Cari dengan kata kunci

masjid-cheng-hoo-1290.jpg

Masjid Cheng Hoo, Bangunan Masjid dengan Nuansa Tionghoa

Dimana ada laut di situ ada Cheng Hoo, begitu kata Hasan Basri yang terlahir dengan nama Lin Puk San saat menggambarkan sosok pelaut tangguh dari negeri Tiongkok yang dikenal dengan nama Laksamana Cheng Hoo. Bahkan, persinggungan Cheng Hoo dengan Indonesia sebagai negara maritim terbesar di dunia tidaklah sedikit, tercacat dalam sejarah, dirinya pernah singgah di beberapa wilayah di Indonesia, seperti Semarang, Palembang, dan beberapa daerah di Jawa Timur.

Pariwisata

Dimana ada laut di situ ada Cheng Hoo, begitu kata Hasan Basri yang terlahir dengan nama Lin Puk San saat menggambarkan sosok pelaut  tangguh dari negeri Tiongkok yang dikenal dengan nama Laksamana Cheng Hoo. Bahkan, persinggungan Cheng Hoo dengan Indonesia sebagai negara maritim terbesar di dunia tidaklah sedikit, tercacat dalam sejarah, dirinya pernah singgah di beberapa wilayah di Indonesia, seperti Semarang, Palembang, dan beberapa daerah di Jawa Timur.

Sebagai bentuk penghormatan pada Cheng Hoo yang singgah di tempat-tempat tersebut, maka di setiap tempat yang ia singgahi dibangun petilasan berupa masjid, termasuk salah satunya di Surabaya, Jawa Timur. Lokasi masjid berada di belakang Makam Pahlawan Kusuma Bangsa, tepatnya di Jalan Gading No 2. Meski tidak bersinggungan langsung dengan jejak Cheng Hoo, masjid tersebut dibangun berlandaskan semangat dan nilai-nilai luhur yang dibawa Laksamana Cheng Hoo dalam berlayar.

Pembangunan Masjid Cheng Hoo tidak lepas dari dukungan PITI, sebagai organisasi yang mewadahi Islam Tionghoa di Indonesia, selain juga tentunya warga sekitar yang telah menerima berdirinya masjid tersebut meski berbeda keyakinan. Lin Puk San, Ketua Harian Masjid Cheng Hoo Surabaya mengungkapkan, tujuan berdirinya masjid ini selain sebagai tempat pendidikan, juga sebagai media memperkenalkan Cheng Hoo pada khalayak luas.

Masjid Cheng Hoo Surabaya mempunyai ukuran 11×11, yang diambil dari ukuran ka’bah ketika pertama kali dibangun oleh Nabi Ibrahim. Dengan ukuran tersebut, diharapkan setiap orang yang beribadah di masjid ini bisa meningkatkan level kekhusukan shalat, seperti halnya sholat Nabi Ibrahim.

Selain itu, ornamen atap Masjid Cheng Hoo dibentuk persegi delapan yang menyerupai sarang laba-laba. Bagi masyarakat Tionghoa. Angka 8 merupakan angka keberuntungan, sedangkan sarang laba-laba adalah sesuatu yang menyelamatkan Nabi Muhammad di Bukit Tsur ketika diburu kaum Quraish. Meski demikian, atap masjid yang berbentuk segi delapan ini makin memperkental sentuhan kebudayaan Tiongkok di Masjid Cheng Hoo.  
 
Warna merah yang mendominasi warna masjid dalam budaya Tionghoa menyimbolkan kebahagiaan, sementara warna kuning di beberapa bagiannya menyimbolkan suatu kedamaian. Anak tangga masuk masjid di bagian kiri dan kanan berjumlah 5 dan 6. Jumlah 5 dalam anak tangga menggambarkan rukun Islam yang harus dijalani sebagai muslim, dan jumlah 6 anak tangga menggambarkan rukun iman.

Sementara, pintu masjid yang dibangun tanpa menggunakan daun pintu. Ini melambangkan, Masjid Cheng Hoo terbuka bagi siapa saja, dalam arti kata, ketika ingin masuk ke dalam masjid, seseorang harus meninggalkan hal-hal yang bersifat golongan dan sektarian. Selain itu, ketika masuk masjid harus terfokus pada tujuan utama, yaitu beribadah kepada Tuhan.

Mulai dibangun sejak 2001, peletakkan batu pertama dilakukan pada 15 Oktober 2002, masjid bernama lengkap Masjid Muhammad Cheng Hoo ini diresmikan berdiri pada 28 Mei 2003 oleh Said Agil Al Munawar, yang kala itu menjabat Menteri Agama RI. Lin Puk San mengharapkan, Masjid Cheng Hoo Surabaya mampu menjadi wadah pendidikan dan pembinaan bagi umat, selain juga sebagai upaya untuk merangkul semua golongan, mengingat tujuan seseorang masuk ke masjid hanya satu, beribadah kepada Tuhan. [AhmadIbo/IndonesiaKaya]

Informasi Selengkapnya
  • Elsa Dwi Lestari

  • Indonesia Kaya

This will close in 10 seconds