Suara peziarah terdengar ramai di sebuah kompleks pemakaman yang terletak 6 km dari pusat Kota Cirebon ini. Lantunan doa-doa dan ayat suci Al Quran terdengar serempak mengikuti arahan dari seorang pemandu. Semua dilakukan demi seorang ulama besar yang berjasa menyiarkan agama Islam di tanah Jawa. Inilah kompleks Makam Sunan Gunung Jati beserta para kerabatnya.
Nama Sunan Gunung Jati atau Syarif Hidayatullah begitu melekat bagi warga muslim di tanah Jawa. Beliau adalah salah satu wali dari sembilan walisanga yang menyebarkan islam di Tanah Jawa termasuk salah satunya di Cirebon.
Lahir pada tahun 1450 Masehi namun ada juga yang mengatakan 1448 Masehi, Sunan Gunung Jati wafat pada tahun 1558 saat umurnya telah genap 120 tahun.
Menempati lahan seluas 4 hektar di Desa Astana, Kecamatan Gunung Jati, Kompleks Pemakaman Sunan Gunung Jati berada di Gunung Sembung atau sekitar Perlintasan Jalan Cirebon-Indramayu.
Kompleks Pemakaman Sunan Gunung Jati memiliki campuran budaya yang menghiasi di setiap sisi bangunan. Ini terlihat dari gapura sebagai pintu utama yang menjadi ciri khas Majapahit, tulisan dan ukiran kaligrafi khas islam, serta ornamen keramik cina yang menghiasi dinding-dinding kompleks pemakaman.
Selain dihiasi dengan budaya yang berbeda-beda, pemakaman ini terdiri 9 tingkat dan memiliki 9 pintu dengan nama yang berbeda-beda. Pintu Gapura, pintu Krapyak, Pintu Pasujudan, Pintu Ratnakomala, Pintu Jinem, Pintu Rararoga, Pintu Kaca, Pintu Bacem dan Pintu Teratai.
Sedangkan Makam Sunan Gunung Jati berada pada tingkatan teratas. Makam ini hanya bisa dimasuki oleh kerabat Sunan atau kerabat Keraton Kasepuhan dan Keraton Kanoman serta penjaga makam. Hal ini dimaksudkan untuk menjaga benda-benda kuno semacam keramik agar tetap terjaga dan tidak rusak oleh para pengunjung.
Bagi pengunjung atau peziarah yang ingin melakukan ziarah dapat melakukannya di pintu III. Pintu dengan nama Pasujudan atau Selamat Tangkep ini selalu ramai tiap harinya, baik siang maupun malam.
Pintu yang terletak bersebelahan dengan serambi ini juga menjadi tempat diadakannya tahlilan rutin. Dimana setiap hari Minggu, Rabu, dan Kamis jam 20.00 pihak pengelola mengadakan pengajian yang ditujukan bagi Sunan Gunung Jati dan kerabat keraton.
Kompleks Pemakaman tidak hanya dihuni oleh Sunan Gunung Jati seorang. Di sini juga terdapat makam lain seperti Ratu Rarasantang ibu dari sunan, Pangeran Cakrabuana (paman sunan), Putri Ong Tien Nio (istri Sunan) dan Fatahillah. Fatahillah adalah seorang pejuang yang berhasil merebut Jayakarta dari tangan Portugis.