Perwujudan Prabu Kertanegara pada Arca Jogo Dolog - Indonesia Kaya

Cari dengan kata kunci

arca_jogo_dolog_1290.jpg

Perwujudan Prabu Kertanegara pada Arca Jogo Dolog

Bicara tentang Jawa Timur tentunya tidak bisa dilepaskan dari latar belakang sejarahnya yang panjang, termasuk pada masa kedinastian. Jawa Timur dikenal sebagai wilayah dengan banyak persinggungan berbagai kerajaan di nusantara. Hal tersebut dibuktikan dengan banyaknya penemuan peninggalan dari masa kedinastian

Pariwisata

Bicara tentang Jawa Timur tentunya tidak bisa dilepaskan dari latar belakang sejarahnya yang panjang, termasuk pada masa kedinastian. Jawa Timur dikenal sebagai wilayah dengan banyak persinggungan berbagai kerajaan di nusantara. Hal tersebut dibuktikan dengan banyaknya penemuan peninggalan dari masa kedinastian, salah satunya adalah Arca Jogo Dolog.

Arca Jogo Dolog berlokasi di Jalan Taman Apsari, Genteng, Surabaya. Menempati lahan kecil di antara dua pohon beringin tua, di tengah permukiman penduduk, Arca Jogo Dolog berdiri menjadi simbol bagi perwujudan Prabu Kertanegara, Raja Singasari. Bagi sebagian orang, Arca Jogo Dolog dikenal dengan nama Arca Buddha Mahasobya.

Sugianto, penjaga Situs mengungkapkan, secara etimologi Arca Jogo Dolog berasal dari bahasa Jawa, yaitu Jogo yang berarti jaga dan Dolog yang artinya kayu. Kaitan antara kayu dengan arca Buddha Mahasobya adalah arca tersebut ditemukan di atas sebidang tanah di Trowulan yang ditumbuhi kayu jati. Arca tersebut kemudian dipindahkan pada 1827 oleh Residen de Salls dari pemerintahan Belanda ke Surabaya dan menempatkannya di Taman Apsari dengan nama Arca Joko Dolog.

Namun ada versi lain yang mengatakan, arca yang dibuat pada 1121 Saka atau 1289 Masehi ini awalnya tidak berada di Kandang Gajah, Trowulan, melainkan berasal dari Candi Jawi di Malang. Pemindahan tersebut konon dilakukan oleh seorang Raja Majapahit.

Terlepas dari berbagai versi tersebut, Arca Jogo Dolog sesungguhnya menyimpan sekelumit cerita sejarah yang berkaitan dengan kebesaran dan kejayaan nusantara di masa kedinastian. Hal tersebut tergambar dari tulisan berbentuk syair yang terdapat di badan arca.

Syair berbahasa Sansekerta yang memakai huruf Jawa Kuno dan terdiri dari 19 bait ini, menceritakan tentang persoalan pembagian kerajaan Jawa menjadi Jenggala dan Panjalu. Pembelahan kerajaan yang dilakukan oleh pendeta tinggi dari kerajaan Kediri bernama Mpu Bharadah ini merupakan akibat dari adanya perebutan kekuasaan diantara putera mahkota.

Menurut catatan sejarah, Arca Jogo Dolog dibuat untuk menghormati Raja Singasari yang bijaksana dan memiliki pengetahuan sangat baik di bidang hukum selain juga pandai dalam dharma dan sastra. Cita-citanya adalah ingin mempersatukan kerajaan-kerajaan di nusantara melalui ekspedisi Pamalayu, untuk membendung pengaruh Kerajaan Mongol di kawasan Asia Tenggara. Bentuk penghormatan tersebut diwujudkan melalui arca yang dibuat dengan raut muka teduh, dan tangan yang membentuk sikap Bhumisparsamudra atau telapak tangan kiri tertutup seolah ingin menyentuh bumi.

Selain terdapat bangunan utama berupa arca perwujudan Prabu Kertanegara, Situs Arca Jogo Dolog  juga mempunyai koleksi lain berupa arca Ganesha, Brahma, Wisnu, arca dayang-dayang, dan arca Singa. Sugianto menambahkan, tiap bulan selalu ada pengunjung dari sekolah-sekolah yang ingin belajar sejarah kerajaan Jawa di situs Arca Jogo Dolog. Beberapa umat Buddha bahkan masih ada yang beribadah di situs tersebut, karena Raja Singasari merupakan wujud dari Buddha Mahasobya.

Baca juga: Museum Gedong Arca, Menguak Jejak Kehidupan Purbakala di Bali

[AhmadIbo/IndonesiaKaya]

Informasi Selengkapnya
  • Elsa Dwi Lestari

  • Indonesia Kaya