Mengenang Perjuangan Rakyat Sumatra Selatan lewat Monpera - Indonesia Kaya

Cari dengan kata kunci

Monpera_1200.jpg

Mengenang Perjuangan Rakyat Sumatra Selatan lewat Monpera

Berbekal senjata sederhana, rakyat Palembang mempertahankan tanah Palembang dan dikenang dalam Monumen Perjuangan Rakyat.

Pariwisata

Monumen Perjuangan Rakyat, atau yang lebih dikenal sebagai Monpera, adalah sebuah monumen yang terletak di Kota Palembang, Sumatra Selatan, Indonesia. Monumen ini didirikan untuk memperingati perjuangan rakyat Palembang dalam merebut kemerdekaan dari penjajahan Belanda. Monumen ini memiliki arsitektur yang indah dengan menara setinggi 43 meter yang melambangkan kemenangan.

Monpera tidak hanya menjadi tempat wisata sejarah, tetapi juga sebagai tempat peringatan dan kenangan bagi generasi masa kini. Monumen ini mengingatkan kita akan perjuangan berdarah yang dilakukan oleh para pahlawan kita demi kemerdekaan dan menginspirasi masyarakat untuk menjaga dan menghormati warisan perjuangan yang telah diberikan kepada kita.

Monpera sebagai Simbol Pengingat Pertempuran Lima Hari Lima Malam

Proklamasi kemerdekaan ternyata tidak membuat penjajah menyerah mengambil alih kembali Indonesia. Ada beberapa perjuangan bangsa Indonesia yang menandakan besarnya perjuangan yang harus ditempuh. Salah satu perjuangan itu adalah pertempuran Palembang atau dikenal juga dengan pertempuran 5 hari 5 malam di Palembang.

Upaya Belanda untuk menguasai kembali Indonesia ditempuh dengan tiga cara yaitu aksi militer, melakukan pembentukan negara boneka, dan menjaga agar Indonesia tetap berada di bawah kekuasaan mereka.

Palembang merupakan salah satu wilayah strategis Indonesia yang menjadi tujuan Belanda untuk kembali mereka kuasai. Alasannya karena kekayaan alamnya serta potensi Palembang sebagai pusat pemerintahan, kekuatan militer, dan kegiatan politik, maupun ekonomi di Sumatra Selatan. Pertempuran ini terjadi pada 1 hingga 5 Januari 1947. Pertempuran Palembang ini merupakan perlawanan Tentara Indonesia (TRI) terhadap serangan pasukan tentara Belanda (NICA).

Palembang merupakan salah satu wilayah strategis Indonesia yang menjadi tujuan Belanda untuk kembali mereka kuasai.

Pertempuran terjadi ketika Belanda menginginkan agar kota Palembang dapat dikosongkan segera. Namun, permintaan tersebut ditolak oleh seluruh rakyat Palembang sehingga berakhir dengan baku tembak pada 1 Januari 1947 di Palembang Ilir dan menyerang markas Barisan Pemberontak Republik Indonesia (BPRI) di Jalan Tengkuruk.

Pertarungan sengit terjadi sepanjang sungai Musi dan memakan banyak korban jiwa. Pada hari kelima, kedua belah pihak mengalami kesulitan logistik dan amunisi sehingga pertempuran diakhiri dengan gencatan senjata. Kedua belah pihak mengadakan pertemuan antar pimpinan sipil dan militer.

Indonesia mengirim Adnan Kapau Gani sebagai utusan dari pemerintah pusat untuk perundingan dengan pihak Belanda. Hasil perundingan menyepakati dari pihak Indonesia pasukan TRI dan pejuang lainnya akan mundur sejauh 20 km dari pusat kota dan hanya menyisakan ALRI, polisi, dan pemerintahan sipil agar tetap berada di kota Palembang.

Sementara itu, pihak Belanda mendirikan batas pos-pos mereka sejauh 14 km dari pusat kota. Gencatan senjata tersebut mulai 6 Januari 1947.

Beberapa tokoh penting yang memimpin jalannya pertempuran dari pihak tentara dan pejuang Indonesia, antara lain Kolonel Maludin Simbolon, Letnan Kolonel Bambang Utoyo, Mayor Rasyad Nawawi, dan Kapten Alamsyah.

Monpera Berdiri

Sesepuh pejuang kemerdekaan RI wilayah Sumatra Selatan yang tergabung dalam Legiun Veteran Republik Indonesia (LVRI) menginisiasi ide pendirian monumen untuk memperingati pertempuran lima hari lima malam ini.

Tepat pada tanggal 17 Agustus 1975, diadakan upacara peletakan batu pertama pendirian monumen. Pembangunan museum Monpera sendiri dimulai sejak tahun 1980 sampai dengan tahun 1988 secara bertahap dengan menggunakan APBD Pemerintahan Tingkat I Sumatra Selatan. Hingga akhirnya, pada tanggal 23 Februari 1988, Meseum Monpera diresmikan oleh Menko Kesra H. Alamsyah Ratu Prawiranegara.

Tidak hanya makanan khas palembang bernama model palembang, Di dalam kompleks Monpera terdapat Museum Pahlawan yang menyajikan koleksi bersejarah tentang perjuangan rakyat Palembang. Tentu saja, koleksi bersejarah ini berkaitan dengan peristiwa perjuangan masyarakat Palembang menghadapi Agresi Militer Belanda II.

Di dalam kompleks Monpera terdapat Museum Pahlawan yang menyajikan koleksi bersejarah tentang perjuangan rakyat Palembang.

Ada 368 koleksi di Museum Monpera yang terdiri dari 178 buah foto dokumentasi, pakaian dinas pahlawan dan senjata yang digunakan seperti pistol, juki kanju, fiat, teki, danto, meriam sunan meriam kecepek, sten MK IV, double lop, pedang sabil, ranjau darat. Selain itu, terdapat juga 568 koleksi buku baik buku perjuangan atau buku umum.

Tak hanya itu, Museum Monpera menyimpan patung setengah badan para pahlawan seperti Dr. A. K. Gani, Drg. M. Isa, H. Abdul Rozak, Bambang Utoyo, Hasan Kasim, Harun Sohar dan H. Barlian. Kemudian ada juga mata uang yang dikoleksi di Museum Monpera yakni mata uang VOC, Hindia-Belanda dan Jepang (ORI).

Arsitektur Monpera dan Sekitarnya

Luas tanah museum adalah 23.565 m², dengan luas bangunan 3.926,4 m². Di bagian luar dinding monumen, terdapat patung garuda berukuran besar dan di bawahnya terdapat tulisan fungsi dan makna dari arsitektur.

Isinya adalah; “Monumen Perjuangan Rakyat Sumatera Bagian Selatan. Fungsi menggali kembali kesadaran sejarah perjuangan dalam menegakan kemerdekaan nasional. Sifat mengingatkan semua aktivitas perjuangan hikmah agar menjadi suri teladan bagi generasi penerus cita-cita bangsa. Maksud mengenang jasa-jasa para pahlawan bangsa sebagai titik nol generasi muda dalam mengisi kemerdekaan dan pembangunan”.

Beberapa ikon dan arsitektur sengaja dibangun untuk menunjukan filosofis yang ingin disampaikan. Dimulai dari monumen yang berbentuk melati kelopak lima. Melati melambangkan kesucian dan ketulusan pahlawan perjuangan. Sedangkan, lima sisi berfilosofi lima daerah keresidenan yang tergabung dalam Sub Komandemen Sumatera Selatan (SubKOSS) yaitu Keresidenan Palembang, Lampung, Jambi, Bengkulu, dan Kepulauan Bangka-Belitung.

Tinggi monumen setinggi 17 meter, melambangkan tanggal kemerdekaan. Jalur tampak terdapat delapan lantai, menandakan bulan Agustus. Bidang berjumlah 45, menunjukkan tahun kemerdekaan 1945. Akses atau jalur ke museum monumen juga dirancang berjumlah sembilan yang bermakna “Batang Hari Sembilan” yang berarti kebersamaan masyarakat Palembang.

Terdapat enam cagak pada gerbang utama yang bermakna enam wilayah perjuangan kemerdekaan di Sumatra Selatan. Gading Gajah setelah gerbang utama, merefleksikan bahwa perjuangan mempertahankan kemerdekaan pejuang Sumatra Selatan meninggalkan gading/bekas. Juga terdapat dua relief yang menggambarkan kehidupan Sumatra Selatan sebelum merdeka dan saat pertempuran berlangsung.

Terdapat enam cagak pada gerbang utama yang bermakna enam wilayah perjuangan kemerdekaan di Sumatra Selatan.

Sarana yang disediakan oleh museum juga cukup lengkap. Beberapa di antaranya termasuk ruang pamer tetap, auditorium, perpustakaan, ruang laboratorium/konservasi, ruang penyimpanan koleksi, ruang bengkel, ruang administrasi, dan ruang audio visual.

Berkunjung ke Monpera

Museum Monumen Perjuangan Rakyat atau Monpera terletak di pusat Kota Palembang, Sumatra Selatan. Monumen sekaligus museum ini berada di Jalan Merdeka No. 1, Kelurahan 19 Ilir, Kecamatan Ilir Barat I. Pengelolaan museum ini berada di bawah Dinas Pariwisata dan Kebudayaan Kota Palembang.

Jadwal operasional Monpera:

Senin-Jumat 09.00-15.45 WIB

Sabtu-Minggu dari 09.00 WIB sampai 14.45 WIB

Untuk masuk ke Monpera, para pengunjung dikenakan biaya sebesar 1.000 sampai dengan 20.000 rupiah.

Informasi Selengkapnya
  • Indonesia Kaya

  • Indonesia Kaya

  • Gatra, Medcom, Detik Sumsel, Stekom