Bicara alat musik tradisional dari Sulawesi Utara, nama instrumen salude mungkin jarang terdengar. Tapi kalau kolintang, pasti sering kita dengar. Padahal, salude terbilang sangat unik. Melihat dari bentuknya, pasti orang yang melihat mengira alat musik ini dipukul seperti kentongan. Tapi setelah dilihat dari dekat, barulah kita bisa mengira jika salude juga bisa mengeluarkan suara dengan dipetik. Di bagian tengah salude, terdapat senar atau dawai berjumlah ganda.
Alat musik salude sangat penting dalam budaya dan musik tradisional masyarakat Minahasa. Salude merupakan alat musik tradisional yang dimainkan untuk acara-acara tertentu. Kalau dulunya alat ini digunakan untuk mengiringi upacara adat dan upacara keagamaan. Namun saat ini alat musik salude mulai dimainkan untuk acara pesta, karnaval hingga acara ritual lamaran.
Salude sebagai Alat Musik
Salude adalah Musik Tradisi Tua di Masyarakat Kepulauan Sangihe. Alat ini digunakan untuk upacara-upacara ritual masyarakat dan penyembahan pada I Genggonalangi atau Sang Pencipta langit dan bumi. Menurut seorang Jumbure Kalenggihang, sebagai pemusik dan pembuat musik Lide, musik ini digunakan di beberapa upacara tradisi bersama alat musik lainnya.
Alat ini digunakan untuk upacara-upacara ritual masyarakat dan penyembahan pada I Genggonalangi atau Sang Pencipta langit dan bumi.
Fungsi utama salude dalam masyarakat Sulawesi Utara adalah sebagai alat musik pengiring. Alat musik ini biasanya dimainkan dalam berbagai acara adat, upacara keagamaan, festival, dan perayaan lainnya. Salude memiliki suara yang khas dan indah, sehingga mampu menciptakan atmosfer yang meriah dan memukau. Ketika dimainkan bersama-sama dengan alat musik lainnya seperti gong, tifa, atau kolintang, salude memberikan kekuatan ritmis dan harmonis yang memperkaya musik tradisional Sulawesi Utara.
Namun, karena memiliki ukuran yang cukup besar dan berat, biasanya, salude dimainkan sambil duduk atau dipangku dengan menggunakan tali pengikat. Jika dimainkan sambil berdiri biasanya si pemain melakukan gerakan tarian mengikuti irama yang dimainkan. Ini yang terkadang menjadi hiburan bagi para penonton. Alat musik salude yang dimainkan sambil duduk tidak selalu diiringi dengan gerakan si pemain.
Salude juga memiliki peran dalam mempertahankan identitas budaya masyarakat Minahasa. Dalam era modern ini, salude masih dijaga dan dilestarikan oleh masyarakat Minahasa sebagai bagian dari warisan budaya yang berharga
Pembuatan Salude
Alat musik salude adalah alat musik yang mirip dengan gitar tetapi memiliki senar atau dawai berjumlah ganda. Oleh karena itu, salude termasuk dalam kelompok ido-kordofon. Sebab, untuk memainkan alat musik ini si pemain harus memetik dawai sekaligus memukulnya.
Sekilas juga alat musik ini seperti gitar, tapi terbuat dari bambu yang berbentuk tabung. Pada badan salude terbuat dari satu ruas bambu dengan dua buah dawai yang dapat mengeluarkan nada. Dawai tersebut biasanya dibuat dari kulit ari bambu.
Dibuat dari satu batas bambu besar yang dilubangi di bagian salah satunya sisinya dan dilengkapi dengan dawai berbahan kulit ari bambu. Bambu besar itu berperan untuk resonator serta bermanfaat dalam mengendalikan suara atau bunyi.
Dibuat dari satu batas bambu besar yang dilubangi di bagian salah satunya sisinya dan dilengkapi dengan dawai berbahan kulit ari bambu.
Pada akhir pengerjaan, perajin tidak jarang menggunakan amplas atau alat lainnya untuk menghaluskan permukaan bambu. Selain itu, mereka juga dapat menghias salude dengan ukiran atau cat tradisional yang indah, memberikan sentuhan seni pada instrumen tersebut.
Pembuatan salude adalah proses yang rumit dan membutuhkan keahlian tangan yang terampil serta pemahaman mendalam tentang musik. Para perajin yang mengabdikan diri pada kerajinan ini mewarisi pengetahuan dan keterampilan dari generasi sebelumnya, sehingga tradisi ini terus hidup dan berkembang di Sulawesi Utara.
Salude merupakan alat musik yang harus dilestarikan. Sayangnya, keberadaan alat musik ini mulai punah disebabkan oleh tidak adanya lagi anak muda yang ingin mempelajarinya. Bahkan mungkin tidak semua orang Sulawesi bisa membuat alat musik semacam ini. Padahal dulunya alat musik salude merupakan alat musik khas sekaligus kebanggaan masyarakat Sulawesi.
Kurangnya dukungan dari pemerintah dan lembaga budaya lokal dapat menjadi faktor lain dalam penurunan popularitas alat musik ini. Jika tidak ada upaya yang cukup untuk mempromosikan dan melestarikan alat musik pukul dan petik salude, maka masyarakat akan kehilangan minat dan pengetahuan tentang alat musik tersebut.
Globalisasi membawa perubahan budaya dan popularitas alat musik dari berbagai belahan dunia. Alat musik tradisional seringkali kalah bersaing dengan alat musik modern dan populer yang dipopulerkan melalui media massa dan industri musik global.
Globalisasi membawa perubahan budaya dan popularitas alat musik dari berbagai belahan dunia.
Untuk menjaga dan melestarikan alat musik tradisional seperti alat musik pukul dan petik salude, diperlukan upaya kolaboratif dari masyarakat, pemerintah, dan lembaga budaya. Ini bisa meliputi kampanye pendidikan, pelatihan, promosi, dan pengorganisasian acara budaya untuk meningkatkan kesadaran dan minat terhadap alat musik tradisional ini.