Sejarah membuktikan, Aceh menjadi wilayah Nusantara yang paling sulit ditaklukkan oleh Pemerintahan Kolonial Hindia Belanda. Terbukti, Tanah Rencong menjadi daerah yang terakhir takluk pada penjajahan Belanda. Itupun baru terwujud setelah puluhan tahun mereka menghadapi kegagalan dan kerugian besar dalam menumbangkan Kesultanan Aceh. Disamping dicatat sejarah sebagai daerah yang paling sulit ditaklukkan, Aceh juga menjadi salah satu daerah yang berkontribusi besar dalam perjuangan kemerdekaan Indonesia.
Monumen Seulawah RI-001 yang terletak di Lapangan Blang Padang, Kecamatan Baiturrahman, Banda Aceh, menjadi saksi sejarah kontribusi rakyat Aceh dalam mendukung pemerintahan untuk menegakkan kedaulatan Republik Indonesia yang baru berdiri ketika itu.
Dalam periode agresi militer Belanda tahun 1948, distribusi logistik yang cepat antar daerah sangat dibutuhkan. Transportasi udara menjadi solusi untuk mengatasi blokade musuh yang menghalangi akses perjalanan melalui jalur darat. Hal ini disadari oleh Presiden Soekarno yang kemudian menginisiasi penggalangan dana untuk pembelian pesawat angkut pemerintah. Upaya ini direspon dengan sangat baik oleh para saudagar Aceh.
Seulawah RI-001 merupakan pesawat tipe DC-3, produksi perusahaan Douglas Aircraft Company. Dengan panjang badan 19,66 meter dan rentang sayap 28.96 m, pesawat ini mampu melakukan penerbangan nonstop sejauh 2.430 km. Kedua sayapnya dilengkapi mesin Pratt & Whitney dengan bobot 8.030 kg yang mampu membawa pesawat ini terbang dengan kecepatan maksimum hingga 346 km/jam. Pesawat yang mulai diproduksi massal tahun 1936 ini masih dipakai oleh banyak maskapai penerbangan internasional hingga puluhan tahun.
Monumen Seulawah RI-001 merupakan replika dari pesawat Seulawah RI-001 yang didirikan atas prakarsa TNI-AU. Monumen yang kini berdiri di Lapangan Blang Padang, Banda Aceh ini diresmikan oleh panglima ABRI Jenderal L.B. Moerdani pada tanggal 30 Juli 1984. Pada pintu yang terletak di sisi kiri belakang pesawat terdapat tulisan ‘Persembahan RA’JAT ATJEH’. Terdapat pula sebuah prasasti di tiang penyangga pesawat, berisi riwayat perjalanan sejarah pesawat RI-001 dan tugas yang pernah diembannya.
Selain itu, di sisi kanan depan altar marmer monumen ini terdapat sebuah prasasti lainnya yang bertuliskan pernyataan bahwa monumen ini merupakan penghargaan TNI terhadap jasa masyarakat Aceh.