Jejak Pahlawan Indonesia di Tanah Belanda - Indonesia Kaya

Cari dengan kata kunci

Mohamaad hatta straat

Jejak Pahlawan Indonesia di Tanah Belanda

Menelusuri rekam jejak pahlawan Indonesia di kota Harleem, Belanda.

Pariwisata
Tagar:

Di antara rumah-rumah bata merah dan kanal yang tenang di Haarlem, Belanda, berdiri sebuah papan nama jalan bertuliskan Mohammed Hattastraat. Sekilas, ia tampak seperti jalan biasa di kawasan perumahan modern Zuiderpolder. Namun bagi siapa pun yang mengenal sejarah Indonesia, nama itu memunculkan rasa haru sekaligus bangga. Di negeri yang pernah menjajah Indonesia selama lebih dari tiga abad, nama seorang pejuang kemerdekaan kini justru diabadikan dan dihormati.

Pemandangan sederhana itu menyimpan arti yang penting. Sebuah jalan kecil menjadi penanda bahwa sejarah bisa berbalik arah dari masa penjajahan yang kelam menjadi bentuk penghargaan. Bukan hal yang biasa ditemukan memang, melihat nama pahlawan dari bangsa bekas jajahan terpampang di ruang publik penjajahnya. Tapi justru di situlah menariknya kisah Haarlem: kota kecil di barat Belanda yang memilih untuk mengenang hubungan dua negara lewat sosok yang memperjuangkan kemerdekaan bukan dengan kekerasan, melainkan dengan diplomasi dan pemikiran.

Sebuah jalan kecil menjadi penanda bahwa sejarah bisa berbalik arah dari masa penjajahan yang kelam menjadi bentuk penghargaan.

Diplomasi yang Menjadi Penunjuk Arah

Pada 1987, Pemerintah Kota Haarlem meresmikan penamaan Mohammed Hattastraat sebagai bagian dari pengembangan kawasan Zuiderpolder. Keputusan itu bukan sekadar memberi nama pada jalan, tetapi memberi ruang bagi sejarah untuk dilihat dari sisi yang berbeda. Bagi Belanda, Mohammad Hatta dipandang sebagai tokoh yang memperjuangkan kemerdekaan Indonesia melalui jalan dialog dan gagasan, pendekatan yang berangkat dari keyakinan bahwa perubahan yang nyata bisa dimulai dari pemikiran.

Bagi Belanda, Mohammad Hatta dipandang sebagai tokoh yang memperjuangkan kemerdekaan Indonesia melalui jalan dialog dan gagasan, pendekatan yang berangkat dari keyakinan bahwa perubahan yang nyata bisa dimulai dari pemikiran.

Sejak masa studinya di Rotterdam pada 1920-an, Hatta sudah dikenal di kalangan akademisi dan aktivis Belanda melalui kiprahnya di Perhimpunan Indonesia. Ia menulis esai dan pidato tentang kesetaraan, kebebasan, dan martabat bangsa yang menggugah banyak pihak di Eropa kala itu. Pandangan-pandangan tersebut menjadikannya sosok yang dihormati, bahkan oleh mereka yang dulu berada di sisi berseberangan.

Empat puluh tahun setelah Indonesia merdeka, ketika hubungan kedua negara mulai terbuka dan saling menghargai, nama Hatta diabadikan di Haarlem sebagai bentuk penghormatan. Penamaan itu menjadi penanda perubahan sejarah dari masa kolonial menuju hubungan yang setara.

Bukan Hanya di Haarlem

Menariknya, Mohammed Hattastraat bukan satu-satunya jalan di Belanda yang memakai nama tokoh Indonesia. Masih di kawasan Zuiderpolder, Haarlem, terdapat Kartinistraat dan Sutan Sjahrirstraat, yang diambil dari nama R.A. Kartini dan Sutan Sjahrir—dua tokoh penting yang dikenal karena perjuangan mereka di bidang pendidikan dan diplomasi. Ketiganya kini menjadi bagian dari lanskap perkotaan Haarlem, menunjukkan bagaimana nama-nama pejuang Indonesia mendapat tempat di ruang publik negeri yang dulu pernah menjajahnya.

Fenomena serupa juga ditemukan di berbagai kota lain di Belanda. Di Den Haag, terdapat Munirpad, jalur kecil yang diresmikan pada 2015 untuk mengenang aktivis hak asasi manusia Munir Said Thalib. Di Amsterdam, ada Irawan Soejonostraat, diambil dari nama seorang mahasiswa Indonesia yang gugur saat bergabung dalam perlawanan terhadap pendudukan Nazi. Di Wierden, komunitas Maluku mengusulkan dua nama jalan Pattimurastraat dan Martha Tiahahustraat,sebagai penghormatan bagi pahlawan asal Maluku. Selain itu, beberapa kota seperti Leiden, Utrecht, dan Venlo juga memiliki jalan yang memakai nama Sjahrir dan Kartini, menandakan betapa luasnya penghargaan terhadap tokoh-tokoh Indonesia di Belanda.

Di Den Haag, terdapat Munirpad, jalur kecil yang diresmikan pada 2015 untuk mengenang aktivis hak asasi manusia Munir Said Thalib.

Bagi masyarakat Indonesia yang tinggal di sana, nama-nama jalan itu bukan sekadar alamat di peta. Mereka menjadi pengingat akan perjuangan dan nilai-nilai yang melintasi generasi. Di negara yang dulu pernah menjadi penjajah, nama-nama seperti Hatta, Kartini, Sjahrir, Munir, dan Pattimura kini berdiri sejajar dengan tokoh dunia seperti Mahatma Gandhi dan Martin Luther King. Dari papan jalan yang tampak sederhana, tersimpan pesan bahwa perjuangan untuk kemerdekaan, pendidikan, dan keadilan bersifat universal dan akan terus hidup selama nilai-nilai itu dijaga.

Tagar:
Informasi Selengkapnya
  • Indonesia Kaya

  • Fathya untuk Indonesia Kaya

  • Sumber: Dokumentasi korespondensi: Fathya untuk Indonesia Kaya, Dokumentasi Pemerintah Kota Haarlem, NRC Handelsblad, Historia.id Foto: Dokumentasi korespondensi: Fathya untuk Indonesia Kaya