Pantai Gondariah saat itu begitu ramai dengan banyaknya masyarakat baik dari Pariaman maupun luar Pariaman yang hadir untuk menyaksikan sebuah hajatan besar.
Perlahan-lahan dua buah Tabuik yang terbuat dari rotan dan bambu yang diarak sekawanan pria mulai terlihat. Bagian atas tabuik berbentuk menara dihiasi dengan kain bewarna-warni, sedangkan bagian bawahnya berbentuk kuda bersayap dan berkepala manusia yang melambangkan buroq.
Nama Husein dan Hassan sesekali terdengar dieluk-elukan oleh masyarakat yang hadir. Husein dan Hassan adalah cucu Nabi Muhammad SAW sekaligus pemimpin syiah yang gugur di Padang Karbala oleh pasukan Ubaidillah bin Zaid pada 10 Muharam 61 Hijriah (681 Msehi).
Acara Tabuik adalah peringatan gugurnya sang pemimpin syiah. Husain bin Ali yang terbunuh saat berjuang bersama pasukan kecilnya. Jasadnya dibawa oleh buroq menghilang ke angkasa.
Tabuik dimulai pada 1 Muharam. Awal mula proses Tabuik adalah dengan mengambil tanah di muara sungai, mengarak, membuat Tabuik lalu puncaknya pada 10 Muharam Tabuik di buang (terbangkan) ke laut. Ini merupakan perwujudan gambaran bagaimana buroq membawa jasad Husein bin Ali.
Proses membuang Tabuik dimulai di pusat kota. Tabuik yang terdiri dari dua bagian diarak, diangkat, kadang-kadang diputar menuju Pantai Gondariah. Sesampainya disana, kedua bagian disatukan dengan makna buroq membawa mayat Husein.
Tabuik yang telah disatukan lalu dibuang, ini memiliki makna bahwa buroq telah terbang dari medan perang serta membawanya ke langit dan menghilang. [Riky/IndonesiaKaya]