Gajah Sumatra sejak lama menjadi bagian tak terpisahkan dari kehidupan masyarakat di Pulau Sumatra. Dahulu, hewan ini bahkan turut memperkuat pasukan perang pada masa kesultanan. Namun, kerusakan alam dan maraknya perburuan liar membuat populasinya kian menyusut. Di sinilah peran Pusat Konservasi Gajah (PKG) di kawasan Taman Nasional Way Kambas menjadi penting untuk menjaga keberlangsungan satwa bernama latin Elephas maximus sumatranus ini.
Sebagai salah satu destinasi wisata edukasi di Lampung Timur, PKG terbuka bagi masyarakat yang ingin mengenal lebih dekat kehidupan gajah Sumatra dan upaya pelestariannya. Selain menjadi pusat konservasi, tempat ini juga menjadi wahana ekowisata yang memadukan hiburan dan edukasi. Pengunjung dapat menyaksikan beragam atraksi menawan dari gajah-gajah terlatih setiap akhir pekan—mulai dari memberi hormat, mengibarkan bendera, berjoget, bermain bola, hingga mengajak wisatawan berkeliling menelusuri habitat alami di jantung Way Kambas.
Selain menjadi destinasi ekowisata, kawasan konservasi ini juga berperan penting dalam upaya pengembangbiakan gajah Sumatra untuk menekan laju penurunan populasinya.
Selain menjadi destinasi ekowisata, kawasan konservasi ini juga berperan penting dalam upaya pengembangbiakan gajah Sumatra untuk menekan laju penurunan populasinya. Di sinilah para pawang dan tenaga ahli bekerja sama menjaga keseimbangan antara kebutuhan pelestarian dan kesejahteraan satwa. Sebagian gajah dirawat di kandang untuk proses pemulihan atau pelatihan, sementara sisanya dibiarkan hidup bebas di alam agar tetap mempertahankan insting liarnya.
Hingga kini, populasi gajah Sumatra di kawasan Taman Nasional Way Kambas diperkirakan mencapai sekitar dua ratus ekor. Angka ini menjadi bukti nyata keberhasilan konservasi, sekaligus pengingat bahwa menjaga kelestarian satwa tidak berhenti di batas pagar hutan—melainkan tanggung jawab bersama antara manusia dan alam.