Kapal yang kami tumpangi baru saja lepas dari dermaga Waisai, ibu kota kabupaten Raja Ampat. Pagi itu, kami bersiap menelusuri lokasi-lokasi indah di kepulauan di Provinsi Papua Barat Daya ini. Tiga puluh menit kami mengarungi laut lepas, kami mulai memasuki deretan pulau-pulau besar dan tampak berlapis-lapis dari kejauhan. Selintas, pemandangan ini tampak seperti lukisan mimpi namun nyata dapat kami nikmati dengan telanjang mata. Cipratan-cipratan air laut akibat laju perahu motor yang begitu cepat pun membasahi tubuh kami dan menyadarkan diri bahwa ini bukanlah mimpi. Tujuan kami adalah Batu Pensil.
Kami mulai memasuki wilayah Teluk Kabui yang begitu terkenal itu. Menurut informasi, wilayah ini terdiri dari pulau-pulau kecil yang tersusun hingga menyerupai labirin. Oleh karena itu, semua wisatawan yang berkeliling wilayah ini dikenakan peraturan tidak tertulis untuk selalu memakai pemandu. Hal ini diberlakukan agar tidak ada wisatawan yang tersesat dan sulit untuk kembali ke Waisai.
Ternyata, informasi yang kami dengar itu benar. Kapal motor kami seperti disambut oleh kerajaan pulau karang yang berlapis-lapis. Pulau-pulau ini tersusun seperti tembok besar nan megah hingga menyerupai tembok dan membentuk labirin-labirin di selanya. Hijaunya kepulauan karang ini sungguh membuat kami takjub dan begitu terkesan. Beberapa dari rombongan kami mulai mengeluarkan kameranya dan berlomba mencari latar indah untuk diabadikan. Seakan tidak ada yang buruk, hampir semua sisi dari labirin yang kami masuki pun menjadi latar foto-foto kami.
Cuaca yang sangat cerah dan bersahabat mendukung sekali bagi perjalanan kami. Udara yang hangat memberikan sensasi tersendiri bagi rombongan kami yang memang berniat menggelapkan kulit agar terlihat lebih eksotis. Tiba-tiba, sang nakhoda berteriak kepada kami, “Itu dia Batu Pensil.” Dalam sekejap, pandangan kami pun terfokus pada sebuah titik di hadapan kapal kami. Sebuah pulau batu yang terlihat berbeda dari pulau lain di sekitarnya pun mulai tampak jelas di atas permukaan laut.
Umumnya, pulau-pulau karang di wilayah ini berbentuk bulat atau oval. Namun, pulau batu yang kami lihat ini berbentuk kerucut lancip dan menjulang ke langit. Pulau batu ini terlihat beda dan mencolok. Bahkan dari kejauhan, batu tersebut berwarna abu-abu kehitaman dengan sedikit tanaman-tanaman hijau yang menempel pada dindingnya. Sekilas, pulau batu ini memang menyerupai pensil raksasa yang muncul dari bawah permukaan laut. Melihat sejumlah ciri-ciri ini, maka tak lama bagi kami untuk menyadari bahwa inilah yang menjadi tujuan kami, si Batu Pensil.
Sebenarnya, Batu Pensil adalah salah satu gugusan pulau karang seperti pulau-pulau lain di sekitarnya. Namun, karena bentuknya yang unik inilah, maka pulau batu ini menjadi sorotan wisatawan dan dikenal luas hingga menjadi salah satu obyek yang ‘wajib’ dikunjungi ketika melancong ke Raja Ampat. Begitu seringnya obyek Batu Pensil menjadi tempat berfoto bagi para wisatawan, hingga pemerintah daerah Raja Ampat pun bersama warga setempat berinisiatif untuk membuat dermaga kecil di Batu Pensil dan beberapa pulau karang di sekitarnya. Dermaga-dermaga ini berguna bila ada kapal wisatawan yang ingin merapat untuk beberapa saat agar para wisatawan dapat mengabadikan keberadaan mereka di Batu Pensil yang ternama hingga mancanegara itu.
Batu Pensil begitu populer bagi turis, sehingga pemerintah dan warga setempat membangun dermaga kecil di sana.
Tak lama-lama berpikir, akhirnya kami pun merapatkan kapal motor yang kami tumpangi di dermaga salah satu pulau di sekitar Batu Pensil. Kami memilih tempat ini dengan maksud agar dapat mengambil gambar Batu Pensil dari kejauhan secara utuh. Rombongan kami pun mulai berfoto satu per satu. Tempat ini memang sangat indah, bahkan banyak pasangan yang hendak melakukan pemotretan pernikahan pun rela jauh-jauh datang ke Raja Ampat hanya untuk memilih Batu Pensil sebagai lokasi pemotretan. Kini, kami pun semakin yakin bahwa Raja Ampat memang layak untuk disebut sebagai salah satu kepulauan terindah di seluruh dunia.