Bagian utara dari kota Cirebon, Jawa Barat, terdapat satu kawasan yang memprioritaskan pada produksi hingga penjualan batik khas Cirebon. Di sini, kita dengan mudah dapat menemukan berbagai macam motif, desain, hingga melihat proses pembuatan batik. Inilah Trusmi, pusat dan sentra batik khas Cirebon.
Sejarah Trusmi diawali dengan kisah Ki Gede Bambangan yang memeluk agama Islam karena ajakan Sunan Gunung Jati. Saat itu, hanya dirinya yang menempati lokasi desa yang kini dikenal dengan nama Trusmi.
Nama Trusmi diberikan oleh Sunan Gunung Jati karena kemampuannya. Ki Gede Bambangan memiliki kesaktian jika tumbuhan atau sayuran dicabutnya, dengan seketika tumbuhan atau sayuran itu tumbuh kembali. Ini yang menjadi awal pemberian nama Ki Gede Bambangan menjadi Ki Gede Trusmi. Trusmi sendiri berarti terus bersemi.
Selain berilmu sakti, Ki Gede Trusmi juga memiliki kemampuan dalam membuat batik. Media ini menjadi caranya dalam menyiarkan agama Islam. Masyarakat pada saat itu dibekali dengan keterampilan membatik hingga mempunyai identitas diri. Jasa Ki Gede Trusmi tetap bersemi dengan sebuah desa bernama Trusmi.
Memasuki daerah Trusmi, pengunjung akan disambut dengan gapura bersayap bertuliskan “Selamat Datang di Sentra Trusmi”. Toko dan plang mengenai Batik Cirebon menjadi sesuatu yang mendominasi kawasan yang berjarak 4km dari pusat kota ini.
Lebih ke dalam lagi, semakin banyak toko yang dapat dipilih untuk dikunjungi. Selain berbelanja batik, pengunjung juga dapat melihat lebih dekat proses pembuatan batik. Menyaksikan jari-jari terampil memainkan canting yang diolesi dengan lilin panas menjadi begitu menarik di sini. Pembuatan batik jadi terlihat begitu mudah di tangan para seniman batik dari kawasan ini.
Di Trusmi, pengunjung juga dipersilahkan untuk belajar dan mengenal bagaimana proses batik dibuat. Pengunjung juga bisa memilih batik apa yang ingin dipelajari yakni batik tulis atau batik cap. Bahkan, sampai proses pencucian hingga penjemuran semua bisa dipelajari di Pusat Batik Cirebon.
Para pembatik di Trusmi tidak hanya berasal dari Desa Trusmi saja. Namun desa-desa di sekililingnya seperti Desa Gamel, Kaliwulu, Wotgali, dan Kalitengah ikut menyumbang seniman dan pekerja untuk kemajuan batik di daerah Trusmi. Hasilnya, batik-batik dari kawasan ini telah diimpor sampai ke luar negeri. Negara-negara seperti Belanda, Jepang, Malaysia, dan Thailand menjadi negara tujuan dari batik-batik khas kota berjuluk kota udang ini. [Riky/IndonesiaKaya]