Penyair Nusantara Deklarasikan Perdamaian Dunia - Indonesia Kaya

Cari dengan kata kunci

Penyair Nusantara Deklarasikan Perdamaian Dunia

penyair-nusantara-deklarasikan-perdamaian-dunia.jpg

Penyair Nusantara Deklarasikan Perdamaian Dunia

Musyawarah Pertemuan Penyair Nusantara (PPN) X Banten menghasilkan keputusan, rekomendasi, dan deklarasi puisi untuk perdamaian dunia

Agenda Budaya

Musyawarah Pertemuan Penyair Nusantara (PPN) X Banten menghasilkan keputusan, rekomendasi, dan deklarasi puisi untuk perdamaian dunia. Pada malam penutupan PPN X, 16 Desember 2017, deklarasi dibacakan oleh ketua Dewan Kesenian Banten (DKB) Chavchay Syaifullah, didampingi wakil-wakil penyair Nusantara, di panggung Taman Budaya Banten.

“Perdamaian adalah hajat hidup seluruh warga dunia. Perdamaian merupakan kebutuhan hakiki umat manusia untuk dapat hidup secara rukun, harmonis, saling menghormati, dan merasakan kebahagiaan,” kata Chavchay membacakan deklarasi hasil musyawarah PPN X itu.

Dideklarasikan juga meminta para pemenang Anugerah Nobel Perdamaian dan Anugerah Nobel Sastra untuk bersikap proaktif menciptakan perdamaian dunia. "Kami menyerukan agar penyair di seluruh dunia untuk mengekspresikan pesan perdamaian sejagat melalui puisi," katanya. “Deklarasi juga mengimbau kepada masyarakat umum untuk menjaga dan berperan aktif dalam menciptakan suasana damai di lingkungan masing-masing.”

Musyawarah yang dipimpin oleh ketua DKB itu diikuti wakil Malaysia Moh Saleeh Rahamad, wakil Singapura Djamal Tukimin, wakil Thailand Mahroso Doloh, wakil Brunei Djefri Arif,  wakil Indonesia Ahmadun YH, wakil tuan rumah PPN XI Djumari HS, wakil tuan rumah PPN XII Shamsuddin Othman, dan wakil kurator Sulaiman Djaya.

PPN X diadakan di Taman Budaya Banten, 15 – 17 Desember 2017.  Kegiatan ini didukung oleh Bakti Budaya Djarum Foundation, dan Bank Indonesia. Pelaksanaannya juga didukung oleh Komunitas Sastra Indonesia (KSI), Yayasan Master Kreativa Indonesia, Yayasan Daya Muda Nusantara, Rumah Dunia, Portal Konfrontasi, Harian Kabar Banten, Pelita Banten,  Saung Seni Harum Sari, Teater Untirta Kafe Ide, dan sejumlah lembaga serta komunitas sastra yang ada di Provinsi Banten.

PPN X Banten tampak digelar secara besar-besaran, karena diwarnai seminar international tentang metode mutakhir pengajaran sastra, simposium internasional tentang puisi untuk perdamaian dunia, dan panggung baca puisi yang menghadirkan para jagoan baca puisi di tanah air. “Ini pentas puisi yang paling heboh sepanjang sejarah PPN,” kata Tarmizi Rumah Hitam yang tak pernah absen dari PPN.

Sutardji Calzoum Bachri dan Sosiawan Leak tampil memukau pada malam pembukaan. Pada malam penutupan, jago-jago baca puisi seperti Amin Kamil, Hamdy Salad, Imam Ma’arif, Tarmizi Rumah Hitam, Iyut Fitra, Isbedy Stiawan ZS, dan Shobir Pur, menggetarkan panggung baca puisi PPN. “Ini menunjukkan pencapaian penting seni baca puisi di Indonesia,” kata Sutardji, mengomentari pertarungan para penyair pada malam penutupan.

Ada sekitar 30 penyair Indonesia yang tampil baca puisi, ditambah sekitar 40 penyair Banten, dan 20 penyair manca Negara yang ikut baca puisi. Dari Indonesia, antara lain Djumari HS, Anwar Putra Bayu, Tengsoe Tjahjono, dan Matdon. Dari Banten, antara lain Toto St Radik. Dhenok Kristianti, Rini Intama, Iman Sembada, dan Gola Gong. Dari Malaysia Hani Salwah Jaakup, Jasni Matlani, dan Saifullizan Yahaya. Dari Singapura tampil Ciung Wanara, Kamariah Buang, dan Sarifah Yatiman. Dari Brunei tampil Camar Putih, Hajah Rohaidah Kinchai, dan Adi Swara. Dari Thailand tampil Mahroso Doloh, Samree Lateh, Abu Lamidin, Wan Alawi Samaeng, dan Zulfikri Ibrahim.

Banyaknya penyair yang tampil membuat pentas baca puisi terasa padat, dan pada malam penutupan pertunjukan baru berakhir sekitar pukul 02.00 dini hari. Ada beberapa penyair yang tidak kebagian tampil karena padatnya acara. Tak lupa beberapa grup kesenian setempat, seperti Sanggar Harum Sari, RBI Banten, Kebon Sora, Debus Tunas Muda, dan Sanggar Ratu Ansera, ikut meramaikan panggung.

Simposium puisi untuk perdamaian dunia menampilkan Nuruddin Asyhadie (Indonesia), Mahroso Doloh (Thailand), Shamsuddin Othman (Malaysia), Ahmadun Yosi Herfanda (Indonesia), Syarifah Yatiman (Singapura), dan Shaikh Mansor (Brunei), sebagai pembicara, dengan moderator Sulaiman Djaya. Sedangkan seminar metode pengajaran sastra menampilkan Suminto A. Sayuti (Indonesia), Mohamad Saleeh Rahamad (Malaysia), Zefri Ariff (Brunei), Djamal Tukimin (Singapura), dan dimoderatori oleh Viddy AD Daery.

Semoga kegiatan ini mampu memberikan inspirasi kepada masyarakat terutama generasi muda untuk terus berkarya serta meningkatkan rasa cinta dan kebanggaan sebagai bangsa Indonesia. Mencintai budaya adalah wujud rasa bangga dan cinta kita terhadap Indonesia, karena yang menyatukan bangsa adalah budaya. Cinta Budaya, Cinta Indonesia

Tagar: