Masjid Wapauwe: Jejak Islam di Tanah Kaitetu, Maluku - Indonesia Kaya

Cari dengan kata kunci

Mesjid_Wapauwe_1290.jpg

Masjid Wapauwe: Jejak Islam di Tanah Kaitetu, Maluku

Sebagai masjid tertua di Indonesia Timur, bangunan bersejarah ini menyimpan banyak misteri dan menjadi saksi perkembangan Islam di Maluku.

Pariwisata
Tagar:

Alkisah di suatu tanah bernama Tehala, berdirilah sebuah masjid yang disebut Wapauwe. Pada suatu masa, masyarakat Tehala berpindah pemukiman ke wilayah yang lebih rendah di Negeri Kaitetu dan meninggalkan Masjid Wapauwe di tempat awalnya berdiri. Namun, pada suatu pagi, masyarakat sontak terkejut ketika Masjid Wapauwe telah ikut berpindah ke Kaitetu. Masjid tersebut kini berada di tengah-tengah pemukiman masyarakat Tanah Teon Samaiha lengkap dengan segala kelengkapannya. Hingga kini, masyarakat Kaitetu belum tahu kejadian yang sebenarnya dan masih menganggap Masjid Wapauwe telah berpindah secara gaib.

Kisah bernuansa mistis di atas adalah sebuah kepercayaan adat masyarakat yang tinggal di Negeri Kaitetu, Pulau Ambon, Maluku. Konon, Masjid Wapauwe adalah masjid tertua yang ada di Maluku, bahkan tertua di seluruh wilayah Indonesia Timur. Masjid ini dibangun pada tahun 1414 dan hingga kini umurnya sudah mencapai 7 abad. Masjid Wapauwe adalah sebuah warisan sejarah Indonesia yang menjadi bukti masuknya Islam ke tanah Maluku untuk pertama kalinya. Menurut sejarah yang tertulis, Islam pertama kali masuk ke Indonesia Timur dengan melalui pintu gerbang Maluku. Para pedagang Arab dari Gujarat, India masuk dan banyak melakukan pergangan rempah serta menyebarkan agama Islam.

Keberadaan masjid ini sendiri sebenarnya merupakan dampak dari datangnya para pedagang Arab tersebut. Pada awalnya, masjid ini dibangun oleh pemerintahan Kesultanan Jailolo yang kini berada di wilayah Maluku utara. Kesultanan ini merupakan salah satu kerajaan Islam besar yang terbentuk karena ajaran Islam dari para mubaligh Arab. Pada awalnya, masjid ini bernama Wawane karena berada di lereng gunung Wawane. Namun, pada akhirnya berpindah ke daerah Kaitetu yang banyak ditumbuhi pohon mangga berabu. Wapa dalam bahasa setempat berarti Mangga berabu, itulah sebabnya hingga kini Masjid ini disebut Wapauwe yang berarti masjid yang didirikan di bawah pohon mangga berabu.

Untuk mencapai wilayah Kaitetu, dari pusat Kota Ambon kita dapat menggunakan kendaraan bermotor menuju Negeri Kaitetu yang berada di wilayah utara Pulau Ambon. Perjalanan akan memakan waktu sekitar 1,5 hingga 2 jam perjalanan dan kita akan melewati jalan memotong wilayah pegunungan dan berakhir di pesisir pantai utara Ambon. Jarak yang ditempuh sebenarnya hanya sekitar 35 kilometer dari kota Ambon, namun perjalanan menjadi lebih lama karena kontur jalan yang tidak rata dan berkelok-kelok. Tetapi tidak perlu kuatir bosan karena selama perjalanan kita akan melihat pemandangan pegunungan dan pesisir utara pulau Ambon yang indah.

Masjid Wapauwe adalah masjid yang memiliki arsitektur indah bergaya mirip bangunan Jawa yang bernama Joglo. Masjid ini tidak memiliki kubah dan sekilas bentuknya mirip Masjid Agung Kota Demak yang juga merupakan peninggalan sejarah. Banyak hal unik yang akan kita dapat dari bangunan masjid ini. Salah satunya adalah konstruksi masjid yang dibuat dari kayu tanpa menggunakan paku satu pun. Para pembangun masjid ini membuat sambungan antar konstruksinya dengan menggunakan pasak yang memungkinkan masjid dapat dilepas pasang secara mudah (knock down). Selain itu, masjid ini berdinding pelepah sagu yang disebut gaba-gaba dengan setengah bagian tembok bercampur kapur. Walaupun masjid ini sudah berkali-kali mendapat renovasi, namun bentuk aslinya tidak dirubah sama sekali dan masih serupa dengan bentuk ketika pertama kali dibangun.

Di bagian dalam masjid, terdapat 4 pilar yang merupakan pilar asli sejak masjid dibangun. Sebuah bedug yang berumur sama dengan masjid juga masih terawat dengan baik dan tentu saja masih digunakan sesuai fungsi seharusnya. Selain itu, sebuah peninggalan sejarah berupa Mushaf Alquran buatan Mushaf Nur Cahya terawatt baik hingga kini. Naskah Mushaf Al-Qur’an ini konon adalah yang salah satu yang tertua di Indonesia. Naskah ini dibuat dengan tulisan tangan di atas kertas berkualitas tinggi pada tahun 1500-an. Benda-benda ini hingga kini dianggap sebagai pusaka Masjid Wapauwe dan dirawat dengan baik oleh keturunan penjaga masjid yang bermarga Hatuwe.

Masjid Wapauwe adalah warisan kekayaan budaya sekaligus religi masyarakat Maluku. Sejarah yang dimiliki bangunan ini sangat menarik untuk ditelaah dan dipelajari. Selain itu, konstruksi masjid yang begitu unik beserta berbagai benda bersejarah lain di dalam masjid menjadikan tenpat ini sebagai situs bersejarah yang tak ternilai harganya dan dimiliki tidak hanya oleh warga muslim di Maluku, tetapi juga seluruh rakyat Indonesia.

Tagar:
Informasi Selengkapnya
  • Elsa Dwi Lestari

  • Indonesia Kaya