Pertunjukan Seni Tradisi Ludruk Berjudul "Ken Dedes, Cinta Yang Terlarang" - Indonesia Kaya

Cari dengan kata kunci

Pertunjukan Seni Tradisi Ludruk Berjudul “Ken Dedes, Cinta Yang Terlarang”

pertunjukan-seni-tradisi-ludruk-berjudul-ken-dedes-cinta-yang-terlarang1.jpg

Pertunjukan Seni Tradisi Ludruk Berjudul “Ken Dedes, Cinta Yang Terlarang”

Paguyuban Genaro Ngalam didukung oleh Bakti Budaya Djarum Foundation sukses mengadakan pagelaran ludruk dengan judul “Ken Dedes, Cinta Yang Terlarang” pada tanggal 28 Maret 2017, bertempat di Graha Bakti Budaya, Taman Ismail Marzuki, Jakarta.

Agenda Budaya

Paguyuban Genaro Ngalam didukung oleh Bakti Budaya Djarum Foundation sukses mengadakan pagelaran ludruk dengan judul “Ken Dedes, Cinta Yang Terlarang” pada tanggal 28 Maret 2017, bertempat di Graha Bakti Budaya, Taman Ismail Marzuki, Jakarta.

Pentas kali ini menampilkan Ludruk kekinian yang alur cerita, dialog dan gaya pementasan dibawakan secara guyon Malang-an. Pementasan ini membawa pesan moral yang relevan dengan situasi saat ini serta didukung dengan teknologi digital. Dengan konsep tersebut, pementasan ini mampu merangkul masyarakat lebih luas, termasuk para generasi muda.

Di masa penjajahan, berbagai kegiatan seni dijadikan sarana perjuangan oleh rakyat Indonesia, termasuk salah satunya adalah Ludruk. Kata LUDRUK sendiri sebenarnya berasal dari Bahasa Belanda, yaitu: LEUK yang berarti bagus atau indah dan DRUK yang berarti sibuk, ramai atau padat. Pementasan LUDRUK bisanya merupakan cerita rayat sehari-hari yang diselingi dengan lawakan bahkan kritik sosial.

Di masa penjajahan, pementasan Ludruk di berbagai daerah dan pelosok dikemas dengan guyonan dan kalimat-kalimat terselubung sebagai sarana untuk menyampaikan pesan dari para pejuang kepada rakyat, atau dari satu kelompok pejuang gerilya kepada kelompok pejuang lainnya. Terkadang para pejuang gerilya bergabung dalam kelompok kesenian ludruk sehingga dapat masuk ke daerah yang masih dikuasai penjajah. Pementasan Ludruk dilakukan secara berpindah-pindah tempat, di masa lalu tidak ada wanita yang menjadi pemeran ludruk, sehingga karakter wanita-pun diperankan oleh laki-laki.

Semoga kegiatan ini mampu memberikan inspirasi kepada masyarakat terutama generasi muda untuk terus berkarya serta meningkatkan rasa cinta dan kebanggaan sebagai bangsa Indonesia. Mencintai budaya adalah wujud rasa bangga dan cinta kita terhadap Indonesia, karena yang menyatukan bangsa adalah budaya. Cinta Budaya, Cinta Indonesia.

Tagar: