Periri Sesamungan dalam bahasa Lombok mempunyai arti memperbaiki hubungan. Tradisi memperbaiki hubungan sudah ada sejak lama dan tertanam dalam diri masyarakat Suku Sasak untuk meminimalisasi terjadinya konflik adat. Tradisi yang berakar pada kearifan lokal masyarakat Sasak ini kemudian menginpirasi lahirnya sebuah garapan tari kreasi yang bernama tari Periri Sesamungan.
Terciptanya tari Periri Sesamungan berawal dari adanya konflik personal antara orang dari bali dengan masyarakat pribumi Pulau Sumbawa yang umumnya Suku Sasak. Konflik tersebut kemudian berkembang menjadi konflik kelompok adat yang menciptakan perpecahan.
Masyarakat menyadari bahwa konflik tersebut hanya menciptakan kerugian dan tidak menghasilkan apa-apa selain kehancuran. Terbukti konflik dan peperangan tidak menyelesaikan masalah, hanya toleransi dan kerukunan yang membuat hidup menjadi tentram.
Secara ide, garapan kreasi tari Periri Sesamungan mengadopsi berbagai unsur dari tari tradisional Lombok. Mulai dari musik hingga estetika gerak tari yang ditampilkan. Namun pengaruh budaya Bali dalam garapan kreasi ini tidak dapat dihindari, hal tersebut terlihat dari busana dan mahkota penari yang kental akan nuansa tradisional Bali. Busana tersebut kemudian dipadukan dengan kain tenun sasak berwarna cerah dan bermotif indah yang dikenakan di bagian bawah penari.
Tari Periri Sesamungan merupakan garapan kreasi yang khusus dipentaskan oleh perempuan. Tidak ada pakem yang mengatur berapa jumlah penari, namun biasanya tarian ini dipentaskan oleh 8 orang perempuan. Lebih dari sebuah seni pertunjukkan, dalam tari Periri Sesamungan terdapat sebuah pesan luhur tentang perdamaian. Perdamaian tersebut tentu akan terwujud dengan sikap saling menghormati dan bertoleransi, bukan dengan jalan kekerasan dan intimidasi.