Bali tidak hanya dianugerahi keindahan alam yang mempesona, tapi juga kekayaan seni dan budaya yang melimpah. Kekayaan seni dan budaya tersebut direpresentasikan oleh adanya Taman Budaya Bali sebagai wadah untuk menampung kreativitas pada seniman Bali.
Pembangunan Taman Budaya Bali bermula dari ide pembangunan proyek pusat kesenian Bali yang diprakarsai oleh Prof. Dr. Ida Bagus Matra saat menjabat sebagai Direktur Jenderal Kebudayaan, Departemen Kebudayaan dan Pendidikan Nasional di tahun 1969.
Menempati lahan seluas 5 hektare, Taman Budaya Bali awalnya bernama “Werdhi Budaya” yang dapat dimaknai sebagai pusat kesenian atau art centre. Pembangunan taman budaya ini terencana dengan sangat matang dan serius. Bangunan-bangunannya tertata apik. Pembangunan Taman Budaya Bali mengadaptasi makna filosofis dari perputaran Gunung Mandara Giri, yang diimplementasikan pada nama gedung-gedung yang terdapat di kompleks ini.
Gedung utama di kompleks Taman Budaya Bali bernama Ksirarnawa. Nama tersebut berasal dari bahasa Sansekerta yang berarti lautan susu. Disematkannya nama tersebut mengandung harapan agar setiap kegiatan yang diselenggarakan dapat menjadi pemuas dahaga bagi dunia kesenian dan kebudayaan. Gedung Ksirarnawa menempati lahan seluar 5.500 m2. Bangunan dua lantai ini mampu menampung penonton hingga 525 orang.
Di seberang Gedung Ksirarnawa, terdapat bangunan lain yang tak kalah megah. Bangunan berbentuk panggung tersebut bernama Ardhacandra. “Ardhacandra” bermakna setengah lingkaran bulan – seperti bentuk bangunan ini. Ardhacandra merupakan panggung terbuka yang biasanya digunakan sebagai tempat mementaskan teater, drama gong, pertunjukan kolosal Bali, serta berbagai kegiatan seni lainnya. Menempati lahan seluas 7.200 m2, Ardhacandra mampu menampung penonton kurang lebih 7.000 orang.
Untuk pertunjukan kesenian yang skalanya lebih kecil, Taman Budaya Bali juga memiliki Kalangan Angsoka dan Ayodya. Bangunan-bangunan ini biasa digunakan oleh para mahasiswa yang ingin berkontribusi terhadap perkembangan kesenian di Bali. Kalangan Angsoka dan Ayodya biasa digunakan sebagai tempat pementasan tari, musik, dan teater. Pada bagian lain, juga terdapat ruang yang menyimpan berbagai benda seni khas Bali seperti patung, topeng, lukisan, dan set gamelan Bali.
Baca juga: Sejarah Bajra Sandhi
Sebagai pusat kesenian dan kebudayaan, Taman Budaya Bali dilengkapi fasilitas penunjang kegiatan-kegiatan seputar seni dan budaya. Proses memelihara dan melestarikan fasilitas tersebut sejalan dengan proses untuk terus menghidupkan taman budaya dengan berbagai pementasan dan diskusi budaya, agar kesenian tetap hidup dan kebudayaan Indonesia tetap terjaga.