Cari dengan kata kunci

Tari_Batingna_lebonna_1200.jpg

Menggenapkan Janji Cinta Lewat Tari Batingna Lebonna

Lahirnya tari kreasi batingna lebonna terinspirasi dari sebuah cerita rakyat asal Tana Toraja tentang dua sejoli yang saling cinta, yaitu Paerengan dan Lebonna. Lebonna merupakan gadis tercantik di desa.

Kesenian

Lahirnya tari kreasi batingna lebonna terinspirasi dari sebuah cerita rakyat asal Tana Toraja tentang dua sejoli yang saling cinta, yaitu Paerengan dan Lebonna. Lebonna merupakan gadis tercantik di desa. Karena kecantikannya, banyak pemuda desa yang terpikat, termasuk Dodeng sahabat Paerengan. Sementara, Paerengan merupakan seorang ksatria yang pandai berperang. Singkat cerita, Paerengan dan Lebonna menjalin asmara dan berjanji akan sehidup semati.

Pada suatu ketika, Paerengan harus pergi berperang membela tanah air bersama pemuda lainnya, termasuk Dodeng. Di tengah peperangan, Dodeng kembali ke desa dan memberitakan kabar bohong kepada Lebonna bahwa Paerengan telah mati di medan perang. Mendengar berita tersebut, Ledonna terjebak dalam kesedihan yang mendalam dan memilih untuk mengakhiri hidupnya.

Setelah beberapa hari berlalu, diadakan upacara Rambu Solo untuk jenazah Lebonna. Pada saat itulah, para pemuda desa kembali dari medan peperangan membawa kemenangan. Tetapi, kegembiraan bagi Paerengan berubah menjadi duka cita ketika mendengar kabar kekasihnya telah dilarung dalam Rambu Solo.

Suatu hari, arwah Lebonna menampakkan diri di hadapan Paerengan dan menceritakan yang terjadi, sekaligus mengingatkan akan janji suci atas nama cinta. Setelah kejadian itu, Paerengan pergi ke bukit dan mengakhiri hidupnya dengan melompat ke dalam tumpukan bambu yang tajam. Hal tersebut dilakukannya dengan maksud agar cintanya dipersatukan kembali. Jenazah Paerengan dan Lebonna pun akhirnya bersatu dalam sebuah kubur batu.

Tari batingna lebonna dipentaskan oleh pria dan wanita. Jumlah penari yang membawakannya berkisar antara 5-8 orang, tergantung pada besar kecilnya panggung. Gerakan tari kreasi ini bertumpu pada gerakan tangan, perpindahan baris pria dan wanita kerap terjadi. Pada bagian tertentu, kedua baris tersebut menyatu dan membentuk formasi tangan seribu sebagai perlambang pengharapan cinta.

Di tengah-tengah pementasan, muncul sesosok perempuan besar dengan menggunakan pakaian serba putih. Sosok tersebut melambangkan Lebonna yang muncul kembali mengingatkan janji cinta kepada Paerengan. Sementara, pada bagian yang lain, pria dan wanita penari bersatu membuat formasi dengan kain merah sambil membawa seorang pria di atasnya. Dalam tradisi Toraja, kain merah panjang melambangkan upacara adat Rambu Solo, yaitu upacara kematian. Gerakan ini merepresentasikan sikap Paerengan demi menebus cintanya.

Dari segi pakaian, penari batingna lebonna umumnya mengenakan pakaian adat Toraja. Pada wanita mengenakan baju pokko, yaitu berupa baju lengan pendek berwarna hitam yang dihiasi pernak-pernik pada bagian dada dan pinggang. Selain itu, wanita penari juga dilengkapi berbagai aksesori, seperti mahkota, gelang, dan anting. Sementara, pria penari menggunakan pakaian yang disebut seppa tullang buku, yaitu baju lengan panjang berwarna emas dengan bawahan hitam dan dilengkapi penutup kepala khas Toraja.

Dari segi musik, tari batingna lebonna diiringi musik menghentak dan bersemangat. Musik tersebut disesuaikan dengan gerak tari yang dinamis dan energik. Lebih dari sekadar tari kreasi, tari batingna lebonna juga dibuat atas unsur-unsur teatrikal, sehingga tampak dramatis tanpa meninggalkan pesan yang hendak disampaikan. [AhmadIbo/IndonesiaKaya]

Informasi Selengkapnya
  • NULL

  • Indonesia Kaya

This will close in 10 seconds