Gunung Inerie: Si Piramida Vulkanik dari Flores Timur - Indonesia Kaya

Cari dengan kata kunci

Gunung_Inerie_1290.jpg

Gunung Inerie: Si Piramida Vulkanik dari Flores Timur

Terletak di Flores, Nusa Tenggara Timur, gunung ini menarik perhatian pendaki berkat bentuk piramidanya yang ikonik dan statusnya sebagai gunung berapi aktif.

Pariwisata

Jika di Garut, Jawa Barat, terdapat Gunung Sadahurip yang dikenal karena bentuknya menyerupai piramida, maka di Pulau Flores, Nusa Tenggara Timur, ada Gunung Inerie yang tak kalah menarik. Gunung ini terletak di Kabupaten Ngada, sekitar lima belas kilometer ke arah selatan dari Bajawa, pusat kota kabupaten tersebut. Dengan puncaknya yang runcing dan simetris, Gunung Inerie menghadirkan siluet megah yang mengingatkan pada bangunan piramida kuno di Mesir.

Keindahan gunung berapi yang masih aktif ini dapat dinikmati dari berbagai sudut pandang. Aimere dan Penginapan Manulalu menjadi dua lokasi favorit untuk menyaksikan bentuk Gunung Inerie secara utuh. Dari tempat-tempat inilah siluet piramida gunung yang terakhir meletus pada tahun 1970 tampak paling jelas, terutama saat langit cerah dan sinar matahari menyinari lereng-lerengnya.

Meskipun gunung ini menjulang hingga 2.245 meter di atas permukaan laut, waktu tempuh menuju puncaknya relatif singkat—sekitar tiga hingga lima jam.

Bagi yang ingin merasakan pengalaman lebih dekat, mendaki Gunung Inerie bisa menjadi pilihan yang tak terlupakan. Meskipun gunung ini menjulang hingga 2.245 meter di atas permukaan laut, waktu tempuh menuju puncaknya relatif singkat—sekitar tiga hingga lima jam. Hal ini karena jalur pendakian dimulai dari Desa Watumeze yang sudah berada di dataran tinggi. Pendakian biasanya dilakukan sejak dini hari agar tiba di puncak tepat saat matahari terbit, menghadirkan pemandangan menakjubkan yang sebanding dengan usaha mendakinya. Gunung Inerie paling ramai dikunjungi pada musim kemarau, antara bulan Juni hingga Agustus, saat cuaca lebih bersahabat dan jalur pendakian dalam kondisi terbaik.

Meski begitu, mendaki Gunung Inerie bukanlah hal yang mudah. Jalur pendakiannya didominasi oleh kerikil dan bebatuan cadas hingga ke puncak, membuat medan terasa licin dan sulit dipijak. Dalam beberapa bagian, pendaki bahkan harus merangkak agar bisa terus naik. Minimnya vegetasi di sepanjang jalur juga menjadi tantangan tersendiri, terutama jika pendakian dilakukan pada siang hari saat terik matahari langsung menyengat tanpa ada naungan.

Jalur pendakiannya didominasi oleh kerikil dan bebatuan cadas hingga ke puncak, membuat medan terasa licin dan sulit dipijak.

Setelah melewati medan yang cukup berat, pendaki akan tiba di punggungan pertama. Dari titik ini, kawah dalam Gunung Inerie sudah mulai tampak. Namun, perjalanan belum selesai. Medan berbatu dan kemiringan yang semakin curam masih harus dilalui untuk mencapai puncak tertinggi. Sekitar 30 menit mendaki dari punggungan terakhir, pendaki akhirnya akan tiba di puncak yang ditandai oleh tiga tiang menyerupai salib yang tertancap di tanah. Dari titik ini, Kampung Adat Bena—yang berada tepat di kaki gunung—dapat terlihat dengan jelas dan menjadi daya tarik tersendiri di Kabupaten Ngada.

Aktivitas pendakian Gunung Inerie telah cukup dikenal di kalangan wisatawan lokal maupun mancanegara. Bagi yang membutuhkan informasi lebih lanjut atau jasa pemandu, tersedia pusat informasi wisata (tourist information center) di Kota Bajawa yang siap membantu para pengunjung.

Informasi Selengkapnya
  • Elsa Dwi Lestari

  • Indonesia Kaya