaya, di mana budaya sebagai sarana mujarab pemersatu bangsa.
Mencintai budaya adalah wujud rasa bangga dan cinta kita terhadap Indonesia, karena yang menyatukan bangsa adalah budaya. Cinta Budaya, Cinta Indonesia.