Dua orang laki-laki keluar dengan membawa wadah yang berisikan bakaran kemenyan. Kemudian disusul empat orang penari perempuan dengan pakaian berwarna hitam dengan sentuhan warna merah. Sementara musik memperdengarkan suara gaduh yang menggambarkan ketegangan. Keempat penari tersebut kemudian membentuk formasi, mereka akan menarikan suatu tari kreasi yang bernama tari belanger.
Tari belanger merupakan tari kreasi yang terinspirasi dari kebiasaan para perempuan desa di Kabupaten Ogan Kemering Ilir, Sumatera Selatan, dalam menjaga diri dari guna-guna. Masyarakat desa di Kabupaten Ogan Kemering Ilir mengakui kebiasaan perempuan dalam menjaga diri dari guna-guna sudah ada sejak zaman pra-sejarah.
Kebiasaan tersebut bahkan kerap dilakukan dengan meminta bantuan kepada dukun atau orang yang dianggap “pintar”. Menjaga diri dari guna-guna dianggap penting bagi perempuan desa, karena guna-guna dapat menyebabkan seseorang mempunyai dua kepribadian dan tindakannya selalu dipengaruhi oleh roh jahat.
Secara umum, tari belanger mengangkat ide cerita tentang seorang puteri yang diguna-guna oleh dukun. Sang puteri kemudian meminta bantuan kepada seorang yang dianggap “pintar” untuk melawan dukun jahat tersebut. Lalu, tarian menggambarkan pertarungan antara kekuatan jahat dan baik melalui dua orang dukun yang mengenakan pakaian serba hitam dan pakaian serba putih, yang kemudian dimenangkan oleh kekuatan baik.
Tari belanger diiringi oleh musik menghentak yang dihasilkan dari perpaduan alat musik tradisional berupa gendang, gong, rebab, yang dikolaborasikan dengan alat musik modern lainnya. Selain difungsikan sebagai pengiring tarian, musik dalam tari belanger juga difungsikan sebagai pembangun suasana, sehingga penonton ikut larut dalam konflik yang dihadirkan dalam pementasan tari belanger tersebut.
Meski hanya merupakan tari kreasi yang diadaptasi dari kebiasaan lama, tari belanger kental akan nuansa religius yang terkandung di dalamnya. Tarian ini mengungkapkan kebenaran universal, bahwa kekuatan jahat tentu akan selalu dikalahkan oleh kekuatan putih, yang bersumber dari pertolongan Tuhan. Karena Tuhan adalah sebaik-baiknya tempat bergantung. [AhmadIbo/IndonesiaKaya]